- Diandra Arya Shafira
- Aug 11, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 12, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semuanya, perkenalkan namaku Diandra Arya Shafira, atau lebih biasa dipanggil Fira. Di tahun 2023 ini, aku diterima menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui program Talent Scouting. Sebelum diterimanya aku di fakultas impian, aku menempuh Pendidikan dan memperjuangkan mimpi di SMA Labschool Jakarta.
Dulu, saat saya masih kecil sering sekali rasanya ditanyakan “kak, nanti pas udah besar mau jadi apa?” atau “kak, cita-citanya mau jadi apa?”. Sejujurnya dulu aku tidak pernah bermimpi menjadi apa – apa, beda dengan anak-anak lain seumuran ku yang sepertinya mempunyai mimpi yang sangat tinggi. Tidak jarang mendengar ada yang mau jadi presiden, astronot, tentara, artis dan lain – lain, tetapi aku tidak pernah sekalipun tertarik terhadap pekerjaan-pekerjaan itu, selalu saja aku memikirkan efek negatifnya.
Kalau aku jadi presiden pasti banyak musuhnya, kalau aku jadi astronot takut kehabisan oksigen nanti saat menjelajah luar angkasa, kalau jadi tentara takut tertembak musuh, dan kalau jadi artis takut ngomong di depan banyak orang. Dulu aku merasa aneh sendiri, kok bisa ya orang lain tau saat dewasa nanti mau jadi apa? Kok aku gak bisa ya mikir sejauh itu? Tentu, bisa saja mereka terinspirasi dari pekerjaan orang tua mereka. Tak sedikit anak yang ingin mengikuti jejak pekerjaan orang tuanya, tapi aku kurang yakin kalau misalnya aku mengikuti jejak salah satu orang tuaku, aku bisa menjalankannya dengan baik dan benar seperti mereka.
Papaku seorang polisi, dari aku lahir hingga sekarang papa sering sekali pindah-pindah kota, mengikuti tuntutan pekerjaan. Awalnya memang enak, dari aku kecil sering sekali aku ikut jalan-jalan keluar kota hingga keluar negeri untuk menemani papa, tapi lama kelamaan capek juga, setiap satu atau dua tahun sekali harus pindah.
Tapi ada hal dari pekerjaan papa yang aku sangat suka sekali setiap kali dia ceritakan, yaitu adanya kasus-kasus baru yang harus dipecahkan setiap harinya. Dulu aku selalu menyamakan papa dengan agen intelijen seperti di film-film, kayaknya seru sekali mempunyai pekerjaan dimana setiap harinya ada hal baru yang bisa dipelajari.
Sama juga dengan pekerjaan mamahku. Jujur jika ditanya pekerjaan dia apa, aku ngga bisa menjawab, yang aku tahu hanya beberapa hal. Pertama, dia bekerja di kantor di Jakarta Pusat . Kedua, sama dengan papa, mama juga terkadang harus keluar negeri walaupun tak sesering papa. Ketiga, mama hanya bekerja kapanpun dia mau dan dimanapun dia mau. Awalnya aku ingin bekerja seperti mama, kayaknya kalau punya perusahaan sendiri enak juga ya? Jam kerja yang fleksibel dan gaji yang lebih dari cukup. Apa coba hal negatifnya?
Ya emang betul juga yang bilang orang yang gak tahu masalah adalah orang yang bahagia. Aku baru tau susahnya punya perusahaan sendiri saat mama ngajak aku nemenin dia ngantor saat aku lagi libur sekolah, katanya si buat pengalaman aja. Dari itu aku tau betapa susahnya ngurusin karyawan yang banyak, menghadiri meeting yang ga ada habisnya, quick thinking dan decision making juga gimana, ternyata jadi company head itu susah banget.
Dari semua itu, aku konklusikan bahwa nanti saat aku bekerja, aku ingin punya pekerjaan yang gak seterangkap bekerja di kantor, tetapi tetap stabil dimana masih mungkin mengeksplorasi tempat tempat baru, tanpa harus berpindah tempat setiap tahunya. Aku juga menginginkan sebuah pekerjaan dimana setiap harinya aku bisa mempelajari hal-hal baru yang dapat menambahkan wawasan aku dan membuat setiap hari menyenangkan dan tidak membosankan.
Orang tuaku tidak pernah memaksa ku untuk menjadi sesuatu yang aku tidak mau, kata mereka asalkan aku bahagia dengan pilihanku nanti maka mereka pasti akan selalu mendukung. Saat aku memberi tahu mereka seperti apa karir yang aku mau nanti, hal pertama yang mereka sugestikan adalah menjadi dokter.
Saat pertama kali di sugestikan itu, aku cukup skeptikal. Bukanya jadi dokter tu susah ya? Jadi setelah itu aku mulai mencari tahu, kalau jadi dokter itu seperti apa. Setelah aku telusuri, memang menjadi dokter itu pasti susah, tapi semua pekerjaan pasti juga ada susahnya jadi aku melihat hal-hal positifnya terlebih dahulu.
Menjadi seorang dokter adalah profesi yang dipastikan akan mempelajari hal-hal baru setiap harinya, yang bis akita dapatkan dari kita membantu pasien yang berbeda beda dengan background yang juga pasti unik terhadap setiap individunya dan dengan mengikuti penelitian-penelitian dan penemuan baru, dimana dengan berkembang nya dunia sudah pasti akan ada hasil dari perkembanganya yang ditemukan dan dapat dipelajari.
Dalam kedokteran pun masih ada stabilitas pekerjaan tetapi tetap memungkinkan kita berkolaborasi dengan dokter-dokter dari seluruh dunia. Dengan bekerja sama bersama dengan instansi pendidikan ataupun organisasi-organisasi nasional maupun internasional, memungkinkan aku untuk mempunyai keseimbangan bekerja didalam maupun diluar comfort zone aku.
Selain itu, menjadi dokter juga merupakan sebuah pekerjaan yang bukan hanya menguntungkan kita tetapi juga semua orang. Dengan mengabdikan diri kepada masyarakat, membantu menyembuhkan pasien-pasien, dan membantu pengedukasian publik terhadap kesehatan, membuat pekerjaan dokter sebagai salah satu pekerjaan yang mempunyai dampak positif.
Setelah memikirkan dengan panjang, berbicara dengan konselor dan orang tua, aku menetapkan untuk menjadi dokter saat aku dewasa nanti. Dan perjuangan ku untuk menjadi dokter dimulai saat aku berambisi untuk bersekolah di universitas yang mempunyai fakultas kedokteran terbaik di Indonesia yaitu Universitas Indonesia.
Ambisi aku untuk masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuat aku mengetahui salah satu jalur masuk ke universitas ini yaitu talent scouting. Aku dari awal memang mengincar jalur masuk talent scouting karena lewat jalur ini memungkinkan aku untuk bersekolah ke luar negri.
Dari aku kelas 5 SD, aku mulai untuk mengikuti organisasi berbasis internasional untuk menambah wawasanku untuk persiapan berkuliah dengan basis internasional. Saat itu aku menjadi salah satu perwakilan sekolah ku untuk pertukaran pelajar ke Singapura, sejak perjalanan pertama itu mendasarkan semangat ku untuk mulai mengejar cita-citaku.
Saat aku naik ke bangku SMP, dari awal kelas 7 aku mengikuti program International Student’s Exchange, dimana melewati program ini aku mulai sering dikirim keluar negeri menjadi delegasi muda untuk mewakilkan bukan hanya sekolah tetapi juga negara dalam berbagai macam ajang.
Aku selama 3 tahun menjadi anggota mengikuti ekspedisi berkali-kali. Dikirim ke berbagai negara seperti Turki, Malaysia, Singapur, dan lain-lain. Selain ekspedisi pertukaran budaya dan pelajar akupun juga sering mengikuti program bantu di Indonesia. Salah satu memori yang menurutku sampai sekarang sangat terkenang adalah dimana aku dan teman-temanku dikirim ke berbagai sekolah-sekolah di desa di Bangka-Belitung untuk mengajari anak-anak SD dan membantu pemeliharaan dan pengembangan sarana kesehatan.
Dari situ mata ku terbuka lebar bahwa kesenjangan fasilitas kesehatan ibu kota dengan daerah masih sangat luas. Dimana hal-hal yang normal di Jakarta seperti saluran air yang memadai, banyaknya pilihan rumah sakit yang dikhususkan terhadap penyakit tertentu, kewajiban sosialisasi masalah kesehatan di sekolah. Hal-hal yang menurutku seharusnya ada malah jarang sekali terdapat di pelosok-pelosok daerah. Dari situ, tekad ku menjadi dokter semakin menambah setiap harinya.
Namun saat masa kenaikan kelas dari SMP ke SMA di tahun 2020, dengan adanya pandemi Covid-19, terpaksa banyak aktivitas ku yang harus dihentikan. Walaupun begitu, pandemi ini tidak menghentikanku dari mengejar pengalaman dan penghargaan, namun mengajarkanku bagaimana bisa beradaptasi dengan keadaan dengan cepat.
Di awal kelas 10 aku mulai mengikuti Ekskul LISA atau Labschool’s International Students Association, dimana aku bergabung divisi speech, model united nations atau MUN, dan tim debat inti dimana saat aku kelas 11 mendapatkan promosi menjadi anggota executive board dan menjadi head of debate. Selain berorganisasi aku juga mengikuti berbagai macam olimpiade Bahasa Inggris, dimana selama 3 tahun aku mendapatkan beberapa medali emas, perak, dan perunggu.
Selain meningkatkan prestasiku, aku juga mengikuti les privat untuk lebih menekuni pembelajaran inti di sekolah dan juga mengikuti program pelatihan tes TOEFL dari aku kelas 10 hingga kelas 12 untuk memaksimalkan nilai yang bisa aku dapatkan yang kemudian akan digunakan untuk pendaftaran talent scouting nantinya.
Bulan februari dan maret di tahun 2023 merupakan salah satu jangka waktu yang sangat menegangkan bagiku. Dimana di bulan-bulan itu semua kerja keras yang telah aku lakukan selama ini akan menunjukan apakah semua yang telah aku perjuangkan akan membuahkan hasil yang aku inginkan atau tidak.
Di tanggal 21 Maret, aku tiba-tiba mendapatkan whatsapp dari nomor tak dikenal bahwa aku lolos fase 1 pemilihan jalur masuk talent scouting di FKUI. Karena awalnya aku takut telah di text nomor tak dikenal, aku langsung menghubungi guru BK ku untuk mendapatkan konfirmasi apakah ini benar atau tidak.
Selama 30 menit aku menunggu jawaban darinya, aku keringat dingin menunggu jawaban dari guruku. Dan, setelah menunggu lama aku mendapat konfirmasi bahwa berita itu benar dan aku lolos tahap 1 dan harus melanjutkan dengan MMPI tes dan interview.
Setelah semua sudah berlalu, menunggu tanggal 31 Maret datang terasa sangatlah lama. Aku ingat sekali saat jam 3 datang, aku dan mamaku sedang makan siang diluar bersama, saat pengumuman kelulusan seleksi sudah bisa dibuka dan tercantum dibawah namaku bahwa aku diterima sebagai mahasiswa kedokteran di FKUI aku dan mamaku menangis di restoran tersebut, tapi untungnya kami berada di ruangan privat jadi tidak terlihat orang lain dan dikira kita orang aneh.
Sekarang sebagai mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia aku akan berkomitmen untuk tetap bekerja keras dan menjadi mahasiswa yang akan terus berprestasi secara internasional dan bisa lulus dengan cepat dan membahagiakan bukan hanya orang tuaku namun diriku sendiri pun, dimana selama berpendidikan di Universitas Indonesia aku tidak akan putus asa dan mengeluh namun lebih bekerja keras dan meningkatkan segala aspek baik dari dalam diriku.
Di masa depan saat aku bekerja nanti, aku ingin menjadi seorang dokter yang ideal. Seorang dokter selain mempunyai wawasan medis yang luas dan mempunyai skill berkomunikasi yang baik harus mempunyai beberapa kualitas penting yaitu,[1] bisa menjadi pendengar yang baik, teliti dan terorganisasi dalam bertugas, mempunyai tingkat empati yang tinggi terhadap semua orang, gigih, dan dapat bekerja sama dengan baik[2].
Dalam waktu jangka pendek selama PSAF aku berharap dapat bisa mengenal bagaimana lika-liku menjadi mahasiswa kedokteran kedepanya, membuat pertemanan baru, dan mempelajari hal-hal baru.
Dan semoga setelah menyelesaikan pendidikan sarjana dan mendapatkan gelar dokter, aku dapat magang di kementerian kesehatan dan mendapatkan pekerjaan yang cocok denganku sehingga nantinya dapat melanjutkan S2 menjadi spesialis jantung dan pembuluh darah.
Semoga saat aku sudah menjadi dokter nanti aku dapat membawa impact yang baik terhadap masyarakat dan lingkunganku, dapat menjadi dokter yang amanah dan mengamalkan seluruh bagian dari sumpah dokter nantinya, dapat menjadi pribadi yang baik dan dapat membanggakan kedua orangtua ku.
Sebelum menutup narasi ini aku ingin menyampaikan sesuatu terhadap orang-orang yang sedang berjuang untuk masuk fakultas kedokteran. Terkadang hidup akan terasa sangat berat, dimana melangkahkan kaki terasa seperti hal yang mustahil dan kita mempertanyakan ke diri kita sendiri “mengapa perjuanganku tidak membuahi hasil?” dan yang ingin kira lakukan adalah bersembunyi dan menyerah secara diam diam. Namun ingatlah, hidup tidak akan berakhir hanya karena satu kesalahan, malah dengan adanya kesalahan, kita bisa belajar dan berdiri kembali dengan lebih kuat dan lebih penuh pengetahuan.
Terima kasih jika sudah membaca narasi ini sampai akhir, semoga dengan membaca narasi ini kalian yang belum masuk fakultas kedokteraan menjadi lebih termotivasi. Semoga kita bisa bertemu di kemudian hari di fakultas tercinta ini.
Daftar Pustaka
American University of the Caribbean School of Medicine. Skills That Make A Good Physician [Internet]. St. Marteen: American University of the Caribbean;2021 Oct 14 [cited 2023 Aug 10]. Available from https://www.aucmed.edu/about/blog/skills-that-make-a-good-physician
St. George’s University. What Makes a Good Doctor? 7 Surprisingly Useful Skills for Physicians [Internet]. Grenada:St. George’s University;2021 Jul 6 [cited 2023 Aug 10]. Available from https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
Kommentare