top of page
  • Youtube
Search
  • Farrel Nurhamizan Widyahartono
  • Aug 13, 2023
  • 14 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan

Halo semuanya! Perkenalkan, saya Farrel Nurhamizan Widyahartono atau biasa dipanggil dengan nama Farrel. Saya berasal dari SMA Negeri 8 Jakarta dan berdomisili di area Jakarta. Alhamdulillah di tahun ini, saya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional (KKI). Terdapat dua jalur untuk masuk ke FKUI KKI yaitu Talent Scouting dan SIMAK KKI, dan saya diterima di jalur kedua yaitu SIMAK KKI.

Berasal dari keluarga yang tak memiliki lulusan FKUI membuat Farrel kecil belum mengenal FKUI. Nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pertama kali terdengar dari dokter spesialis anak langganan saya di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) yang bernama dr. Hari Martono, SpA. Beliau merupakan sosok bagai malaikat penyembuh di hidup saya. Sejak saya kecil, saya merupakan anak yang sakit-sakitan sehingga RSPI sudah seperti taman bermain bagi saya karena seringnya saya berkunjung ke rumah sakit tersebut, entah karena sakit flu, sakit perut, DBD, bahkan hingga campak. Karena seringnya bertemu dr. Hari Martono, SpA. , suatu hari orang tua saya menanyakan kepada dr. Hari mengenai almamaternya. Beliau menjawab bahwa beliau merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Namun, kala itu hal tersebut hanya menjadi hal yang selewat dan tak terlalu saya pikirkan.

Seiring berjalannya waktu dan frekuensi interaksi antara saya dengan dr. Hari yang makin bertambah, keinginan saya untuk menjadi dokter pun mulai tumbuh. Akhirnya ketika saya menginjak kelas 4 SD, saya mengikuti program dokter cilik di sekolah saya yaitu Sekolah Global Mandiri di Cibubur. Momen ini lah yang menjadi awal perkenalan saya dengan dunia kedokteran. Meskipun kala itu tugas saya hanya mengecek kuku para siswa, rasanya sangat senang bisa memakai jas putih seperti dokter kala bertugas.

Tak lama kemudian, keluarga kami mengambil sebuah keputusan yang besar yakni pindah ke Jakarta. Hal ini membuat saya harus kembali beradaptasi dengan lingkungan, terutama teman-teman yang baru dan lingkungan sekolah yang baru. Kala itu, saya pindah ke SD Negeri Menteng 01. Awalnya adaptasi dari sekolah swasta ke sekolah negeri cukup sulit bagi saya karena kedua sekolah tersebut merupakan dunia yang berbeda, namun seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dan mulai mengenali sekolah saya. Mendengar ada Palang Merah di sekolah, saya lalu mencoba untuk daftar dan diterima. Meskipun kala itu saya diikutkan dalam perlombaan-perlombaannya tetapi tidak pernah menang, saya sangat senang karena saya mempelajari banyak hal baru mengenai pengetahuan tentang dunia kepalangmerahan seperti cara memberi bantuan pertolongan pertama. Sejak saat itu, saya memantapkan pilihan saya untuk menjadi dokter di kemudian hari.

Sedari kecil, keluarga saya selalu menekankan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya dan selalu buat impian atau cita-cita yang diinginkan setinggi-tinggi mungkin. Tidak seperti orang tua lainnya, orang tua saya membebaskan anak-anaknya untuk memilih jalur pendidikan dan memilih cita-cita yang diinginkan. Namun, mereka selalu berpesan dalam perjalanan pendidikan untuk menggapai cita-cita, pilihlah tempat pendidikan yang terbaik sesuai dengan apa yang diinginkan.

Awalnya, saya masih bertanya-tanya. Kok harus gitu sih? Bukannya semua sekolah sama aja, ya? Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari jawaban dari pertanyaan ini. Setelah merasakan berada di tempat pendidikan yang favorit dan non-favorit, ada satu perbedaan yang cukup mencolok, lingkungan. Yap, betul sekali. Lingkungan di sini bukan berarti lingkungan yang berhubungan dengan alam, melainkan lingkungan pendidikan seperti pertemanan dan pengajar. Saya sendiri merupakan tipe orang yang mudah terpengaruh dengan orang lain, sehingga faktor lingkungan merupakan faktor krusial bagi diri saya. Jika lingkungan di sekitar saya baik, maka saya akan ikut terpengaruh dan menjadi diri saya yang lebih baik, dalam hal pendidikan maupun moralitas. Hal itu pun berlaku sebaliknya.

Memiliki cita-cita menjadi dokter memperhatikan faktor pendidikan terbaik, pilihan saya jatuh kepada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Setelah mempelajari lebih lanjut, saya juga baru mengetahui bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan sekolah kedokteran tertua di Indonesia. Sekolah ini pun sudah mencetak berbagai alumni-alumni yang sukses di dunia kedokteran, salah satunya adalah dr. Hari. Maka tidak mengherankan, sekolah ini menjadi incaran bagi ribuan maupun puluhan ribu anak-anak Indonesia yang berkeinginan untuk menjadi dokter di masa yang akan mendatang, termasuk saya sendiri.

Tentu mimpi ini merupakan mimpi yang sangat ambisius dan terbilang cukup sulit. Apalagi kedua orang tua saya yang bukan merupakan lulusan FKUI membuat saya tak memiliki gambaran bagaimana persiapan yang harus saya hadapi. Orang tua saya juga berpesan kepada saya bahwa jika memang ingin masuk ke FKUI, harus memulai perjuangan sedari awal dan harus jadi yang terbaik karena sulitnya untuk masuk ke FKUI.

Perjuangan saya pun dimulai dari memasuki Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2017. Persiapan UN yang dilakukan oleh sekolah saya cukup berat dan intensif dengan jumlah Try Out yang banyak dan Pendalaman Materi yang rutin dilakukan tiap hari. Kala itu, saya sudah mulai terbiasa untuk pergi pagi pulang sore karena hal tersebut. Tak lupa dengan jadwal les di hari Sabtu/Minggu. Belajar mandiri juga saya lakukan dengan mengerjakan soal-soal UN dari buku latihan soal. Kemudian, PPDB pun dibuka. Jalur yang pertama kali dibuka merupakan Jalur Prestasi. Kebetulan saya memang memiliki prestasi di tingkat provinsi DKI Jakarta sehingga saya mencoba mendaftarkan diri ke SMP Negeri 115 Jakarta melalui jalur prestasi. Alhamdulillah saya termasuk anak yang beruntung bisa diterima di jalur tersebut sehingga saya tak perlu deg-degan dalam menunggu hasil Ujian Nasional saya.

Ketika SMP kelas 7 dan 8, nilai akademik saya bisa dibilang cukup baik. Nilai saya selalu berada di 5 besar kelas saya, kecuali pada saat kelas 7 semester 2, meskipun dengan sistem belajar yang cukup singkat yaitu Sistem Kebut Semalam atau biasa dikenal dengan nama SKS dan hanya mengandalkan les-les yang saya ikuti. Menginjak kelas 9, saya mulai mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional. Saya memilih SMA Negeri 8 Jakarta sebagai tujuan sekolah saya berikutnya karena SMAN 8 sudah sangat terkenal sebagai sekolah favorit. Kala itu untuk mewujudkan keinginan saya, saya mengikuti rekomendasi dari kakak dan teman-teman saya untuk ikut BTA 45 di Tebet. Saya juga menambah frekuensi les-les privat saya sehingga kala itu jadwal saya selama seminggu bisa dikatakan hampir penuh (hanya kosong 1 atau 2 hari). Hasilnya pun mulai terlihat dari nilai TO yang meningkat dan beberapa kali masuk ke Top 10 nilai tertinggi di angkatan. Selain itu, saya juga semakin terpacu untuk mengambis karena melihat teman-teman saya yang sering mereview dan mengerjakan soal-soal di kelas.

Tak lama kemudian, COVID-19 tiba di Indonesia. 13 Maret 2020 merupakan pengumuman diliburkannya kami selama 2 minggu. Namun, semangat saya dan teman-teman saya untuk tetap belajar mempersiapkan UN tak pernah padam. Kami belajar bersama-sama dengan menggunakan Skype dari pagi hingga malam. Mengerjakan soal-soal dan mereview bersama merupakan aktivitas yang kami lakukan untuk mengisi libur kami sembari menunggu pengumuman terbaru mengenai kelanjutan UN akibat adanya COVID-19. Selang beberapa hari, tiba-tiba Kemendikbud mengumumkan bahwa UN ditiadakan. Tentu hal ini menyebabkan perasaan yang campur aduk bagi diri saya. Satu sisi saya cukup senang karena tidak perlu deg-degan untuk mengikuti ujian, namun di sisi lain saya cukup khawatir karena terdapat informasi bahwa tahun ini akan menerapkan sistem zonasi yang diseleksi berdasarkan umur (saya tergolong muda karena masuk SD pada umur 5,5 tahun).

Benar saja informasi yang saya khawatirkan terjadi. Sistem zonasi berdasarkan umur menyebabkan saya kalah saing dengan teman-teman saya yang jauh lebih tua. Jalur prestasi dengan rapot juga sebelumnya sempat saya coba, namun tersingkir oleh teman-teman saya lainnya. Saya pun sempat sedih dan hopeless. Impian saya untuk masuk SMAN 8 Jakarta perlahan mulai sirna. Untungnya kala itu saya sudah diterima di Labschool Kebayoran sebagai backup plan andai tak diterima di SMAN 8 Jakarta. Saya lalu berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan jalan yang terbaik dan saya juga sudah mulai merelakan impian saya setelah diyakinkan oleh mama saya. Namun beberapa hari kemudian, tiba-tiba ibu dari teman saya menginfokan kepada mama bahwa SMAN 8 Jakarta membuka jalur Tahap Akhir akibat banyaknya bangku kosong dan jalur ini menggunakan nilai rapor, bukan umur. Betapa senangnya hati saya mendengar kabar ini. Tak berlama-lama ketika pendaftaran dibuka, saya pun langsung mendaftarkan nama saya dan alhamdulillah diterima.

Masa SMA pun dimulai. Akibat COVID-19, dua tahun pertama masa SMA saya dihabiskan dengan melihat layar Zoom Meetings pada laptop. Saya pun mulai mencari teman baru dan berteman dengan teman-teman sekelas saya agar bisa bertahan di masa yang sulit ini. Kegiatan les saya juga terpaksa saya pindahkan menjadi online melalui Zoom Meetings agar tetap berjalan.

Perjuangan sesungguhnya untuk masuk FKUI dimulai. Karena tujuan saya adalah masuk FKUI melalui jalur SNBP, saya mencoba berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan nilai bagus. Kondisi yang tidak pasti dan sering berubah-ubah seperti pembelajaran daring dan luring yang dilakukan silih berganti serta kesibukan kegiatan organisasi yang saya lalui tak menghambat saya untuk tetap berusaha keras mempertahankan nilai saya. Hasilnya pun terlihat, saya selalu masuk dalam 5 besar di kelas dan sempat masuk 3 besar pada semester 3 hingga 5.

Melihat nilai saya yang cukup baik, awalnya saya cukup percaya diri akan peluang saya dalam jalur SNBP ini. Namun setelah melihat peringkat eligible yang terupdate, ternyata saya berada pada peringkat 17. Sedangkan, mayoritas teman-teman yang peringkatnya di atas saya ternyata juga memiliki tujuan yang sama dengan saya, yakni FKUI. Hal ini membuat saya jadi ciut dan memasrahkan diri. Saya juga sempat sedih karena usaha saya selama 2,5 tahun terakhir bisa menjadi sia-sia. Setelah melakukan konsultasi dengan guru BK dan orang tua, saya disarankan untuk pindah jurusan/universitas (jika masih ingin tetap kedokteran) atau merelakan SNBP dan fokus ke jalur lainnya seperti Talent Scouting, SNBT, dan SIMAK. Strategi pertama sebenarnya merupakan strategi paling aman, tetapi risikonya adalah saya harus mengambil universitas yang saya pilih di SNBP jika diterima. Ketika itu, saya masih merasa bisa memperjuangkan FKUI serta FKUI sudah menjadi impian saya sejak kecil sehingga dengan berat hati strategi pertama saya abaikan. Saya lalu mulai alihkan fokus saya kepada SNBT dan mulai mencicil materi-materi yang harus saya siapkan.

Pendaftaran SNBP pun dimulai. Kala itu, saya mendaftar ditemani oleh mama saya di sebuah hotel di Bandung sebelum camp bimbel yang saya ikuti dimulai. Saya menaruh FKUI di pilihan pertama dan mengosongkan pilihan kedua dengan harapan terjadi sebuah keajaiban bagi diri saya. Hal ini sempat saya pikir akan terjadi karena ternyata saya berada di peringkat 7 dalam jurusan FKUI dan harapannya adalah keajaiban seperti tahun lalu kembali terjadi pada diri saya. 28 Maret 2023 tiba, keajaiban tersebut tak terjadi pada diri saya. Seperti kata mereka, warna merah adalah warna cinta.

Rasa sedih dan penyesalan yang amat mendalam sempat timbul. Apalagi melihat banyak teman dekat saya yang sudah banyak diterima melalui jalur SNBP, saya sempat bertanya-tanya pada diri saya “kenapa ngga daftar univ lain aja ya, ga perlu susah-susah mikirin SNBT lagi.” Ya, kala itu nilai try out saya juga belum stabil di atas 600, padahal prediksi passing grade FKUI sekitar 700 ke atas. Untungnya, saya bersyukur bisa memiliki support system yaitu kedua orang tua dan teman-teman yang selalu menyemangati saya. Terutama bagi mama dan papa yang meskipun keduanya sangat sibuk, masih bisa menyempatkan waktu untuk menyemangati dan meyakinkan Farrel bahwa SNBP bukanlah akhir dari segalanya dengan kata-kata seperti masih banyak jalan menuju roma dan masih banyak lainnya.

Kesedihan dan penyesalan yang saya alami akhirnya juga mulai berkurang setelah mengetahui bahwa masih banyak teman-teman seperjuangan saya yang juga mau masuk FK tetapi ditolak SNBP sehingga hal ini tidak membuat saya merasa sendiri. Akhirnya beberapa hari berselang pengumuman SNBT, Aufa mengajak saya dan Dhafin untuk membentuk sebuah grup belajar menuju SNBT. Kebetulan kami bertiga mempunyai tujuan yang sama, yakni FK sehingga bisa dibilang kami adalah sahabat senasib seperjuangan. Kami pun memulai usaha kami bersama-sama untuk SNBT 2023 yang akan dilaksanakan kurang dari 2 bulan lagi. Kami belajar bersama-sama tiap malam, mengerjakan soal-soal Mandiri INTEN, membahas kuis INTEN, saling bertukar informasi dan pengetahuan, serta saling cerita dan curhat mengenai kondisi saat ini dan masa depan kami. Hal ini terus kami lakukan hampir setiap hari melalui Zoom Meetings hingga beberapa hari sebelum jadwal SNBT dimulai. Special shoutout untuk Aufa dan Dhafin, makasih banget udah mau berjuang bareng-bareng, tanpa kalian perjuangan SNBT Farrel bakal nggak berkesan dan hambar. Selain usaha, doa-doa juga saya tingkatkan dan terus saya panjatkan kepada Allah SWT agar tetap seimbang karena tentu tanpa adanya doa, usaha yang saya lakukan hanya akan jadi sia-sia.

Hari ujian pun tiba. Saya mendapat jadwal di hari Sabtu, 13 Mei 2023 bertempat di Pustikom UNJ. Perasaan deg-degan dan keringat dingin mulai saya rasakan. Kala itu, ibu dan kakak saya mengantarkan saya pada lokasi ujian. Sebelum mulai, saya juga sempatkan untuk shalat dan berdoa kepada Allah SWT agar ujian dilancarkan. Akhirnya setelah 3,5 jam berada di dalam ruangan, saya pun selesai dan keluar dari gedung Pustikom UNJ.

Karena terdapat jeda sekitar satu bulan hingga pengumuman SNBT, kekosongan waktu tersebut saya isi dengan persiapan materi TKA untuk Tes Mandiri dari tiap universitas seperti SIMAK, UTUL, SMUP, dan sebagainya. Sejujurnya, hal ini merupakan fase tersulit bagi diri saya karena saya harus merefresh kembali materi-materi yang saya pelajari selama 3 tahun terakhir yang sudah saya sejenak lupakan akibat materi-materi TPS untuk SNBT. Karena saya tak ingin mengikuti tes Mandiri, doa-doa saya kepada Allah SWT untuk diterima di jalur SNBT terus saya tingkatkan dan saya tambah frekuensinya.

Sampai pada hari pengumuman SNBT di tanggal 20 Juni 2023. Ketika itu, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB yang berarti pengumuman hasil SNBT saya telah keluar. Setelah saya buka, ternyata hasilnya adalah saya diterima di pilihan kedua saya yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Perasaan yang saya alami kala itu adalah bersyukur namun sekaligus kaget, seperti bingung dan tidak tau mau bereaksi apa. Sempat sedih karena tidak mendapat apa yang saya inginkan, namun di satu sisi juga bersyukur karena telah mendapat kuliah.

Kemudian, saya melihat bahwa pendaftaran SIMAK KKI masih dibuka hingga tanggal 22 Juni 2023. Dilansir dari website ui.ac.id, SIMAK KKI menawarkan program wajib double degree bagi tiap mahasiswanya dengan pilihan sebanyak tiga universitas top dunia [1]. Hal ini lah yang membuat saya tertarik dan mendaftarkan diri untuk tes SIMAK KKI.

Saya lalu berusaha sekeras mungkin untuk mempelajari materi SIMAK KKI dari soal-soal tahun sebelumnya di waktu yang sangat mepet ini. Saya sempat merasa tidak percaya diri karena saya merasa waktu untuk belajar tidak cukup, sedangkan materi yang ada cukup luas dan banyak, apalagi soal-soal SIMAK selalu terkenal akan tingkat kesulitannya yang tinggi.

Hari pelaksanaan tes SIMAK KKI yaitu di tanggal 25 Juni 2023 pun tiba. Tes dilaksanakan secara daring dari tempat masing-masing dan dilakukan selama 120 menit dengan jumlah 4 mata pelajaran. Tes dimulai dari pukul 08.00 hingga 10.00. Saya lalu mengikuti tes tersebut dengan kemampuan dan pengetahuan saya yang apa adanya dari hasil belajar selama beberapa hari. Saya pun berhasil menyelesaikan tesnya dan kala itu perasaan saya lumayan campur aduk, antara yakin dan tidak yakin. Namun, saya tak terlalu memikirkan hal tersebut dan saya lanjut dengan berdoa kepada Allah SWT agar bisa lanjut ke tahap selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, saya pun dihubungi oleh pihak FKUI bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya yaitu Tes MMPI dan MMI. Lalu, saya mempersiapkan diri untuk kedua tes ini dengan bertanya pada teman-teman saya yang telah diterima di jalur Talent Scouting mengenai tips and tricks menghadapi wawancara serta belajar dari Youtube mengenai gambaran tes yang akan saya lalui. Tak lupa juga doa terus saya panjatkan agar bisa diberi kelancaran ketika wawancara.

Hari-H pun tiba. Ketika itu, saya sampai di gedung RIK sekitar pukul 07.10 WIB dan masuk ke dalam gedung. Saya lalu mendapat giliran sesi terakhir pada pukul 12.00 WIB sehingga hal ini membuat saya dan teman-teman sesi terakhir menunggu di ruang briefing. Sebelum wawancara, saya juga sempatkan untuk beribadah di mushola RIK untuk menenangkan diri sekaligus meminta kepada Allah SWT untuk diberi kelancaran dalam wawancara. Sesi terakhir pun tiba dan saya beserta teman-teman sesi tiga lainnya dipanggil untuk berbaris. Kami pun masuk ke ruangan masing-masing dan memulai tes MMI. Tes berlangsung selama kurang lebih 90 menit dengan jumlah pos sebanyak 10 pos berisi pos pengujian dan istirahat. Akhirnya, saya berhasil menyelesaikan semuanya. Perasaan yang pertama kali saya rasakan setelah selesai tes adalah lega. Kelegaan yang saya rasakan ini cukup besar karena lega sudah menyelesaikan semuanya dan juga saya merasa lega karena bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan cukup baik. Namun, tentu saya tak mau merasa jumawa sehingga setelah itu saya memasrahkan diri dan mengharapkan hasil yang terbaik kepada Allah SWT.

Dua hari kemudian, pengumuman SIMAK KKI pun tiba. Pengumuman keluar pada pukul 16.00 WIB. Perasaan deg-degan cukup membanjiri emosi yang saya rasakan kala itu karena bisa dibilang ini merupakan kesempatan terakhir saya untuk mewujudkan impian saya di tahun ini (setelah melihat kuota SIMAK reguler yang sangat sedikit). Ketika itu, saya ditemani oleh ibu saya dalam membuka hasil pengumuman SIMAK KKI. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Saya pun langsung menuju website pengumuman untuk membuka hasilnya. Dan ternyata… hasilnya adalah saya diterima di FKUI melalui jalur SIMAK KKI.

Perasaan yang saya rasakan adalah, bahagia dan terharu. Bahagia melihat raut wajah ibu dan nenek saya yang sangat bangga kepada saya bisa menjadi dokter pertama di keluarga serta saya juga terharu karena bisa mewujudkan impian saya sedari kecil. Saya juga merasakan kelegaan yang sangat besar karena perjuangan saya selama berbulan-bulan terbayarkan dengan indah. Akhirnya, bisa saya katakan war is over … untuk sementara.

Setelah saya diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terhadap diri saya dan bisa memanage waktu saya lebih baik lagi. Saya sadar bahwa menjadi mahasiswa memiliki implikasi bahwa saya harus belajar untuk menjadi lebih dewasa baik dalam perilaku maupun pemikiran. Saya juga berkomitmen untuk bisa menyeimbangkan kehidupan akademik dan nonakademik saya selama berada di FKUI agar bisa memaksimalkan apa yang saya dapat dari kedua kehidupan tersebut.

Harapan bagi diri saya sendiri ke depannya adalah semoga saya bisa mengikuti segala kegiatan akademik dan menyeimbangkannya dengan kegiatan nonakademik yang saya ikuti. Saya juga berharap semoga bisa diberi kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT dalam menjalani segala kegiatan yang saya ikuti di FKUI serta selalu diberikan kesehatan yang prima dan dijauhkan dari segala marabahaya yang ada. Harapan saya bagi angkatan FKUI 2023 : Gelora adalah semoga Gelora bisa menjadi angkatan yang solid, saling peduli satu sama lain, bisa berjuang bersama-sama, dan lulus tepat waktu bersama-sama sehingga bisa menjadi dokter yang baik dan berguna bagi bangsa di masa yang akan datang.

Menurut KBBI, dokter adalah seorang yang memiliki keahlian dalam urusan penyakit dan pengobatan sekaligus memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien [2]. Menjadi seorang dokter memerlukan waktu yang lama agar dapat memperoleh keahlian yang dibutuhkan untuk dapat terjun ke lapangan membantu masyarakat yang membutuhkan. Dalam melaksanakan tugas, seorang dokter harus berpedoman pada kode etik kedokteran yang berlaku. Di Indonesia, kode etik kedokteran telah diatur oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang terbagi ke dalam beberapa bagian yakni, kewajiban umum, kewajiban kepada pasien, dan kewajiban terhadap teman sejawat [3].

Untuk menjadi seorang dokter yang baik dan berguna di masa yang akan datang, tentu ada beberapa kualitas diri yang menurut saya harus dimiliki oleh dokter. Hal ini sebenarnya juga mengacu pada 7 stars of doctor menurut Supiyanti dan Muhardi (2020), yaitu care-provider, decision-maker, communicator, community leader, manager,researcher, dan faithful piety [4]. Ketujuh nilai ini sebenarnya merupakan pengembangan dari 5 stars of doctor yang telah ada lebih dulu. Penambahan poin ke enam cukup penting karena seorang dokter tidak akan terlepas dari penelitian sepanjang karirnya dan karena ilmu pengetahuan yang selalu berkembang menyebabkan penelitian menjadi sebuah hal yang akan melekat pada dokter. Karena saya beragama Islam, maka penambahan poin ketujuh yakni faithful piety merupakan sebuah poin yang cukup penting karena seorang dokter yang beragama Islam juga harus berorientasi pada prinsip-prinsip Islam. Dokter yang memiliki kualitas-kualitas tersebut akan sangat berguna bagi bangsa, terutama pada saat pengabdian kepada masyarakat. Bentuk pengabdian yang bisa dilakukan berupa edukasi kepada masyarakat sekitar rumah ataupun pada sosial media dan juga pengabdian dengan terjun ke masyarakat di daerah.

Rencana saya selama menjalani masa preklinik adalah menjalani semua kegiatan akademik dengan baik dan bisa lulus tepat waktu dengan IPK cumlaude. Karena dalam KKI diwajibkan untuk double degree, tujuan universitas yang saya inginkan untuk double degree adalah University of Melbourne. Selain itu, saya juga ingin menggali potensi saya lebih dalam lagi dengan aktif mengikuti berbagai kegiatan di luar akademik, seperti kegiatan UKM, organisasi, ataupun kegiatan exchange. Cara saya untuk mencapai keinginan-keinginan saya tersebut adalah belajar dengan giat untuk aspek akademik dan aktif mencari informasi terkait hal-hal yang saya inginkan untuk aspek non akademik.

Setelah masa preklinik, tentu ada masa klinik hingga menjadi dokter. Tentu hal ini bisa dibilang masih lama, namun apa salah nya bagi saya untuk mulai berangan-angan terlebih dahulu. Tentu setelah masa preklinik, saya akan menjalani masa koas, internship, hingga mendapat S.Ked. Setelah itu, saya akan melanjutkan pendidikan saya pada pendidikan spesialis/PPDS. Alasan saya ingin mengambil spesialis adalah karena jumlah dokter spesialis di Indonesia yang masih sangat kurang dibandingkan dengan negara lain yakni masih kurang sekitar 31.481 dokter spesialis (Kemenkes, 2023) [5]. Saat ini, saya belum ada kecenderungan pada sebuah spesialis tertentu, namun pilihan yang saat ini ada di pikiran saya adalah Spesialis Anak, Spesialis Mata, dan Spesialis Bedah Saraf.

Harapan saya bagi masyarakat sekitar adalah semoga masyarakat sekitar bisa selalu menjaga kesehatannya. Masyarakat juga diharapkan dapat mengikuti sosialisasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan di lingkungan sekitarnya dan mau mendengarkan apa yang disosialisasikan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar kesehatannya terjaga dengan baik. Saya juga berharap semoga masyarakat bisa terhindarkan dari penyakit yang ada dan bisa mewujudkan masyarakat yang sehat dan tangguh.

Pesan saya untuk adik kelas yang ingin masuk FKUI adalah ingat bahwa perjuangan masuk FK secara keseluruhan, apalagi FKUI, merupakan sebuah perjuangan yang akan berlangsung secara cukup lama dan tidak dilakukan secara main-main sehingga dibutuhkan daya juang dalam diri masing-masing. Buat rencana yang strategis untuk berjuang memasuki FKUI, bisa berupa dengan mencoba semua jalur yang dibuka oleh FKUI. Semoga sukses dan semangat terus!


Daftar Referensi :

  1. ‌Program Sarjana Kedokteran KKI [Internet]. www.ui.ac.id. [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://www.ui.ac.id/program-studi/program-sarjana-kedokteran-kki/

  2. Arti kata dokter - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet]. kbbi.web.id. Available from: https://kbbi.web.id/dokter

  3. ‌Kode Etik Kedokteran Indonesia | MKEK IDI [Internet]. Available from: https://mkekidi.id/kode-etik-kedokteran-indonesia/

  4. ‌Supiyanti I, Muhardi M. Seven Stars Moslem Doctor Sebagai Aplikasi Internalisasi Nilai-nilai Islam dalam Nilai Kerja Tenaga Medis di Indonesia. Jurnal Paradigma: Jurnal Multidisipliner Mahasiswa Pascasarjana Indonesia [Internet]. 2020 Jun 30;1(1):36–45. Available from: https://jurnal.ugm.ac.id/paradigma/article/view/59573

  5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. www.kemkes.go.id. [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://www.kemkes.go.id/article/view/23062800002/kemenkes-perbanyak-beasiswa-dokter-spesialis-simak-persyaratannya.html#:~:text=Direktur%20Penyediaan%20Tenaga%20Kesehatan%20Kemenkes



 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page