top of page
  • Youtube
Search
  • Danishara Dara Purnama
  • Aug 13, 2023
  • 11 min read

Narasi Perjuangan


Saya yakin, pasti ada orang yang memiliki impian dan keinginan yang sangat ingin mereka wujudkan, tetapi mereka selalu merasa dirinya tidak mampu dan tidak layak untuk mewujudkannya. Sejujurnya, saya merupakan salah satu dari mereka yang berpikir atau setidaknya pernah berpikir seperti itu. Namun, di tahun 2023 ini, semuanya berubah. Saya menyadari bahwa setiap orang berhak untuk bermimpi dan berhak untuk menginginkan impiannya terealisasi, terlepas dari latar belakang ataupun kemampuannya yang dimiliki oleh orang tersebut.


Sebelumnya, Halo semuanya! Perkenalkan, nama saya Danishara Dara Purnama, biasa dipanggil Dara oleh teman-teman saya, dan Danish oleh keluarga saya. Beberapa bulan lalu, saya baru saja resmi menyelesaikan studi saya selama 3 tahun di SMAN 68 Jakarta, dan beberapa bulan lalu juga, saya berhasil menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kelas Khusus Internasional (KKI) melalui jalur Talent scouting. Dan inilah kisah perjalanan saya untuk mewujudkan impian yang sudah saya dambakan sejak lama; menjadi pemilik dari jaket kuning dengan warna makara hijau.


Saya selalu percaya bahwa untuk menjadi dokter yang baik, saya harus menemukan tempat yang sempurna untuk menempa diri–sebuah lingkungan yang akan mendorong pertumbuhan bukan hanya secara akademik dan non akademik, melainkan juga tumbuh menjadi pribadi yang terpuji dan memiliki integritas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memiliki reputasi prestisius dan daftar panjang alumni berprestasi. Terkenal sebagai salah satu Fakultas Kedokteran terbaik dan terfavorit di Indonesia, rumah bagi orang terpintar dan pekerja keras di negeri ini, justru membuat saya mempertanyakan kemampuan diri saya sendiri. Mengingat banyaknya orang yang memiliki cita-cita yang sama seperti saya, ada satu pertanyaan yang selalu terbesit di kepala saya. “Apakah saya bisa menjadi bagian dari FKUI?”


Ketika berbicara tentang motivasi menjadi dokter atau alasan memilih melanjutkan pendidikan saya di fakultas kedokteran, saya selalu teringat dengan satu pertanyaan yang selalu dilontarkan orang kepada saya, yaitu “Kenapa sih pengen jadi dokter? Orang tua kamu dokter ya?” Maka jawabannya adalah tidak. Saya berasal dari keluarga yang tidak memiliki kecondongan terhadap dunia kesehatan sama sekali. Namun, saya terlahir dari orang tua yang selalu mengusahakan bahwa anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik serta percaya dengan pilihan anaknya tanpa memaksakan kehendak apapun


Saya sadar, memiliki orang tua yang selalu suportif terhadap pendidikan anaknya dan selalu memberikan anaknya kesempatan untuk memilih, merupakan suatu privilege yang mungkin tidak semua orang miliki, oleh karena itu saya merasa saya harus memanfaatkan privilege ini sebaik mungkin, terkhususnya dalam memilih jurusan yang menurut saya tepat. Oleh karena itu, saya berpatokan dengan satu hal melalui pesan yang selalu ditanamkan oleh orang tua saya sejak saya kecil. Pesan tersebut adalah “Hidup itu tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga harus bermanfaat buat orang lain.” Kata-kata itulah yang membuat saya merasa kalau menjadi dokter adalah salah satu cara agar saya bisa mengamalkan pesan tersebut.


Selain itu, ada satu alasan yang sangat berkesan kepada saya yang membuat saya semakin yakin dalam memilih fakultas kedokteran. Saat itu saya baru berusia sembilan tahun dan saya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen tenis pertama kalinya. Untuk memastikan bahwa saya dapat berprestasi maksimal, orang tua saya membuat janji dengan seorang dokter untuk menganalisis postur tubuh saya. Setelah memeriksa postur tubuh saya, Sang dokter, Dokter Bobby Nelwan dan saya menjalani percakapan yang menyenangkan, dan saya ingat beliau berkata, "Kamu pernah terpikir untuk menjadi dokter? Tidak banyak loh dokter yang juga atlet." Pada saat itu, pertanyaan Dokter Bobby tidak membuat saya terpikir menjadi dokter karena saya masih berusia sembilan tahun.


Seiring bertambahnya usia, saya mulai mengalihkan fokus saya dari olahraga dan memilih fokus pada musik. Musik telah menjadi penenang bagi jiwa, memberikan ketenangan dalam saat-saat nyaman maupun sulit. Perjalanan saya dalam musik dimulai pada usia empat tahun, tetapi saya mulai menciptakan melodi dan sendiri pada usia sebelas tahun. Saya menyadari bagaimana kekuatan musik dapat membangkitkan emosi yang mendalam, meningkatkan pemahaman, dan mendorong empati. Beberapa orang percaya bahwa "Musik adalah obat bagi jiwa." Oleh karena itu, jika musisi dianggap sebagai "Pahlawan jiwa," maka siapakah pahlawan bagi tubuh? Saya percaya bahwa dokterlah jawabannya. Ini mengingatkan saya pada kata-kata Dokter Bobby. Bukan sebagai atlet, melainkan sebagai musisi. Hal ini membuat saya berpikir: bagaimanakah rasanya menjadi seorang dokter yang membantu mereka yang tidak bisa menolong dirinya sendiri?


Untuk memenuhi keinginan saya menjadi dokter, saya tahu bahwa saya harus berjuang sepenuh hati untuk mencapainya. Perjuangan sesungguhnya untuk sampai di titik ini diawali dari saat saya SD sampai dengan SMA. Sejak duduk dibangku SD, Orang tua saya berharap agar saya tidak hanya berprestasi di bidang akademik, tetapi juga di bidang non akademik. Sehingga, saya cukup beruntung untuk diberi kesempatan les atau kursus oleh orang tua saya. Kursusnya cukup beragam, yaitu kursus musik seperti piano dan gitar, kursus olahraga yaitu sepatu roda, basket, renang, dan tenis lapangan, serta kursus bahasa inggris. Mereka berharap dengan diberinya les tersebut dapat membantu saya di kemudian hari, terutama dalam melatih saya untuk dapat bersosialisasi dengan banyak teman, merasakan senang dan sedihnya keberhasilan dan kegagalan, serta berjiwa besar untuk menerima hasil perjuangan. Terlepas dari padatnya kursus seni dan olah raga yang harus saya ikuti, orang tua saya selalu mengingatkan saya untuk belajar dan fokus mengutamakan pelajaran sekolah. Agar saya dapat mendapatkan nilai Ujian Nasional dan rata-rata NEM yang memuaskan, saya juga mengikuti salah satu bimbel yang cukup terkenal. Perjuangan tersebut membuahkan hasil yang sangat memuaskan karena saya berhasil diterima di SMPN 115, SMP Negeri terbaik di DKI Jakarta.


Di SMP, saya berjanji kepada diri sendiri bahwa saya akan berusaha untuk lebih meningkatkan soft skill dan hard skill saya. Saat kelas 7, saya mengikuti OSIS dan beberapa ekskul yang ada. Di tahap inilah saya belajar cara public speaking, cara berkomunikasi dengan efektif, dan cara mengambil keputusan disaat yang penting. Selanjutnya saya coba mengikuti kompetisi bidang seni yang diadakan oleh Kemendikbud, salah satunya adalah Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) kategori Gitar Solo yang dilaksanakan secara berjenjang dari tahap kecamatan hingga nasional. Saya ingat kesulitan yang saya hadapi dalam membagi waktu antara berorganisasi, belajar pelajaran sekolah dan berlatih gitar untuk perlombaan. Hal ini menyebabkan saya sempat mendapatkan nilai pelajaran sekolah yang menurun. Namun, semua itu terbayarkan ketika saya lolos ke tahap Provinsi dan berhasil menjadi Juara 2 tingkat DKI Jakarta. Tak disangka, ketika UN secara tiba-tiba dihapuskan oleh Kemendikbud, kemenangan ini menjadi salah satu modal saya untuk bisa mendapatkan SMA yang saya inginkan, SMA 68, melalui jalur prestasi non akademik


Memasuki masa SMA, saya dihadapkan oleh tantangan yang cukup banyak. Secara tiba-tiba, sekolah diubah menjadi daring. Pada awalnya, saya cukup kesulitan dalam mengatur waktu yang menyebabkan saya mengalami demotivasi karena ketidaksiapan diri saya sendiri untuk menghadapi perubahan yang cukup mendadak. Namun, mengingat banyaknya orang yang memiliki cita-cita yang sama seperti saya, saya selalu mengingatkan diri saya sendiri dengan pesan yang selalu ayah saya tekankan, yaitu, “Jadilah orang yang berlari ketika orang lain berjalan.” Maka dari itu, saya berusaha sebaik mungkin untuk tetap menjaga motivasi belajar dan mempertahankan nilai pelajaran dengan mengikuti berbagai macam les private serta dua bimbel yang berbeda agar saya dapat mengejar cita-cita saya untuk menjadi bagian dari FKUI. Selain itu, saya selalu berusaha untuk aktif dalam kegiatan lomba untuk menambah pengalaman dan mengumpulkan sertifikat. Saya juga didorong oleh sekolah untuk kembali mengikuti kompetisi Gitar Solo FLS2N tingkat SMA. Kali ini saya berhasil menjadi Juara 1 tingkat DKI Jakarta dan maju ke tingkat Nasional. Di tingkat Nasional meskipun belum berhasil menjadi Juara, namun saya senang karena berhasil menjadi finalis.


Selain olimpiade seni, saya juga diberi kesempatan untuk menjadi perwakilan sekolah pada Olimpiade Nasional (KSN) Kimia. Namun, saya tidak berhasil untuk melanjutkan ke babak berikutnya. Meski demikian, saya pantang menyerah dan memutuskan untuk mengikuti olimpiade KESAN Nasional dan saya berhasil mendapatkan medali perak dalam bidang Biologi serta medali emas pada bidang bahasa Inggris. Selain itu, saya juga merupakan bagian dari ekstrakurikuler musik, di ekskul tersebut kami melakukan cukup banyak kegiatan sosial, salah satunya adalah mengadakan konser penggalangan dana. Dengan itu, kami dapat mengumpulkan sejumlah besar uang untuk membantu mereka yang membutuhkan, termasuk anak yatim piatu. Kami kemudian mengunjungi panti asuhan dan memperkenalkan alat musik kepada anak-anak dan bersenang-senang memainkannya bersama. Pengalaman inilah yang menunjukkan kepada saya betapa indahnya membantu orang lain dan bagaimana rasanya saya bertekad untuk terus melakukannya di masa depan. Selama menyelesaikan masa SMA, saya sudah terlatih untuk membagi waktu antara kegiatan belajar, mengikuti kursus musik dan kursus pelajaran, serta tetap aktif di ekskul musik sekolah.


Di penghujung kelas 12, saya bersyukur bisa mempertahankan nilai pelajaran sekolah dan berhak menjadi siswa yang diajukan sebagai siswa undangan masuk PTN. Saya memilih FKUI dan sadar bahwa beberapa teman dengan urutan yang lebih tinggi dari saya pun juga memilih FKUI, sehingga rasa semangat saya justru semakin menggebu-gebu, Saya pun bertekad untuk mencoba melalui jalur Talent Scouting. Bermodalkan rasa yakin dengan hasil kursus bahasa Inggris yang telah saya ikuti sejak SD, saya pun berhasil meraih Nilai TOEFL yang cukup memuaskan. Tantangan selanjutnya adalah membuat motivation letter. Di tengah kesibukan ujian akhir semester, ujian praktik, serta ujian sekolah. Saya harus tetap membagi fokus untuk menulis motivation letter yang baik, melakukan revisi berkali-kali hingga sempurna. 28 Maret 2023 merupakan salah satu tanggal yang sudah kutunggu-tunggu. Pada hari itulah hasil SNBP diumumkan. Namun, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Itulah pertama kalinya saya ditolak oleh FKUI, tetapi ini tidak membuat saya berhenti untuk berdoa dan berjuang. Pada tanggal 22 Maret 2023, Alhamdulillah saya mendapatkan notifikasi pesan dari pihak panitia seleksi Talent Scouting bahwa saya lolos ke tahap selanjutnya, yaitu tes MMPI dan MMI. Saya berlatih MMI (interview) melalui kanal youtube serta berlatih dengan teman-teman sekolah saya yang juga mendaftar untuk saling mengoreksi. Pada tanggal 27 Maret 2023, saya pun menjalani tes interview tersebut. Sejujurnya, saya cukup percaya diri dengan semua jawaban yang saya berikan. Namun, rasa ragu tetap ada karena saya juga yakin semua kandidat yang mendaftar merupakan orang-orang yang sudah berusaha secara maksimal juga.


Pada tanggal 31 Maret 2023 merupakan hari penentuan. Saya memutuskan untuk langsung membuka pengumuman hasil Talent Scouting dengan kedua orang tua saya saat jam menyentuh 16.00. Disaat saya menekan tombol “Selection Result” akhirnya saya mendapatkan ucapan “Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru di Universitas Indonesia.” Saya pun menangis haru karena saya tidak menyangka bahwa cita-cita saya yang sudah saya impikan sejak lama pun akhirnya terkabulkan. Saya bersyukur semua perjuangan dan pengorbanan yang telah saya lakukan pun terbayarkan. Diberikannya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tentu tidak bisa disia-siakan. Maka dari itu, saya berkomitmen untuk tetap melanjutkan perjuangan saya yang sudah saya lakukan sejak SD tersebut. Saya akan lebih berusaha dalam mengembangkan diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


Agar saya dapat berkembang dan tumbuh menjadi mahasiswa FKUI yang lebih baik, saya sudah memasang target untuk diri saya sendiri. Ada beberapa aspek dari diri saya yang ingin sekali saya ubah dan saya berharap untuk melakukan perubahan yang bisa membawa saya menjadi mahasiswa yang dapat membawa nama baik FKUI. Berbeda dengan masa SMA, dimana orang tua saya masih turut berkontribusi dalam memahami pelajaran sekolah serta memberi arahan dalam kegiatan yang saya ikuti, saya harap sekarang saya dapat belajar untuk lebih mandiri terutama dalam pengambilan keputusan. Setelah itu, saya juga ingin turut berpartisipasi dalam kegiatan UKM atau organisasi-organisasi yang berhubungan langsung dengan masyarakat serta mengikuti pengabdian masyarakat untuk membantu saya mengasah kemampuan saya dalam bersosialisasi, komunikasi dan juga menumbuhkan sifat empati. Untuk menjadi mahasiswa yang baik, dibutuhkan juga lingkungan serta teman-teman angkatan yang proaktif serta saling bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang sama. Semoga dengan adanya angkatan FKUI Gelora ini, semua mahasiswa yang tergabung bisa merasakan apa arti dari sebuah keluarga yang sesungguhnya serta bertumbuh bersama untuk kelak menjadi dokter yang menjunjung tinggi nilai kesejawatan dan dapat membanggakan almamater FKUI


Menurut saya, dokter yang ideal adalah dokter yang secara aktif mendengarkan, menunjukkan pemahaman, menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang efektif, memiliki sifat dialektis, memiliki sifat otonomi dan koneksi, dapat menyeimbangkan keinginan pasien untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dengan kebutuhan akan bimbingan ahli, memahami pentingnya privasi dalam perawatan kesehatan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa informasi sensitif ditangani dengan aman.1 Selain hubungan dokter-pasien yang baik, hubungan antar sejawat juga baik, dimana seorang dokter harus tau posisinya, bisa bekerja sama dengan baik antar tenaga kesehatan sopan serta santun, dan tidak merasa superior.2


Berdasarkan perspektif pasien di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, citra dokter yang ideal dapat dipahami dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi simbolik, teori manajemen privasi komunikasi, dan teori dialektika relasional. Aspek penting dari komunikasi dokter-pasien dan memberikan wawasan tentang karakteristik yang dihargai pasien dalam penyedia layanan kesehatan mereka. Dengan pendekatan interaksi simbolik, pasien di negara-negara ini mengharapkan dokter yang terlibat dalam interaksi yang bermakna, menunjukkan empati, dan mempertimbangkan konteks budaya. Lebih lanjut, dengan pendekatan dialektika relasional, pasien menghargai dokter yang mampu mengatasi ketegangan hubungan dalam hubungan dokter-pasien. Terakhir, dengan pendekatan manajemen privasi komunikasi, pasien mengharapkan dokter untuk menghormati batas-batas privasi mereka dan menjaga kerahasiaan.3 Dengan mengintegrasikan ketiga hal ini, dokter ideal diharapkan dapat mengurangi secara signifikan ketidaknyamanan emosional pasien –terutama pasien anak yang cenderung lebih sensitif– serta menghindari stres sekunder, yaitu stres yang terkait dengan metode diagnostik dan terapeutik.4


Nilai luhur yang harus dianut oleh seorang dokter ideal, menurut pendapat saya harus mengacu pada konsep altruisme (tanpa pamrih) dan idealisme profesi. Konsep ini membawa kepentingan pasien merupakan kepentingan dokter juga, sehingga senantiasa mementingkan pasien yang dilayani. Nilai ini mengajarkan untuk memotivasi keinginan dan kesediaan seorang dokter untuk membantu dan melayani sesama berdasarkan keahliannya masing-masing, bukan hanya untuk mengejar keuntungan semata berupa uang yang banyak dari seorang pasien. Selain itu, nilai idealisme profesi harus dianut agar tidak terjadi kesenjangan tingkat ilmu pengetahuan antara dokter dengan pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, misalkan mengingatkan apabila terdapat kesalahan yang dilakukan oleh teman sejawat.5


Berdasarkan penjelasan terkait dokter ideal di atas, memang sejatinya dokter memiliki tugas yang krusial di bidang kesehatan, yaitu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang kita tahu bahwa kesehatan merupakan salah satu rejeki yang nilainya sangat berharga, hal ini tidak hanya mencakup sehat fisik tapi juga sehat secara biopsikososial. Guna mewujudkan hal tersebut, seorang dokter ideal harus mampu mengendalikan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti faktor gaya hidup, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetik. Saat ini paradigma sehat sedang digencarkan, seperti kalimat yang sering kita dengar, “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Hal ini tentu saja dapat diwujudkan dengan melakukan penyuluhan secara masif dan menyeluruh baik secara bertemu langsung maupun melalui sosial media. Dapat pula melakukan kerjasama lintas sektor untuk memberdayakan masyarakat agar memudahkan prosesnya dan mewujudkan tujuan Indonesia sehat.6


Agar saya dapat menjadi contoh dari dokter yang ideal, saya pun membuatbeberapa rencana yang saya ingin wujudkan di masa preklinik saya. Pertama, saya ingin mendapatkan nilai IPK yang memuaskan pada tingkat pertama dan berusaha untuk meningkatkan atau mempertahankannya di semester-semester berikutnya. Kedua, saya ingin berpartisipasi dalam lomba yang berkaitan dengan riset terutama di bidang psikiatri. Ketiga, saya ingin mengikuti lebih banyak kegiatan pengabdian masyarakat di daerah-daerah terpencil. Dan yang terakhir, saya ingin memilih Newcastle University sebagai universitas mitra disaat semester tujuh kelak dan mendapatkan gelar Master of Research.


Setelah menjalankan masa pre klinik saya, saya akan memasuki masa koas. Pada masa ini, saya berharap saya akan selalu dapat mengobati setiap pasiennya dengan baik hingga pulih kembali sekaligus meningkatkan kemampuan berkomunikasi saya terhadap pasien-pasien. Lalu, untuk kedepannya saya berencana untuk mengambil spesialis kejiwaan atau psikiatri karena sejak SMP saya memang memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan gangguan mental. Sebagai calon dokter, tentu saja saya mempunyai suatu harapan terhadap masyarakat Indonesia di bidang kesehatan. Harapan saya adalah semoga Masyarakat Indonesia dapat lebih bijak dalam menelan informasi berita terkait kesehatan sebab “Preventif lebih baik daripada kuratif.” Menurut saya, banyaknya miskonsepsi serta kepercayaan terhadap hal-hal seperti ‘mitos’ membuat masyarakat indonesia kurang percaya dengan ucapan dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya, karena mereka akan lebih percaya terhadap informasi yang belum jelas akurasinya serta tidak berasal dari sumber yang kredibel, inilah salah satu faktor utama yang membuat sulitnya menumbuhkan kesadaran di masyarakat indonesia. Sehingga, saya harap dengan bertambahnya wawasan di masyarakat, masalah ini dapat teratasi di kemudian hari.


Dan yang terakhir, teruntuk teman-teman serta adik-adik yang berencana untuk memilih FKUI sebagai pijakan untuk masa depannya, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Profesi dokter adalah profesi yang mulia serta dinamis, profesi ini merupakan salah satu contoh definisi dari “a lifetime learner” Sehingga, diperlukan kesungguhan serta daya tahan yang panjang untuk menjalaninya. Mengalami demotivasi dan jenuh saat belajar merupakan hal yang normal, tapi tetaplah berusaha untuk mengembalikan semangat belajar kalian. Janganlah bersikap terlalu keras terhadap diri kalian sendiri. Selalu ingatlah dengan pesan “Do your best and Let God Do the rest” dan “What's meant to be yours will be yours.” Jangan dengarkan perkataan orang lain dan janganlah membandingkan kemampuan diri sendiri dengan kemampuan orang lain, sebab itu tidak akan ada habisnya. Percayalah dengan diri sendiri, hanya diri kalianlah yang berhak menentukan jalan kalian sendiri.



Daftar Referensi

  1. Prihatini H. Doctor-patient communication in indonesia: a review. Enfermería Clínica. 2017;27(1):259–63.

  2. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. 3 Karakter ini Harus Dimiliki Seorang Dokter [Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/

  3. Rosa EY, Sugandi MS. The ideal doctor image in asian countries: a qualitative study of gen z patient’s perspective. Eduvest–Journal of Universal Studies. 2023;3(7):1347–66.

  4. Ruslyakova E, Zelenskaya A. Image of “ideal doctor” as basis of effective communication between child and doctor. SHS Web Conf. 2018; 50:01149.

  5. Afandi D. Nilai-Nilai luhur dalam profesi kedokteran: suatu studi kualitatif. J Kesehat Melayu. 2017;1(1):25.

  6. Humas. Upaya Peningkatan Mutu Kesehatan Masyarakat Guna Mewujudkan Indonesia Sehat [Internet]. Universitas Negeri Yogyakarta. 2022 [cited 2023 Aug 11]. Available from: https://www.uny.ac.id/id/berita/upaya-peningkatan-mutu-kesehatan-masyarakat-guna-mewujudkan-indonesia-sehat

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page