- Dinara Jasmine Afra
- Aug 13, 2023
- 8 min read
Narasi Perjuangan
Halo salam kenal semuanya! Nama saya Dinara Jasmine Afra dan akrab dipanggil dengan nama Jasmine. Nama ini diberikan oleh orang tua saya pada tanggal 10 April 2004 di Kota Jakarta dengan harapan bahwa doa-doa orang tua saya yang ada di dalam arti nama ini akan terwujud kelak nantinya. Saya menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMA Terpadu Krida Nusantara yang berada di Bandung. Kemudian pada tanggal 20 Juni 2023 lalu alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk lolos SNBT 2023 dan resmi menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran kelas regular di Universitas Indonesia.
“aku sekarang kuliah jurusan pendidikan dokter di UI tante/om”. Sebuah kalimat yang sepertinya hingga saat ini pun saya masih segan mengucapkannya ketika orang lain bertanya saya kuliah dimana. Bagaimana tidak, Universitas Indonesia ini merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia1 yang pastinya diisi oleh orang-orang terpilih. Fakultas kedokteran yang menyandang gelar sebagai salah satu institusi pendidikan dokter terbaik yang dimiliki oleh Tanah Air2 selalu membuat saya kagum setiap kali mendengarnya sehingga tidak pernah terbesit dalam pikiran saya bahwa dalam beberapa tahun kedepan akan menjadi tempat saya belajar untuk mewujudkan cita-cita.
Film-film yang berbau kedokteran selalu berhasil membuat saya semangat untuk memperjuangkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Namun, motivasi sebenarnya terletak pada ayah saya. Beliau selalu menyelipkan perkataan ini setiap kami menghabiskan waktu berdua, “nak, papa ingin deh diantara anak-anak papa ada yang jadi dokter, yang bisa terus menolong orang lain yang membutuhkan”. Hati siapa yang tidak luluh mendengar keinginan orang tuanya. Akhirnya, saya memutuskan untuk menuruti keinginan orang tua.
Tetapi apakah saya sedari dulu bercita-cita menjadi seorang dokter? Tentu saja tidak. Mungkin ketika orang-orang bertanya, “mau jadi apa nanti kalau sudah besar?” kepada diri saya yang berusia yang masih sangat belia, saya dengan percaya diri pasti akan menjawab, “mau jadi dokter”. Namun, seiring berjalannya waktu, saya semakin bingung dengan apa yang benar-benar saya inginkan, seperti kehilangan arah. Pengetahuan saya yang semakin luas membuat saya sadar bahwa menjadi seorang dokter tidak semudah seperti yang saya pikirkan dulu. Hal itu membuat saya ragu dan sering mempertanyakan apakah kemampuan saya cukup untuk menjadi seorang dokter. Sering kali saya berubah pikiran, sekarang ingin jadi dokter, esokannya cita-cita saya menjadi pilot, lalu mungkin minggu depannya ingin jadi artis. Pikiran tersebut terus berlangsung hingga saya menduduki jenjang kelas 3 SMA dimana saya sadar bahwa sebenarnya saya memang ingin menjadi dokter.
Namun, perjalanan saya sampai masuk di fakultas kedokteran ini tidak selalu berjalan seperti kemauan saya. Saya selalu memiliki masalah dengan istilah “adaptasi”. Berawal ketika saya memasuki jenjang SMP, saya menghabiskan 4 minggu pertama di kelas 10 bersekolah di Pesantren Darul Qur’an Mulia. Loh, kenapa kok hanya 4 minggu? Ya, jawabannya simpel, saya tidak betah. Kala itu, saya memohon-mohon untuk keluar dari pondok pesantren tersebut. Tidak lama waktu yang saya butuhkan untuk membujuk orang tua saya agar segera mengurus kepindahan sekolah saya. Namanya juga orang tua, mungkin tidak tega melihat anaknya merasa tertekan, apalagi dalam keadaan jauh dari rumah. Kemudian saya melanjutkan sisa waktu SMP di SMPIT Nur Hikmah Bekasi.
Berhasil lulus dari SMP dengan nilai ujian nasional yang bisa dikategorikan tinggi (seingat saya hampir menyentuh NEM 37.00), tidak membuat saya mudah dalam mencari SMA untuk melanjutkan sekolah. Saat itu, tahun 2019, sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA tidak lagi menggunakan nilai ujian nasional, melainkan menggunakan sistem zonasi. Rumah saya yang berada jauh dari sekolah-sekolah menengah atas unggulan di Jakarta memaksa saya untuk pindah kartu keluarga (KK). Saya sudah mulai mengurus berkas-berkas perpindahan kartu keluarga sejak bulan November 2018. Namun nahasnya, saya telat sehari mengurus perpindahan kartu keluarga karena saat itu minimal waktu perpindahan adalah enam bulan sebelum PPDB dilaksanakan. Kami sekeluarga panik karena waktu itu saya sangat bersikeras untuk masuk SMA negeri di Jakarta. Akan tetapi mau bagaimana lagi, mau dipaksa untuk daftar pun pasti tidak akan diterima karena jaraknya memang benar-benar jauh.
Saya harus merelakan keinginan saya untuk bersekolah di SMA negeri unggulan Jakarta. Kalau ditanya kenapa sih harus sekolah negeri Jakarta yang unggulan, jawaban saya adalah karena saya sering dengar dari teman-teman kakak kelas kalau kelulusan SNMPTN bergantung pada alumni dari sekolah tersebut. Saya saat itu mengincar Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN sehingga saya mencari SMA yang track record alumninya banyak yang lolos ke Universitas Indonesia.
Pada akhirnya, saya memilih untuk melanjutkan jenjang SMA di SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung. Awalnya saya sempat menolak keras untuk bersekolah di asrama karena teringat kisah SMP saya, apalagi sekolah ini merupakan sekolah semi-militer. Ketika pengumuman kelulusan, rasa sedih dan khawatir menutupi kesenangan saya. Saya takut tidak bisa beradaptasi dan akan mengulangi kejadian di tahun awal SMP saya. Tetapi apa boleh buat, selain orang tua saya yang sangat mendukun saya untuk belajar hidup mandiri di asrama, keadaan saat itu juga menjadikan SMA Krida Nusantara menjadi satu-satunya pilihan saya. Dengan berat hati, saya berangkat ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan.
Awal masa SMA terjadi tepat seperti apa yang saya takutkan. Tiga bulan pertama saya menjalani masa basis. Tidak ada penggunaan alat elektronik sama sekali, dilarang memberi atau menerima kabar dari keluarga. Kalau kata teman saya, kami ini hidup primitif selama masa basis. Tangisan dan hukuman seolah sudah menjadi bagian pokok dari hidup saya dan teman-teman disana. Apalagi dengan senioritasnya yang masih sangat kental. Tetapi untungnya, saya berhasil melewati masa-masa adaptasi. Satu-satunya motivasi yang membuat saya berhasil adalah ketika saya merayu untuk pindah sekolah, wali asuh saya pasti berkata, “kamu nanti tidak bisa ikut SNMPTN kalau mutasi”.
Perjuangan saya beradaptasi di sekolah asrama tersebut tidak sia-sia. Saya berhasil masuk daftar eligible. Wah, betapa senangnya saya saat melihat nama saya tercantum dalam file yang berisikan nama-nama siswa yang berhasil masuk kuota SNMPTN. Namun, saya saat itu tidak berniat mendaftar ke fakultas kedokteran dengan nilai rata-rata saya yang hanya 85. Dengan segala perhitungan, saya akhirnya memilih program studi aktuaria di dua universitas yang berbeda.
Perhitungan saya salah besar. Saya termenung di depan layar laptop tanggal 29 Maret 2022 pukul 4 sore. Warna merah terpampang jelas dari laptop saya. Sedih. Sangat. Saya sempat mogok belajar selama dua hari. Tetapi setelah itu, semangat saya kembali untuk lulus SBMPTN 2022. Saya berangkat ke inten setiap hari selama masa superintensif, tidak jarang saya meneteskan air mata di perjalanan menuju tempat bimbel tersebut. Soal-soal kuis, mandiri, try out, dan progress, semua saya kerjakan dengan sangat sungguh-sungguh.
Tiba saatnya saya mendaftar SBMPTN. Kali ini saya melakukan banyak konsultasi perihal jurusan dengan guru saya. Saya tetap mendaftar di program studi aktuaria karena berdasarkan nilai-nilai try out saya, angka tersebut tidak cukup untuk masuk ke fakultas kedokteran. Padahal ayah saya sering bilang, “tidak apa-apa dek daftar aja ke pendidikan dokter, siapa tahu rezekinya memang disitu”. Saya tidak mau. Masih terbayang jelas penolakan SNMPTN di kepala saya.
Hari yang dinantikan oleh hampir seluruh murid kelas dua belas pun tiba. Ya, pengumuman SBMPTN tahun 2022. Saya berusaha untuk pura-pura tidak peduli karena jujur saja saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa saat itu. Tetapi tetap saja, saya bisa merasakan jantung saya yang berdetak kencang serta tubuh mulai berkeringat dingin. Saya mencoba untuk tidur. Terdengar notifikasi handphone saya berbunyi. Penasaran, saya langsung membukanya dan mata saya tertuju pada kata selamat. Saya lolos. Tidak percaya, saya membuka pengumuman sendiri. Ternyata benar, saya lolos di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.
Namun, kisah SMP saya terulang kembali di waktu kuliah ini. Empat minggu setelah saya tiba di Malang, setelah melaksanakan rangkaian ospek dan perkuliahan, saya memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Alasannya sama, susah beradaptasi. Orang tua saya awalnya menolak dan sempat terjadi sedikit perselisihan antara kami. Akhirnya, setelah beberapa negosiasi, saya diperbolehkan untuk gapyear.
Kurang lebih satu tahun saya mengulang kembali masa-masa mengejar perguruan tinggi. Rasanya seperti déjà vu. Bangun pagi-pagi untuk berangkat les bukan ke kampus, mencatat kembali semua materi, mengerjakan kuis dan mandiri, hingga kembali menempelkan progress try out. Semua itu saya lakukan dengan sangat tekun karena kali ini saya bertekad akan mendaftar di jurusan impian, pendidikan dokter di Universitas Indonesia. Terkadang, semangat saya sering kali pudar ketika melihat teman-teman yang seangkatan dengan saya update di sosial media tentang kehidupan kuliah mereka. Tetapi, teman-teman seperjuangan gapyear dan dukungan serta nasihat orang tua saya selalu membuat saya kembali fokus pada tujuan awal.
Pada kesempatan kedua ini, saya memberanikan diri untuk menjadikan jurusan pendidikan dokter di Universitas Indonesia ini sebagai pilihan pertama. Alhamdulillah, saya kembali diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk lolos. “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SNBT SNPMB 2023 di Universitas Indonesia Pendidikan Dokter”. Terharu, bahagia, kaget, berbagai perasaan bercampur aduk menjadi satu. Saya berhasil membuka jalan untuk mewujudkan cita-cita saya dan orang tua untuk menjadi seorang dokter.
Menjadi seorang mahasiswi di fakultas kedokteran terbaik di Indonesia membuat saya memiliki komitmen untuk membenahi diri menjadi lebih baik. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Lolos di FKUI ini hanya merupakan awal dari perjalanan yang sangat panjang hingga saya mendapatkan gelar dokter di depan nama saya. Saya berharap untuk kedepannya saya bisa lebih baik dan yakin dalam menentukan keputusan demi masa depan. Saya juga berharap untuk teman-teman FKUI angkatan 2023 agar bisa terus berkarya dan berinovasi sehingga bisa turut mengharumkan nama FKUI melalui berbagai prestasi dan menjadi dokter-dokter yang ideal, bertanggung jawab, dan selalu beritikad baik.
Menjadi dokter yang ideal mungkin merupakan harapan bagi setiap para dokter. Tidak hanya bisa mengobati pasiennya, seorang dokter ideal harus mempunyai sifat yang teladan dalam profesionalisme. Seorang dokter juga harus bisa menjunjung tinggi nilai etika profesi kesehatan dan mengamalkannya dengan tujuan untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan mampu menggunakan prinsip kemanusiaan dalam menangani pasiennya [3]. Selain itu, harus ada rasa tanggung jawab yang besar bagi seorang dokter atas tindakan-tindakan yang dilakukannya karena hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dokter terhadap pasiennya [4]. Oleh karena itu, eksistensi dokter ideal sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami oleh masyarakat akibat kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai di negeri ini [5].
Rencana saya selama pre-klinik sebenarnya cukup sederhana. Dalam bidang akademik, saya ingin berusaha untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar. Saya juga berharap untuk tidak ada pengulangan mata kuliah sehingga saya bisa lulus tepat waktu dengan ipk yang baik. Dalam bidang non-akademik, saya ingin bergabung dalam kegiatan volunteer karena selain untuk memperluas relasi, saya sangat ingin turut membantu masyarakat walaupun saya masih menjadi mahasiswa.
Setelah lulus menjadi sarjana kedokteran, saya berencana untuk melanjutkan pendidikan co-ass serta lulus menjadi seorang dokter yang selalu teguh dalam menjunjung tinggi kode etik profesi dokter dan kemanusiaan dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Saya juga ingin turut berkontribusi dalam pengembangan kedokteran yang akan bermanfaat bagi masyarakat di masa yang akan datang
Pesan saya untuk adik-adik yang memiliki keingnan untuk menjadi seorang dokter dan menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah jangan takut untuk bermimpi atau bercita-cita setinggi mungkin. Jangan takut untuk mengambil resiko, tetapi jangan lupa juga harus dibarengi dengan usaha yang tidak mudah. Gagal tidak masalah asal jangan biarkan kegagalan itu menjadi sebuah penghalang. Mungkin di awal akan terlihat sangat berat untuk dijalankan, tapi ketika sudah berhasil melewatinta pasti aka nada rasa bangga terhadap diri sendiri. Jalani dan nikmati setiap prosesnya, karena yang banyak sekali nilai yang dapat kita petik dari setiap momen itu.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada semua pembaca yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca narasi ini. Semoga kita semua diberi kemudahan dalam meraih mimpi. Terimakasih!
Referensi :
1. Top universities in Indonesia 2023 Indonesian university ranking [Internet]. UniRank; 2023 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.4icu.org
2. 75 best medical schools in Indonesia [Internet]. United States. EduRank;2023 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://edurank.org/medicine/id/
3. Darwin E, Hardisman. Etika profesi kesehatan [Internet]. Ed 1. Yogyakarta: Deepublish; 2014 Mar. [cited 2023 Aug 11]. Available from: http://repo.unand.ac.id/28951/1/Buku%20Etika%20Hardisman-Chapter-1.pdf
4. Tomo M.P.S. Hubungan pengetahuan kodeki dengan sikap koas terkait kasus kedaruratan di RSUD Dr. Moewardi. Universitas Negeri Sebelas Maret [Internet]. 2022 [cited 2023 Aug 12]. Available from: https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=0CDYQw7AJahcKEwjAxtqKktmAAxUAAAAAHQAAAAAQAw&url=https%3A%2F%2Fdigilib.uns.ac.id%2Fdokumen%2Fdownload%2F91238%2FNTI0MjYz%2FHubungan-Pengetahuan-Kodeki-dengan-Sikap-Koas-terkait-Kasus-Kedaruratan-di-RSUD-Dr-Moewardi-BAB2.pdf&psig=AOvVaw2vnpw6qSAyal0axrsY2Pxu&ust=1691999130161432&opi=89978449
5. Nuralim. Tugas dan tanggung jawab dokter menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pemberian pelayanan. Institut Agama Islam Negeri [Internet]. 2019 [cited 2023 Aug 12]. Available from: https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldustur/article/view/347
Comments