top of page
  • Youtube
Search
  • Clara Inggrid Rouli Tambunan
  • Aug 11, 2023
  • 8 min read

Updated: Aug 13, 2023

Narasi Perjuangan

Halo teman-teman semua! Nama saya Clara Inggrid Rouli Tambunan atau biasa dipanggil Clara atau Inggrid. Umur saya 18 tahun dan saya berasal dari Sekolah Victory Plus di Bekasi. Setelah melakukan perjuangan panjang melalui jalur Talent Scouting, dengan bangga saya mengatakan, bahwa saat ini saya telah menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program Kelas Khusus Internasional (KKI).


Sejak masuk SMA, saya selalu bermimpi menjadi mahasiswa di FKUI. Bukan hanya saya, tetapi ada banyak orang lain juga yang ingin sekali masuk FKUI, yakni sekolah kedokteran terbaik di Indonesia. Saya selalu melihat FKUI sebagai tempat di mana orang-orang dengan kemampuan intelektual yang tinggi, pekerja keras, dan yang memiliki kepedulian kepada orang yang membutuhkan, dibentuk menjadi dokter-dokter hebat yang setia melayani dan melindungi masyarakat dari hal-hal yang dapat membahayakan mereka, seperti penyakit yang mematikan dan virus yang mengancam kesehatan. Menurut saya pandangan itu masih tetap benar sampai hari ini. Bagi saya, FKUI menjadi terus yang terdepan karena dipimpin oleh para profesor dan dosen yang bijak dan ahli dalam ilmu kedokteran. Dengan pemikiran tersebut, saya ingin sekali dibimbing dan dipandu oleh para ahli medis terbaik di Indonesia selama pendidikan kedokteran saya. Karena FKUI juga terus aktif melakukan penelitian dan inovasi kedokteran, saya yakin FKUI mampu memfasilitasi minat saya dalam penelitian kedokteran dan memungkinkan saya untuk berkontribusi secara bermakna bagi komunitas saya.


Sepanjang tahun-tahun SMP saya, saya selalu tertarik dengan ide menjadi seorang dokter, tetapi entah bagaimana saya merasa ide tersebut terlalu sulit untuk dijangkau. Ini karena saya tidak pernah melihat diri saya sebagai seseorang yang paling cerdas atau paling ramah; saya hanya orang yang biasa, walaupun memang saya selalu menyukai proses belajar. Saya juga mendengar banyak cerita menakutkan dari orang-orang yang bekerja di bidang kedokteran, khususnya tentang betapa pekerjaan ini sangat menguras mental dan sulitnya meniti karir di bidang kedokteran. Jadi mengapa saya memilih kedokteran pada akhirnya? Banyak orang menyebut peristiwa traumatis atau kehilangan anggota keluarga sebagai alasan mereka memilih kedokteran. Namun, tidak ada yang benar-benar traumatis yang pernah terjadi pada saya dan keluarga saya, melainkan ada beberapa kejadian baik yang terjadi karena kemajuan dalam ilmu kedokteran. Karena ilmu kedokteran, ayah saya sembuh dari penyakit kanker. Karena ilmu kedokteran, adik laki-laki saya dapat lahir secara sehat, walaupun ia lahir terlalu cepat atau prematur. Karena ilmu kedokteran, tidak ada anggota keluarga saya yang meninggal atau sakit parah karena COVID-19 selama pandemi. Memang masih ada kekurangan dan ketidaksempurnaan pada pengetahuan kedokteran kita, tetapi hidup saya bisa menjadi sangat berbeda jika tidak ada ilmu kedokteran modern. Jadi, tidak peduli betapa banyak cerita menakutkan yang saya dengar tentang kedokteran, saya menyadari bahwa saya lebih memilih jalan terjal dan panjang menjadi dokter jika itu berarti saya dapat membawa perubahan positif bagi kesehatan dan kehidupan orang lain.


Dengan cita-cita itu, saya mendorong diri saya untuk menjadi lebih rajin dan aktif mulai dari SMA. Saat kelas 10, saya banyak melakukan riset tentang FKUI, dan saya sangat tertarik dengan program kedokteran kelas khusus internasional (KKI). Program tersebut tidak hanya menggunakan bahasa Inggris, tetapi program ini juga menawarkan kesempatan untuk belajar di luar negeri. Saya tahu program ini yang paling tepat untuk saya, karena saya dapat mewujudkan impian saya untuk belajar di luar negeri sekaligus mendapatkan gelar dokter di Indonesia. Setelah melakukan riset lebih lanjut, saya juga menemukan bahwa saya dapat masuk ke FKUI KKI melalui jalur Talent Scouting yang tidak melibatkan ujian masuk melainkan prestasi akademik di SMA. Sejak itu, saya mencurahkan seluruh energi saya pada pelajaran sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler untuk memperbesar peluang saya masuk FKUI KKI melalui Talent Scouting. Saya terus belajar untuk memperluas pengetahuan saya dan meningkatkan nilai sekolah saya. Saya juga lebih aktif berpartisipasi dalam banyak organisasi, seperti OSIS dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dipimpin oleh orang-orang muda idealis dan program penelitian selama 3 bulan di Murdoch’s Children Research Institute di Melbourne, Australia. Semua kerja keras ini saya jalani agar saya bisa mendapatkan tempat di FKUI KKI, universitas impian saya. Setelah mengirimkan semua dokumen yang diperlukan, seperti CV saya, hasil IELTS, nilai sekolah, dan motivation letter, saya akhirnya mendapat kabar dari UI, yang mengatakan bahwa saya lolos ke tahap Talent Scouting berikutnya yaitu Multiple Mini Interview. Meskipun saya sangat gugup saat akan diwawancara, saya melakukan semua yang saya bisa untuk mempersiapkan diri — saya menonton video Multiple Mini Interview di Youtube, saya membuat catatan terperinci tentang apa yang harus saya katakan, saya berlatih dengan orang tua dan teman saya, saya juga mendapat masukan dari beberapa kakak kelas FKUI yang berbaik hati memberikan saran dan masukan. Setelah saya selesai dengan wawancara, saya cukup puas dengan hasil yang saya dapatkan pada setiap stasiun wawancara. Selanjutnya saya berserah kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik untuk hidup saya. Beberapa hari sebelum pengumuman, saya dipenuhi dengan begitu banyak kegelisahan dan keraguan. Saya berpikir-pikir lagi: Apakah saya benar-benar layak mendapat tempat di FKUI KKI?. Tapi semua kekhawatiran saya lenyap ketika saya membuka pengumuman. Saya diterima. Saya masuk ke universitas impian saya. Saya berteriak dan melompat-lompat bersama ibu saya ketika akhirnya saya sadar bahwa saya diterima di FKUI KKI. Ini semua bukan perjalanan yang mudah, tapi ini adalah salah satu pengalaman yang paling memuaskan. Seringkali saya mengenang kembali masa-masa perjuangan itu dan melihat berbagai rintangan yang sudah saya lalui untuk bisa sampai ke posisi ini.


Setelah diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pertama-tama, saya ingin lebih bijak dalam mengatur waktu. Saya juga ingin memiliki keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal akademik tentu harus diutamakan, tetapi saya juga akan menyediakan waktu untuk menjalani kegiatan positif untuk kesehatan fisik dan mental saya, berolahraga dan makan nutrisi yang sehat. Waktu bersama keluarga dan teman-teman juga akan menjadi prioritas. Selain itu juga saya ingin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman saya. Saya ingin keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru, baik itu bertemu orang baru atau menjadi lebih aktif pada organisasi di universitas. Selanjutnya, saya ingin lebih mandiri dan bertanggung jawab untuk diri saya dan tentunya juga untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Kesempatan belajar selama saya menjadi mahasiswa harus saya manfaatkan secara baik agar saya bisa menjadi dokter yang baik untuk orang lain.


Banyak mimpi yang ingin saya capai, termasuk impian saya untuk lulus cum laude dengan berbagai prestasi akademik dan non akademik. Saya juga bercita-cita untuk menghabiskan tahun saya di luar negeri di Universitas Newcastle, di mana saya juga dapat memperoleh gelar Master of Research. Saya juga ingin memiliki lingkungan belajar dan jaringan positif yang dapat mendukung saya dalam perjalanan pendidikan saya. Selain cita-cita untuk diri sendiri, saya juga punya cita-cita untuk angkatan FKUI 2023, yaitu angkatan Gelora. Saya berharap kita bisa terus saling mendukung satu sama lain dalam suka dan duka. Saya yakin sinergi yang lahir dari para calon dokter Gelora tidak akan pernah hilang dan terus bertahan selama kami hidup.


Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut tentang rencana jangka pendek dan jangka panjang saya, saya ingin membagikan pandangan saya tentang definisi dokter yang ideal. Meskipun sulit untuk mengukur secara objektif apa yang menjadikan seorang dokter yang baik, penelitian eksperimental dalam berbagai jurnal telah menggunakan ciri-ciri tertentu sebagai metrik dalam menentukan apa itu dokter yang ideal. O'Donnabhain [1] membahas artikel Sackett di British Medical Journal yang mengatakan bahwa memiliki keterampilan interpersonal yang kuat sangat penting, khususnya keterampilan mendengarkan yang baik, kejujuran, belas kasihan, dan pikiran terbuka untuk belajar dari kesalahan. Sebuah studi oleh Shiraly, Mahdaviazad, et al [2] juga menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi yang baik juga bermanfaat, karena dapat mempengaruhi perilaku pasien dan memberi pengaruh secara positif. Juga harus disebutkan bahwa 57% dokter berpendapat bahwa menambah pengetahuan secara berkala tentang kemajuan medis terkini juga akan menjadi sangat penting, menurut sebuah survei oleh Elsevier Health [3]. Ketiga temuan ini adalah apa yang secara pribadi saya yakini sebagai prinsip dasar dari dokter yang ideal. Selain itu, perlu juga disebutkan beberapa nilai inti yang dijunjung tinggi oleh dokter ideal, seperti ketekunan dan komitmen dalam memastikan kesejahteraan pasien, rasa keadilan yang kuat untuk perawatan kesehatan yang setara, mementingkan orang lain dalam situasi kritis, dan transparansi dalam menyampaikan informasi sensitif kepada pasien [4]. Dengan nilai-nilai penting ini, saya juga akan menyoroti bagaimana seorang dokter yang ideal dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Dokter tidak hanya melayani pasien di lingkungan klinis, tetapi dokter juga dapat melayani masyarakat dengan banyak cara lain, seperti mengadvokasi kebijakan kesehatan yang lebih baik, mengedukasi masyarakat tentang penyakit umum dan cara pencegahannya, melakukan penelitian untuk memajukan pengetahuan medis yang dapat membantu menyelamatkan lebih banyak nyawa. Untuk mendukung pernyataan saya, Rodziewicz, Houseman, et al [5] berpendapat bahwa situasi kesehatan yang lebih positif di masyarakat dapat dihasilkan jika dokter juga berperan dalam advokasi sosial dan politik, tidak hanya di lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu, saya bercita-cita memiliki sifat dan kontribusi yang sama dengan dokter ideal. Ketika saya menjadi dokter, saya akan memperlakukan pasien bukan hanya sebagai masalah medis yang perlu diselesaikan tetapi sebagai manusia yang pantas dihormati, diberi empati, dan mendapatkan transparansi. Saya akan menghargai pengetahuan medis dan hubungan dokter-pasien sebagai hal yang berharga dan tak ternilai harganya. Namun yang terpenting, saya terdorong untuk melakukan perubahan mendasar di dunia medis Indonesia dan internasional.


Dengan gambaran akan dokter ideal tersebut, saya menjadi lebih semangat untuk menjalani rencana jangka pendek selama preklinik dan jangka panjang selama klinik. Rencana jangka pendek selama preklinik di FKUI, yaitu memperdalam pengetahuan mengenai kedokteran secara sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan pada modul-modul akademik. Saya juga berencana lebih aktif dalam organisasi kampus untuk mengembangkan softskill saya. Selain itu, saya ingin mencari lebih banyak pengalaman riset untuk mempersiapkan diri menuntut ilmu lebih lanjut di luar negeri, seperti di Newcastle University di UK.


Rencana jangka panjang selama menjadi dokter, yaitu saya ingin membantu sebanyak mungkin orang untuk mendapatkan pengobatan terbaik, tanpa memperdulikan latar belakang ekonomi mereka. Saya sangat mementingkan pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia dengan melakukan acara bakti sosial bagi pasien kurang mampu dan menjadi relawan di wilayah-wilayah yang kekurangan tenaga medis. Kemudian, saya ingin sekali bekerja lebih dalam di bidang penelitian, berperan dalam pembuatan jurnal ilmiah dan berkontribusi pada inovasi dan kemajuan di bidang kedokteran. Saya ingin terus memperdalam ilmu saya dan tidak berhenti belajar meskipun sudah menjadi dokter spesialis.


Untuk rencana jangka panjang, saya juga memiliki harapan bagi masyarakat di bidang kesehatan, yaitu saya berharap kerjasama antara masyarakat dan tenaga medis bisa terus dilakukan untuk bisa terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan masyarakat. Saya juga berharap bahwa pengetahuan dan perilaku hidup sehat dalam masyarakat akan semakin meluas, sehingga masyarakat bisa membedakan mana pengetahuan dan perilaku yang benar dan mana pengetahuan dan perilaku yang tidak benar. Kesadaran masyarakat dapat lebih ditingkatkan melalui penyuluhan dari tenaga medis yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah, sehingga wawasan masyarakat dapat diperluas.


Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan pesan untuk adik kelas yang ingin masuk FKUI, percayalah pada kemampuan dirimu; kamu lebih kuat dan mampu daripada yang kamu pikirkan. Untuk menjadi bagian FKUI, seseorang tidak perlu menjadi seseorang yang paling sempurna, tapi sebenarnya yang paling diperlukan adalah kegigihan dan keinginan kuat untuk maju terus terlepas dari situasi atau kondisi berat yang kita alami. Daripada membebani pikiran dan menyalahkan diri karena tidak merasa menjadi yang paling hebat, lebih baik untuk terus menanyakan kepada diri sendiri seberapa besar keinginanmu untuk menjadi dokter dan seberapa besar keinginanmu untuk memperjuangkannya. Namun, meskipun kamu sudah berjuang dengan sekuat tenaga, ingat untuk tetap berbaik hatilah dengan diri sendiri. Kadang-kadang kritik terburuk yang kita terima adalah dari diri kita sendiri. Jangan sampai kita sendiri yang sering menjatuhkan semangat kita sendiri. Persaingan masuk FKUI sangat ketat, jadi kamu harus benar-benar menghargai dan menyayangi dirimu apa adanya. Saya akan mengatakan kepadamu kata-kata yang saya butuh sekali dengar saat saya berjuang untuk FKUI: Kamu telah menempuh perjalanan yang sangat jauh dan tidak mudah untuk berada di tempatmu sekarang. Saya sangat bangga dengan dirimu yang terus maju, terus berjuang. Semangat!



Referensi:


1. O’Donnabhain R, Friedman ND. What makes a good doctor? Internal Medicine Journal [Internet]. 2018 Jul [cited 2023 Aug 9];48(7):879–82. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29984504/


2. Shiraly R, Mahdaviazad H, Pakdin A. Doctor-patient communication skills: a survey on knowledge and practice of Iranian family physicians. BMC Family Practice [Internet]. 2021 Jun 24 [cited 2023 Aug 9];22(1). Available from: https://bmcprimcare.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12875-021-01491-z


3. Elsevier. Clinician of the Future: a 2022 report [Internet]. Elsevier. Amsterdam: Elsevier; 2022 Mar [cited 2023 Aug 9] p. 116. Available from: https://beta.elsevier.com/connect/clinician-of-the-future?trial=true


4. Minicuci N, Giorato C, Rocco I, Lloyd-Sherlock P, Avruscio G, Cardin F. Survey of doctors’ perception of professional values. PLoS ONE [Internet]. 2020 Dec 28;15(12). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7769469/


5. Rodziewicz TL, Hipskind JE, Houseman B. Medical Error Reduction and Prevention [Internet]. National Library of Medicine. StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499956/



 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page