- Febby Kamila Fahima
- Aug 13, 2023
- 10 min read
Narasi Perjuangan
Mengukir Perjuangan untuk Pengabdian
Halo semua, perkenalkan saya Febby Kamila Fahima, biasa dipanggil Febby oleh teman-teman saya. Saya berasal dari SMAS Labschool Jakarta yang berada di Rawamangun, Jakarta Timur. Saat ini, saya adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter S1 Reguler. Saya diterima di FKUI melalui jalur PPKB.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagi saya merupakan sekolah kedokteran yang saya impikan sejak kecil. Dari SD, tiap melewati kampus FK UI di Salemba, selalu terbesit pertanyaan di pikiran saya, “Apakah saya bisa menjadi mahasiswi FKUI?”. Di mata saya, FKUI merupakan tempat yang penuh oportunitas untuk mengembangkan diri. Tempat berkembang, berjuang, berteman, dan awal mula ratusan bahkan ribuan dokter-dokter hebat di Indonesia terlahir.
Banyak alasan mengapa saya memilih berjuang untuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. FKUI sendiri adalah fakultas kedokteran tertua dan salah satu terbaik di Indonesia serta telah berhasil meluluskan dokter-dokter yang unggul dan berdedikasi kepada negeri sejak tahun 1849[1]. Saat saya berumur 4-5 tahun, saya sering mengunjungi seorang dokter anak alumni FKUI. Beliaulah awal mula saya terinspirasi menjadi dokter, terlebih mahasiswi FKUI. Dokter tersebut sangat sabar dan telaten dalam menangani saya meskipun beliau mengunjungi puluhan pasiennya setiap hari.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sangat dikenal akan lulusannya yang terampil dan berprestasi. Alumni FKUI pun sangat beragam, mulai dari dokter spesialis, influencer, sampai dokter entrepreneur. Lingkungan mahasiswa FKUI yang rajin, resilien, dan berperilaku baik pun menjadi pengetahuan umum bagi masyarakat. Banyak peluang dan jalan yang terbuka seperti pertukaran pelajar, organisasi, kompetisi, membuat saya makin semangat untuk berusaha keras menjadi salah satu mahasiswi FKUI.
Tidak sedikit orang yang membantu saya dalam perjalanan ini. Orang tua, keluarga, teman, wali kelas, dan guru-guru di sekolah serta bimbel, semuanya turut menyemangati dan mempercayai saya akan berhasil. Mereka semua menjadi alasan saya untuk tetap berusaha sekeras mungkin di jalur apa pun, terutama ibu saya yang selalu meyakinkan saya tahun ini saya akan menjadi mahasiswi FKUI 2023.
Perjuangan saya untuk diterima di FKUI dimulai dari SD. Sejak kelas 1 SD, saya selalu ingin menjadi yang terbaik dan belajar dengan sungguh-sungguh. Saya mengikuti beberapa les, yaitu les Kumon dan les nonakademis seperti les electone di Yamaha Music School dan Global Art untuk menyeimbangkan otak kanan dan kiri saya. Puncak perjuangan saat SD adalah kelas 6 SD. Saat itu, saya mengikuti bimbel Pak Tomo agar bisa lulus di SMP favorit. Sekolah saya pun mengadakan try out seminggu sekali dan pendalaman materi tiap sabtu. Namun, ternyata takdir saya bukan di SMP yang awalnya orang tua saya inginkan. Cara belajar saya saat itu tidak cocok untuk saya dan akhirnya gagal pada ujian seleksi.
Orang tua saya tetap memotivasi dan menyemangati saya untuk mendapat nilai UN yang memuaskan agar bisa menjadi murid SMP negeri favorit. Setelah ditolak, saya mulai belajar sungguh-sungguh. Orang tua saya pun mendukung dengan menemani saya saat mengerjakan ujian nasional. Pada akhirnya, saya mendapat nilai memuaskan pada UN dan Alhamdulillah diterima di SMPN 115 Jakarta.
Bersekolah di SMPN 115 Jakarta merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Lingkungan, teman, kurikulum, dan kebijakan baru membuat saya cukup sulit beradaptasi selama kelas 7. Apalagi, sebelumnya SD saya merupakan SD bilingual dan saya terbiasa menggunakan bahasa inggris. Akan tetapi, berkat teman-teman dan wali kelas saya yang atentif, saya berhasil menyesuaikan diri dengan sistem di SMP saya.
Sebuah musibah mendatangi saya saat kelas 8 semester 2. Saat itu, saya terkena apendisitis atau usus buntu dan harus dirawat selama satu minggu. Namun, waktu penyembuhan agar saya bisa beraktivitas normal memakan waktu selama satu bulan dan saya tertinggal materi, tugas, serta ujian-ujian dari teman-teman saya. Saya tidak patah semangat dan tetap belajar dan mengerjakan ujian susulan sungguh-sungguh.
Kelas sembilan telah tiba. Seperti teman-teman SMP saya, saya ingin menjadi siswa SMAN 8 Jakarta yang mempunyai peluang lebih tinggi untuk masuk FKUI. Lalu, saya menyiapkan diri untuk ujian nasional dengan mengikuti dua bimbel, yaitu Bintang Pelajar dan BTA. Setiap hari saya belajar sampai malam untuk try out dan ujian nasional. Terlebih, rumah saya yang cukup jauh dari salah satu bimbel membuat saya harus memiliki daya tahan yang tinggi agar tidak lelah. Saya juga tidak lupa untuk mengerjakan tugas dan belajar untuk ulangan harian.
Selama semester dua kelas 9, saya makin gencar untuk UN. Selanjutnya, saya menghapus aplikasi media sosial saya dan aplikasi lain yang mendistraksi saya untuk belajar. Selain menyiapkan untuk ujian nasional, orang tua saya juga meminta saya untuk mendaftar seleksi SMA swasta, yaitu SMAS Labschool Jakarta. Saya mengikuti kelas intensif di bimbel dan Alhamdulillah berhasil lolos seleksi. Satu bulan telah terlewat dan ternyata, UN dihapuskan. Seleksi PPDB untuk SMA negeri diganti berdasarkan umur dan nilai rapor. Sayangnya, nilai rapor saya tidak cukup untuk diterima di SMAN 8. Akhirnya, karena situasi daring dan tidak menentu, orang tua saya memutuskan akan lebih baik untuk saya bersekolah di Labschool dan pada bulan Juli 2020, saya resmi menjadi murid SMA Labschool Jakarta.
Sebelum memasuki pembelajaran, saya telah berjanji kepada diri saya saat kelas 9 untuk fokus belajar dan aktif di kelas serta mencapai yang terbaik selama SMA. Lalu, dimulailah pembelajaran daring pada kelas 10-11. Pembelajaran jarak jauh adalah pengalaman tersendiri bagi saya. Untuk mencapai hasil yang terbaik dan kondisi yang optimal, saya bangun jam 5 pagi untuk salat subuh, kemudian dilanjut dengan membaca materi-materi yang akan diajarkan pada hari itu. Setelah selesai PJJ, saya tidur siang dan mengerjakan semua tugas yang diberikan pada waktu sore. Malamnya, saya akan mengulang materi yang diajarkan dan menyiapkan materi untuk besok. Begitulah rutinitas saya selama awal pembelajaran daring.
PJJ telah berjalan selama setengah semester. Melihat persaingan nilai makin sengit, saya memutuskan untuk mengikuti les privat bersama teman saya. Oleh karena itu, jadwal saya yang agak longgar akhirnya cukup padat karena les-les saya yang bertambah. Saya juga masih mengikuti les Kumon ketika online dan akhirnya menyandang status completers. Satu tahun telah berlalu. Jadwal saya pun biasa saja, tetapi saya menantang diri saya untuk mengikuti seleksi organisasi, yakni MPK. Alhasil, jadwal saya kembali padat. Setelah mengikuti rangkaian seleksi yang dimulai dari seleksi berkas sampai tes debat, saya diterima menjadi calon MPK dan pada 17 Agustus 2021, saya resmi menjadi bagian dari MPK SL.
Saya juga mulai mengikuti lomba-lomba untuk mengumpulkan sertifikat. Salah satu lomba yang saya ikuti adalah Simulasi Kebahasaan dan Kesastraan. Saat final, kelompok saya sangat gugup karena perbedaan poinnya yang sangat tipis. Alhamdulillah, kelompok saya berhasil memenangkan juara 1 dan membanggakan sekolah kami. Pada akhir kelas 11 terdapat lomba OSN yang dimulai dari tingkat kota. Karena bidang yang saya minati adalah biologi, peminatnya cukup banyak dan harus diseleksi. Setelah seleksi, kami pun harus mengikuti pelatihan-pelatihan baik secara daring maupun luring. Tidak lama kemudian keluar pengumuman dan syukurnya, saya lolos tingkat kota.
Satu bulan kemudian, saya berada di jenjang kelas 12, puncak dari segala perjuangan. Awal kelas 12, jadwal saya penuh dengan kegiatan karena demisioner MPK yang mewajibkan tiap anggotanya mengikuti LALINJU dan sering kali datang ke sekolah pukul 5 pagi. Terlebih, saya juga sedang menyiapkan OSN tingkat provinsi dengan mengikuti pelatihan dari pemerintah DKI Jakarta. Selain itu, terdapat tugas karya tulis dari sekolah yang amat memakan waktu ditambah bimbel dan les privat. Jadwal saya pun menjadi sangat sibuk. Tidak jarang saya harus double device untuk zoom bimbel dan pelatihan OSN.
Lama-kelamaan, benang-benang kusut makin terurai. Akan tetapi, belum rezeki saya untuk lolos ke tahap nasional. Saya cukup sedih, tetapi saya sadar bahwa jadwal saya memang kurang optimal dan fokus kembali untuk nilai akademik dan lomba. Cukup banyak lomba yang saya ikuti, tetapi hanya satu lomba biologi yang lolos ke tahap final dan itu pun tidak menjadi juara. Pada akhirnya, saya mengarahkan fokus saya sepenuhnya pada nilai akademik saya. Perubahan kebijakan SNBP dan SNBT membuat saya cukup kaget, tetapi saya tidak terlalu memusingkan hal tersebut.
Rangkaian acara selama kelas 12 sangat padat dan melelahkan. Setelah berjuang selama 6 bulan, keluarlah daftar dan peringkat eligible di sekolah. Melihat nama saya tidak berada di posisi 1 membuat saya sempat down. Saya pun berpikir, “Apakah saya harus merelakan impian dan cita-cita saya menjadi mahasiswa FKUI? Menjadi dokter lulusan FKUI?” Saya tahu, banyak yang menginginkan posisi saya dan saya harus bersyukur. Akan tetapi, apakah perjuangan saya hanya sampai sini? Itulah pertanyaan yang saya tanyakan kepada diri saya sendiri selama berhari-hari. Setelah berikhtiar, salat Istikharah, dan menimbang keadaan keluarga, saya memutuskan untuk tetap mendaftar FKUI untuk SNBP. Saya pun makin semangat dan fokus untuk mengejar cita-cita saya.
28 Maret 2023. Hari yang menegangkan, tetapi tidak penuh harapan. Meskipun saya selalu berdoa, tetapi hati kecil saya tidak yakin saya akan diterima. Lalu, keluarlah pengumuman. Benar, saya tidak diterima. Orang tua saya mengatakan tidak apa-apa. Fokus berjuang dan fokus melihat ke depan. Dimulailah kelas intensif untuk persiapan UTBK. Selama persiapan UTBK, saya selalu absen dari kegiatan sekolah, mulai dari buka bersama sampai wisuda. Seperti persiapan UN saat SMP, saya juga menghapus aplikasi media sosial dari HP saya. Hari-hari persiapan UTBK sangat melelahkan dan menguras energi, terutama saat masa kelas intensif offline, di mana dua minggu penuh saya dan teman-teman saya hampir tiap hari tidur pukul 12-1 pagi untuk belajar. Tibalah waktu UTBK dan setelah ujian, saya tidak terlalu yakin dengan hasilnya.
UTBK telah selesai dan sesudah libur selama satu minggu, saya belajar lagi untuk menyiapkan ujian mandiri, seperti SIMAK, UTUL UGM, dan PPKB. Untungnya, sekolah saya mendapat kuota PPKB yang cukup banyak dari UI. Fast forward pada 20 Juni 2023, pengumuman UTBK. Waktu itu, saya sedang menyiapkan esai untuk PPKB sehingga tidak terlalu memikirkan hasil UTBK. Alhamdulillah, saya diterima di salah satu FK unggulan lainnya. Namun, saya tetap semangat menyusun esai PPKB.
Menulis esai untuk PPKB adalah hal yang menyenangkan dan menegangkan bagi saya. Menyenangkan, karena saya sudah tidak terlalu terbebani dan saya menulis apa yang saya harapkan dengan diterima di UI, termasuk cita-cita dan harapan saya. Menegangkan, karena bisa jadi esai inilah yang menentukan apakah saya bisa menjadi mahasiswa FK UI atau tidak. Apalagi, kuota PPKB untuk FK hanya 13 orang. Namun, saya tetap berdoa dan yakin, dan pada 3 Juli 2023 pukul 16:00 WIB, saya dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia Program Studi Pendidikan Dokter.
Sebelum diterima di FKUI, saya sudah menanamkan suatu pemikiran pada diri saya sendiri yang saya berjanji akan saya lakukan. Dulu, saat melihat prestasi teman-teman saya, saya merasa sangat insecure. Sering kali saya bertanya kepada diri saya sendiri, mengapa mereka bisa dan saya tidak. Sekarang, saya berjanji untuk lebih percaya kepada diri saya sendiri, untuk percaya pada prinsip trust the process tetapi tetap berusaha sekuat mungkin, dan untuk percaya bahwa dari setiap kegagalan akan ada kemudahan seperti yang dicantumkan pada Q.S Al-Insyirah ayat 5-6. Selain itu, jika cita-cita dan tujuan saya telah tercapai, saya akan tetap bekerja keras untuk meraih hal lain dan untuk mengabdi pada bangsa.
Hal lain yang saya berkomitmen untuk mengubah adalah manajemen waktu saya. Selama SMA, terutama saat kelas 12, tidak jarang saya menelantarkan waktu istirahat, olahraga, dan sosialisasi saya. Saya bertekad untuk mengubah jadwal hidup saya agar lebih seimbang tapi tidak menelantarkan satu aspek demi aspek lain. Dengan memperbaiki time management saya, saya berharap kondisi fisik dan mental saya berada dalam kondisi yang terbaik dan bisa mengikuti pembelajaran dengan optimal.
Membangun relasi dan persahabatan juga termasuk dalam daftar komitmen saya. Sekarang, karena saya merupakan seorang mahasiswa kedokteran, saya ingin membangun relasi yang baik dan luas tidak hanya dalam lingkungan kampus, tetapi juga di luar FKUI. Jika sudah menjadi seorang dokter, tentunya butuh bantuan dari dokter, perawat, dan orang lainnya untuk mencapai kondisi kerja yang optimal.
Harapan saya dengan menjadi mahasiswa FKUI adalah saya dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik, sosial, dan berprestasi. Saya juga berharap untuk menjalani perkuliahan sampai sumpah dokter dan seterusnya dengan maksimal dan tetap menjaga kesehatan mental saya. Saya sadar bahwa perjalanan menjadi dokter ini merupakan perjalanan yang lama, penuh rintangan, dan pengorbanan. Oleh karena itu, saya yakin dengan bantuan orang tua, keluarga, dan teman-teman saya, saya akan berhasil melewati perkuliahan dengan lancar dan lulus dengan predikat terbaik, yaitu Cum Laude dan mendapat pengalaman-pengalaman positif yang tak tergantikan.
Saya mempunyai banyak harapan untuk angkatan kita, FKUI 2023. Sesuai dengan nama kami, Gelora, saya berharap angkatan FKUI 2023 akan bergejolak, menjadi angkatan yang hebat, dan mempunyai solidaritas tinggi. Selain itu, saya juga bertekad menjadikan angkatan kami, FKUI 2023, angkatan yang akan mengabdi pada bangsa, selalu bersinergi, dan bangkit dan bersama tanpa ada yang tertinggal.
Dokter ideal menurut saya adalah dokter yang profesional, tetapi juga pengertian dan sabar. Menjadi dokter yang ideal bukan hanya yang paling pintar dan berwawasan luas, melainkan juga perlu empati dan penuh kasih sayang. Dokter dengan wawasan yang luas tapi tidak mempunyai empati dan kasih sayang bisa mengakibatkan dokter tersebut tidak mengerti apa yang dialami pasiennya dan tidak bisa membuat koneksi yang kuat dengan pasien tersebut[2].
Seorang dokter yang ideal harus memiliki profesionalisme yang tinggi, kemampuan mengontrol emosi, berbicara yang sopan, komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan, dan penampilan serta sikap yang mumpuni. Komunikasi pun tidak hanya terbatas pada perkataan, tetapi juga intonasi, gestur tangan, dan lain-lain[3]. Dengan nilai-nilai tersebut, pasien akan merasa nyaman sehingga komunikasi berjalan dua arah. Selain itu, komunikasi yang baik juga harus diterapkan pada sesama dokter dan tenaga kesehatan lainnya[4].
Kita sebagai calon dokter tentu saja harus berkontribusi untuk bangsa. Namun, alangkah baiknya jika kita melayani pasien sepenuh hati dan tidak memperlakukan mereka sebagai sebuah antrean yang harus kita penuhi[5]. Dokter yang ideal dapat berkontribusi dengan menyadari bahwa pasien yang kita layani merupakan seorang manusia yang memiliki emosi dan sejarah yang panjang. Mereka dapat mengabdi kepada bangsa dengan menjadi dokter terbaik dan merawat pasien dengan atentif. Dengan demikian, saya, sebagai calon dokter ingin menjadi dokter yang komunikatif, tanggung jawab, penyayang, sabar, dan professional.
Untuk menjadi dokter yang ideal, tentunya saya harus menjalani masa preklinik dahulu. Selama preklinik, saya ingin menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan ke depannya dengan baik. Saya sadar bahwa ilmu yang saya pelajari akan saya gunakan seumur hidup saya sehingga saya akan menyerapnya dengan baik dan tidak hanya belajar untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Di samping itu, saya juga ingin menambah relasi dengan mengikuti organisasi-organisasi yang saya minati. Saya juga ingin menambah pengalaman pendidikan saya dengan mengikuti program pertukaran pelajar.
Sesudah mendapat gelar S.Ked. saya berharap saya dapat menjalani masa co-ass dengan baik dan mendapat gambaran tentang dunia kedokteran yang sebenarnya. Setelah rangkaian sumpah dokter dan internship, saya ingin mengabdi kepada negeri dengan menjadi sosok dokter yang diperlukan oleh masyarakat, yakni seorang dokter yang berwawasan luas serta berkepribadian yang baik. Dengan bergerak di bidang medis, harapannya saya dapat menggunakan ilmu yang saya pelajari agar berguna bagi masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya.
Bagi adik kelas saya ataupun pembaca secara umum yang ingin mengukir perjalanan menuju Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ingatlah bahwa proses ini tidak instan. Keep fighting, keep moving forward, and keep your feet on the ground and your head into the sky. Perjalanan ini panjang dan penuh pengorbanan. Suatu saat, kegagalan yang kita alami berulang kali akan berbuah menjadi kesuksesan, jika kita terus berusaha. Jangan menyerah, selalu berdoa kepada Tuhan YME, dan berbuat baik kepada orang sekitar. Selalu ingat bahwa banyak orang yang mendukungmu dan jangan pernah meragukan dirimu sendiri. Buktikanlah bahwa kalian pantas untuk posisi tersebut dengan cara yang terhormat. “Banyak hal di dunia ini yang baru kita dapatkan setelah pembuktian, bahwa kita pantas mendapatkannya. Bukan hanya menuntut begitu saja, apalagi dengan memaksakan kehendak, curang, dan sebagainya. Itulah yang disebut dengan harga diri.”
Daftar referensi
Hoesein R, Tanzil M. Sejarah fakultas kedokteran universitas indonesia [Internet]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://fk.ui.ac.id/sejarah.html
Alpert JS, Frishman WH. The most important qualities for the good doctor. The American Journal of Medicine [Internet]. 2020 Nov 11[cited 2023 Aug 10];134(7):825-826. Available from: https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2020.11.002
Kamilova DN, Saydalikhujaeva SK, Rakhmatullaeva DM, Makhmudova MK. Professional image of a teacher and doctor [Internet]. 2021 October[cited 2023 Aug 10];1(4):9-11. Available from: https://ejournals.id/index.php/bmj/article/download/310/291
Rokom. 3 karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI; 2018 Dec 15 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/
Borracci RA, Gallesio JMA, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a 'good' doctor, and what doctors consider to be a 'good' patient. Revista medica de Chile [Internet]. 2020 Sep 26 [cited 2023 Aug 11];148(7), 930–938. Available from: https://doi.org/10.4067/S0034-98872020000700930
Comments