top of page
  • Youtube
Search
  • Febrisa Maria Angelina
  • Aug 13, 2023
  • 8 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan


Kejutan Masa Muda, Harapan Masa Depan


28 Maret 2023 menjadi hari terbaik sekaligus hari yang paling tak terduga sepanjang sejarah bagi seorang gadis remaja yang berusia 18 tahun ini. Ya, itu hanya sebagian dari kisah hidup saya yang mungkin berbeda dari banyak orang.


Perkenalkan, saya Febrisa Maria Angelina dan biasa dipanggil Nana. Saya merupakan salah satu alumni SMAK Bintang Kejora Jakarta Barat. Dengan berdoa dan berusaha, puji Tuhan saya bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) Reguler pada 28 Maret 2023.


Sewaktu saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), yang saya tahu fakultas kedokteran di Indonesia hanya berada di FKUI saja. Tetapi pada saat itu, saya tidak tahu kalau banyak orang di luar sana juga ingin masuk ke FKUI. Sehingga saya bermimpi untuk masuk ke FKUI sedari kecil. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya informasi yang saya ketahui tentang FKUI, semakin kagum juga saya akan prestasi-prestasi yang dihasilkan serta mengakui bahwa memang FKUI adalah salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Menurut saya, dengan maraknya antusiasme siswa/i di Indonesia untuk masuk ke FKUI, saya harus bangga menjadi bagian dari FKUI 2023.


Sejak SD saya bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Tidak dapat dipungkiri, profesi dokter juga menjadi cita-cita bagi banyak anak kecil lainnya. Tetapi semakin beranjak dewasa, dorongan untuk menjadi penolong bagi masyarakat semakin kuat dari dalam diri saya. Sampai-sampai saya pernah berjanji kepada ayah saya untuk menjadi seorang dokter. Untuk mencapai hal tersebut, saya memerlukan sarana pembelajaran terbaik dan tidak bisa belajar dengan sembarangan. Sebab menjadi dokter berarti berhadapan langsung dengan nyawa seseorang. Oleh karena itu, menurut saya tempat yang tepat untuk mengemban pendidikan untuk menjadi dokter berada di FKUI. Saya rasa tidak ada alasan untuk tidak berkuliah di FKUI ketika Tuhan sudah memberikan kesempatan kepada saya.


Untuk mencapai hal tersebut, banyak usaha yang saya lakukan. Dimulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedari kecil, saya selalu dididik untuk mengutamakan pembelajaran di sekolah. Sehingga yang saya lakukan adalah melaksanakan tanggung jawab seorang murid dengan semaksimal mungkin. Belajar dengan giat, mengerjakan tugas, mengembangkan bakat, mengikuti ekstrakurikuler musik, dan masih banyak lagi. Sejak SD, saya memang menyukai pelajaran IPA dan Matematika. Sering menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti OSN, tetapi sering juga gagal.


Selanjutnya ketika lulus SMP, saya mendaftar ke Sekolah Menengah Atas Negri (SMAN) favorit di daerah saya. Tetapi tertolak di semua pilihan karena kalah umur dan akreditasi sekolah asal. Berdamai dengan hal tersebut tidaklah mudah bagi saya. Bertahun-tahun di SMAK Bintang Kejora, kegagalan masuk SMA negeri terus menghantui dan terkadang menghambat saya untuk maju. Namun saya sadar bahwa saya tidak ingin mendukakan kedua orang tua saya, sehingga saya berusaha untuk bangkit kembali.


Masuk di SMA swasta yang cukup bagus menantang saya untuk terus berprestasi. Saya semakin giat belajar, tidak hanya dari penjelasan guru, tetapi juga belajar mandiri menggunakan banyak platform online yang gratis mengingat kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk membayar biaya les. Belajar materi sebelum guru menjelaskan, apabila ada materi yang belum dimengerti, saya pelajari sampai paham. Tidak kenal lelah sampai waktu tidur pun berantakan.


Selain itu, saya juga mengikuti banyak webinar di kelas 10, mengingat pembelajaran semua serba online akibat COVID-19. Dan kebetulan di kelas 10 akhir, saya terpilih menjadi ketua OSIS masa jabatan 2021-2022. Mendapat tanggung jawab sebagai ketua OSIS membuat saya sempat kesulitan membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Tetapi, karena sudah memasang target untuk diterima di FKUI melalui jalur SNBP (yang waktu itu bernama SNMPTN), saya terus berusaha mengoptimalkan nilai rapor agar tetap stabil. Dan bersyukurnya saya berhasil melewati masa-masa organisasi dengan nilai yang tetap baik juga.


Kelas 12 menjadi kelas tersulit bagi saya. Di tengah kesibukan ujian teori dan praktek, tugas-tugas projek, makalah, dan sebagainya, saya masih harus menyiapkan plan B yaitu tes beasiswa di dua kampus sembaring mematangkan niat untuk mengambil jurusan di bidang kesehatan. Puji Tuhan keduanya lulus tetapi tidak saya ambil.


Januari 2023 saya mulai mendaftar untuk SNBP, hari demi hari dilalui dengan perasaan yang tidak menentu. Terkadang merasa yakin lolos dengan prestasi yang ada, tetapi di sisi lain tahu bahwa ada ribuan bahkan puluhan ribu pesaing di luar sana yang jauh lebih pintar dari saya, mengincar FKUI juga. Di hari-hari terakhir sebelum pengumuman, hanya bisa berserah pada kehendak Tuhan. Membiarkan kehendak Tuhan yang terjadi bukan kehendak saya. Dan ternyata kehendak Tuhan adalah saya lolos di FKUI melalui jalur SNBP.


Perjuangan saya mungkin terlihat berbeda dengan teman-teman lain yang belajar untuk UTBK, dan sebagainya, tetapi saya percaya setiap perjuangan memiliki kesulitan, kesenangan, serta maknanya masing-masing.


Tidak cukup hanya itu saja, saya ingin mengungkapkan rasa syukur saya kepada Tuhan dan kepada setiap orang yang mendukung saya dengan mengembangkan diri semakin hari semakin baik di FKUI ini. Saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih disiplin, berani keluar dari zona nyaman, dapat memberi dampak bagi masyarakat, berani mengikuti perlombaan tingkat nasional maupun internasional dan membangun jiwa kepemimpinan. Serta komitmen untuk tidak menjadikan FKUI sebagai suatu kesombongan, melainkan kebanggaan dan motivasi untuk terus maju.


Harapan untuk masa depan. Yang pertama bagi diri saya sendiri adalah dapat lulus tepat waktu dan cumlaude, mendapat banyak pengalaman hidup yang berguna di masa depan seperti organisasi, lomba, kepanitiaan, mendapat kesempatan pertukaran pelajar, yang pastinya semakin membanggakan kedua orang tua, menjadi berkat bagi banyak orang, dan mengharumkan nama baik Universitas Indonesia.


Yang kedua, harapan saya bagi angkatan FKUI 2023: Gelora, adalah semoga FKUI 2023 dapat menjadi angkatan yang kompak, menjadi penolong satu sama lain bukan karena terpaksa melainkan karna rasa kekeluargaan yang dapat terus terbangun seiring berjalannya waktu. Dan saya harap seluruh anggota dapat lulus tepat waktu, menjadi dokter yang berbakti kepada masyarakat.


Menurut Borracci RA, dkk. (2020), seorang dokter dapat dikatakan ideal atau layak melayani pasiennya ketika mereka memiliki kualitas dalam keterampilan teknis, serta memiliki keinginan tulus untuk menolong orang lain. Respon alam bawah sadar bahwa dirinya adalah seorang dokter akan menjadi nilai lebih juga untuk disebut sebagai dokter ideal [1]. Dari sudut pandang tenaga medis, kualifikasi yang diperlukan seorang dokter ideal adalah keahlian medis mereka, tetapi bagi masyarakat, yang dibutuhkan adalah keterampilan sosial, atau dalam kata lain mampu berkomunikasi dengan baik kepada pasien [6]. Karena itu, memadukan kedua hal tersebut baik keahlian atau keterampilan medis maupun keterampilan sosial akan menciptakan jati diri dokter yang ideal [2]. Untuk memiliki keduanya, diperlukan usaha lebih bagi seorang mahasiswa preklinik agar lulus dengan kualifikasi tersebut dan dapat menjadi dokter ideal.


Selain itu, dipastikan setiap dokter memiliki nilai-nilai luhur sebagai berikut; berempati, dapat berkomunikasi dengan baik, perhatian terhadap dampak penyakit sehingga menetapkan batas juga untuk memisahkan diri dengan pasien dikala perlu [7]. Sebuah studi di China juga mendapat poin-poin seperti kompetensi klinis yang kuat, profesionalisme dan humanisme, penyedia layanan dan komunikasi informasi, serta dokter yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dengan kepribadian baik [8]. Nilai-nilai tersebut secara tidak langsung telah terangkum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 1 sampai 21 tahun 2016 [3].


Untuk menerapkan nilai-nilai tersebut, seorang dokter dapat berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat. Yang pertama adalah dengan memberikan pengetahuan atau informasi yang seimbang antara risiko dan pencegahan kepada pasien [4]. Hal ini berguna supaya pasien dapat mengikuti anjuran-anjuran medis untuk sembuh. Pemberian informasi ini dilakukan tidak hanya dalam lingkup rumah sakit melainkan juga terjun langsung ke pemukiman warga. Kontribusi-kontribusi lainnya dapat dilihat melalui paparan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mengusulkan citra “The Five Stars Doctor” sebagai karakteristik dokter ideal. Dokter Bintang Lima ini berisikan tentang: 1) Penyedia perawatan (Care provider), 2) Pengambil keputusan (Decision maker), 3) Komunikator (Communicator), 4) Pemimpin komunitas (Community leader), dan 5) Manajer (Manager) [5].


Kedepannya, saya ingin menjadi dokter yang melayani dengan tulus. Karena profesi dokter berbicara tentang pelayanan dan pengabdian. Tidak bisa sembarang lulus lalu bekerja, tetapi harus dilandasi oleh motivasi yang kuat. Saya ingin ilmu yang saya pelajari selama berkuliah nanti, dapat berguna bagi masyarakat luas, dapat menolong orang-orang yang sakit, dan mengedukasi banyak orang. Sebab saya tidak ingin apa yang dipelajari menjadi sia-sia, jadi ada baiknya bila terus saya bagikan kepada orang lain manfaatnya. Saat kelak berhasil, saya juga ingin menjadi dokter yang taat pada setiap peraturan berlaku, memiliki keterampilan klinis dan sosial yang mumpuni, dan mengabdi kepada panggilan hidup.


Rencana saya selama masa preklinik nanti adalah menemukan cara belajar yang tepat di FKUI versi saya, mengembangkan passion menari, bermain biola, dan lainnya di UKM-UKM yang tersedia, tetapi dengan tetap melaksanakan tanggung jawab sebagai mahasiswa FKUI. Saya juga berencana untuk mengikuti organisasi atau kepanitiaan yang mendukung pembelajaran saya di FKUI, mengikuti perlombaan dan mendaftar beasiswa-beasiswa. Yang pada intinya, saya ingin menjadi mahasiswa yang aktif mengembangkan diri, dan mengemban ilmu semaksimal mungkin selama masa preklinik saya. Cara saya untuk mencapai hal-hal itu adalah dengan belajar mengenali diri sendiri, mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai lomba. Organisasi, beasiswa dan lainnya kemudian diseleksi kembali. Belajar mengatur waktu untuk prioritas-prioritas teratas, dan berkenalan dengan banyak orang.


Selanjutnya pada masa klinik atau koas, saya berencana untuk menerapkan seluruh ilmu yang telah saya pelajari sebelumnya dengan semaksimal mungkin guna menolong orang lain, juga memaksimalkan empat semester tersebut untuk belajar hal-hal baru, menambah pengalaman-pengalaman yang berguna di masa depan, dan yang terpenting mencari passion saya untuk jenjang yang lebih tinggi atau lebih singkatnya spesialis apa yang ingin saya ambil. Terakhir yang tak kalah penting yaitu mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan di lingkungan sekitar dengan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan sebelumnya. Cara mencapainya adalah dengan meningkatkan rasa ingin tahu, memperluas jaringan, dan mengikuti kegiatan volunteer.


Harapan saya sendiri untuk masyarakat terkait dengan kesehatan mereka dalam jangka waktu yang panjang adalah semoga masyarakat mendapatkan banyak edukasi mengenai bagaimana menjaga kesehatan, saya juga berharap paradigma-paradigma masyarakat yang selama ini salah mengenai tenaga kesehatan dan ternyata menghambat kerjasama antar masyarakat dan tenaga kesehatan dapat berkurang atau bahkan menghilang, sehingga hubungan antara masyarakat dan tenaga kesehatan bisa semakin baik.


Terakhir, pesan untuk seluruh adik kelas yang membaca narasi ini terutama adik kelas saya di SMAK Bintang Kejora, mulailah mencari apa yang kita sukai, yang menjadi passion kalian, dan dapat berdampak positif bagi orang sekitar. Kemudian kembangkan. Hari-hari ini ada banyak mahasiswa di luar sana yang merasa salah jurusan akibat mengikut teman atau masuk tanpa motivasi yang kuat. Oleh karena itu, saya berpesan untuk kalian bisa mendalami hal-hal yang memang kalian suka, sehingga saat menjalaninya tidak dengan paksaan melainkan adik-adik dapat enjoy sampai lulus nanti. Bagi adik-adik yang ingin masuk FKUI ataupun jurusan lain, berjuanglah dengan giat dan percaya kalau Tuhan pun melihat usaha kita dan betapa berserahnya kita kepadaNya. Saya ingin berpesan berdasarkan pengalaman hidup saya. Ketika Tuhan menempatkan kamu dimanapun kamu berada, tidak ada seorangpun yang dapat menggagalkan rencana Tuhan, jadi percayalah Ia sudah sediakan yang terbaik untuk kita semua.


Saya kira cukup sampai di sini. Terimakasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca esai narasi ini. Mohon maaf apabila terdapat penulisan yang salah atau kurang berkenan. Semoga apa yang telah saya tulis di atas dapat memotivasi dan bermanfaat bagi Anda semua. Terimakasih.




Daftar Referensi

  1. Borracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a 'good' doctor, and what doctors consider to be a 'good' patient. Rev Med Chil [Internet]. 2020 Jul [cited 2023 Aug 10];148(7):930-938. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/

  2. Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Katz H, Holzinger A. 'Good' and 'bad' doctors - a qualitative study of the Austrian public on the elements of professional medical identity. Med Educ Online [Internet]. 2022 Dec [cited 2023 Aug 10];27(1):2114133. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36004404/

  3. MKEK PB IDI. Kode etik kedokteran Indonesia [Internet]. Jakarta: MKEK PB IDI; 2016 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://mkekidi.id/kode-etik-kedokteran-indonesia/

  4. Pramana, Hanif Prahita; Hastjarjo, Sri; and Sudarmo, Sudarmo. "Health Communication in Mitigating The Risk of Physician and Controlling Covid-19 Outbreaks: A Qualitative Study on Emergency Department’s General Practitioners," JURNAL KOMUNIKASI INDONESIA [Internet]. 2021 [cited 2023 Aug 11]; Vol. 10: No. 1, Article 1. Available from: https://scholarhub.ui.ac.id/jkmi/vol10/iss1/1

  5. Siddiqui F, Malik AA. Promoting self-regulated learning skills in medical students is the need of time. J Taibah Univ Med Sci [Internet]. 2019 May 3 [cited 2023 Aug 10];14(3):277-281. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6694986/

  6. Steiner-Hofbauer V, Schrank B, Holzinger A. What is a good doctor? Wien Med Wochenschr [Internet]. 2018 Nov [cited 2023 Aug 10;168(15-16):398-405. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28905272/

  7. Stergiopoulos E, Martimianakis MAT. What makes a 'good doctor'? A critical discourse analysis of perspectives from medical students with lived experience as patients. Med Humanit [Internet]. 2023 Apr 26 [cited 2023 Aug 10]:medhum-2022-012520. doi: 10.1136/medhum-2022-012520. Epub ahead of print. PMID: 37185337. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37185337/

  8. Wang W, Zhang J, Lu J, Wei X. Patient views of the good doctor in primary care: a qualitative study in six provinces in China. Glob Health Res Policy [Internet]. 2023 Jul 11 [cited 2023 Aug 10];8(1):24. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37434267/

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page