- Catherine Alexandrina Adinugroho
- Aug 12, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Dalam hidup, kita pasti harus terus berusaha dan berjuang. Entah itu untuk hal sebesar berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, berjuang untuk mendapatkan nilai yang bagus, berjuang untuk menang sebuah lomba internasional, ataupun hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjuang untuk bangun pagi, kita tidak bisa lepas dari yang namanya berusaha dan berjuang. Sebagai seorang anak remaja, hidup kita banyak didominasi oleh sekolah dan edukasi. Sejak kecil kita diajarkan untuk belajar demi memasuki sekolah favorit, demi mendapatkan nilai yang bagus, dan tentunya, demi masuk ke universitas impian kita untuk belajar jurusan sesuai minat dan bakat kita. Saya Catherine Alexandrina Adinugroho, atau yang biasa dipanggil Catherine, dan ini kisah perjuangan saya untuk bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas reguler melalui jalur SNBT.
Saya bersekolah di SMA Karangturi Semarang. Pada masa awal SMP, yaitu kelas 7 dan kelas 8, saya belum memiliki gambaran tentang profesi atau pekerjaan apa yang saya inginkan untuk diri saya sendiri. Saya tidak tahu apa jurusan yang saya inginkan. Saya hanya tahu bahwa saya harus terus belajar agar bisa mendapatkan nilai yang bagus dan mendapatkan ilmu sebanyak mungkin. Karena, pada saat itu, saya mengira nilai yang tinggi dan ilmu yang banyak dapat memberi saya kesempatan besar untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus. Pada kelas 9, guru BK kami menyuruh kami untuk membuat sebuah peta konsep tentang jurusan yang kami inginkan, lalu diisi dengan deskripsi tentang jurusan tersebut. Saat itu, saya sangat bingung harus menulis tentang apa, karena saya masih belum mengetahui pekerjaan yang saya inginkan. Setelah berpikir panjang, saya teringat guru Matematika saya saat SD. Guru tersebut mengatakan bahwa beliau dulu masuk jurusan teknik pangan. Beliau pada masa SMA-nya sangat tertarik dengan Kimia karena ada banyak senyawa yang unik dan bisa direaksikan untuk mendapatkan hasil-hasil yang menarik. Saya pun melakukan riset tentang jurusan teknik pangan. Namun, setelah membaca beberapa artikel tentang jurusan teknik pangan, saya merasa bahwa saya belum banyak memahami tentang jurusan tersebut dan apa saja yang dipelajari, terutama karena saya belum pernah belajar Kimia. Pada kesempatan itu, saya juga melakukan riset tentang beberapa jurusan lainnya. Dari situ, saya tahu bahwa jurusan dan profesi yang ingin saya tekuni harus berbau IPA atau Matematika.
Ada seorang guru saya yang berkata kepada saya, mengapa tidak menjadi seorang dokter saja? Menurut beliau, saya sangat cocok menjadi seorang dokter. “Dunia ini dan negara ini sagat membutuhkan banyak dokter yang baik yang bisa membantu masyarakat.” Perkataan tersebut sempat membuat saya merenungkan profesi dokter. Namun, saya mengesampingkan pikiran tersebut waktu itu.
Lalu, terjadi pandemi COVID-19. Ada ketakutan yang sangat besar pada masa tersebut, terutama pada masa awal, di saat kita belum mengetahui banyak tentang virus yang berbahaya tersebut, tetapi virus itu terus menyerang orang di sekitar kita dan bahkan ada yang sampai berakibat fatal. Saya kemudian kembali merenungkan profesi dokter. Apakah saya berani untuk menghadapi penyakit sefatal itu? Pada saat semua orang menghindar dari virus tersebut dengan bersembunyi di dalam rumah masing-masing, seorang dokter harus keluar rumah dan berhadapan langsung dengan penyakit tersebut.
Pada saat saya kembali masuk sekolah setelah dua tahun belajar secara online, yaitu saat kelas 11, saya mulai merasa terdorong untuk cepat memilih jurusan yang saya inginkan. Banyak orang mulai menyodorkan pertanyaan “mau kuliah apa nanti?” Tentunya, saya harus berhenti menjawab dengan “belum tahu”.
Suatu saat, saya sedang berdiskusi dengan orang tua saya tentang jurusan yang bisa saya pelajari. Mereka lalu merekomendasikan beberapa jurusan yang menurut mereka sesuai untuk saya. Salah satunya yang disebut adalah jurusan kedokteran. Entah mengapa, kali itu saya menjadi tertarik untuk mencobanya.
Saya kemudian mencari tahu tentang jurusan kedokteran lewat internet. Saya kemudian merasa tertarik, termotivasi, dan tertantang untuk menekuninya. Saya semakin termotivasi menjadi dokter karena profesi tersebut akan memberikan saya kesempatan untuk membantu banyak orang secara langsung, dan itu merupakan salah satu tujuan hidup saya, yaitu membantu banyak orang dengan kemampuan yang Tuhan berikan untuk saya. Sebagai dokter, saya akan bisa membantu pasien agar sembuh, seperti pada masa pandemi.
Salah satu universitas di Indonesia yang memiliki jurusan kedokteran yang terbaik adalah Universitas Indonesia. Setelah saya baca-baca, menurut saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan tempat yang paling bisa memfasilitasi dan paling bisa memberi saya banyak ilmu untuk membekali saya agar bisa menjadi dokter yang baik. Jalur yang ada untuk masuk ke jurusan pendidikan dokter di Universitas Indonesia adalah melalui SNMPTN, SBMPTN, dan jalur mandiri. Maka, saat itu, saya langsung mempersiapkan diri untuk mengikuti jalur yang ada hingga bisa masuk.
Pada saat itu, saya baru masuk kelas 12. Saya lalu berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai terbaik di semester lima. Di samping itu, saya terus belajar untuk UTBK. Saya mempelajari materi-materi yang akan diujikan, khususnya materi TKA karena materi tersebut yang paling susah.
Lalu, diumumkan bahwa sistem UTBK akan berubah. SNMPTN diubah menjadi SNBP, SBMPTN berubah menjadi SNBT, dan berbagai perubahan lainnya, termasuk dihilangkannya TKA dari UTBK. Hal tersebut tentu membuat saya dan banyak orang lainnya kaget. Namun, hal tersebut tidak boleh menggoyahkan semangat belajar saya.
Saat mendaftar untuk SNBP, saya mendaftar kedokteran di Universitas Diponegoro dan Universitas Padjajaran. Namun, saya tidak diterima di kedua universitas tersebut. Awalnya saya sempat merasa sedih, tetapi saya berusaha untuk tetap semangat belajar.
Di tengah kesibukan sekolah, terutama di semester enam saat ada banyak sekali ujian dan ujian praktek, saya tetap menyempatkan diri untuk belajar untuk UTBK. Di saat teman-teman lain sudah mulai libur dan bisa pergi setiap hari sesuai keinginan mereka, saya tetap harus belajar untuk UTBK. Di saat teman-teman yang lain sudah bisa menyebutkan perguruan tinggi dan jurusan yang akan mereka tekuni, saya masih menjawab dengan “belum tahu”. Maka, saya terus berusaha dan belajar.
Pada prosesnya, saya juga tidak lupa untuk terus berdoa agar Tuhan memberikan yang terbaik untuk saya.
Saya mendaftar pendidikan dokter di Universitas Indonesia dan di Universitas Diponegoro untuk SNBT. Lalu pada tanggal 20 Juni 2023, hasil SNBT diumumkan. Saya lolos di pendidikan dokter Universitas Indonesia. Saat itu perasaan saya hanya senang dan bersyukur, Saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang sudah menjawab doa saya dan memberikan saya yang terbaik. Saya juga sangat bersyukur kepada semua orang yang selalu mendukung saya di setiap langkah saya hingga saya bisa diterima di universitas dan jurusan yang saya inginkan.
Sebelum masuk FKUI, saya dulunya adalah orang yang pemalu. Saya tidak tertarik untuk aktif di organisasi maupun lingkungan sekolah karena saya merasa kurang percaya diri. Setelah masuk FKUI, harapannya adalah saya bisa berkembang, bukan hanya secara akademis, melainkan juga dalam bidang soft skills. Saya ingin bisa ikut serta dalam organisasi dan juga kegiatan sosial lainnya. Dengan berorganisasi, saya juga bisa meningkatkan kepercayaan diri saya. Hal ini didukung oleh sebuah riset yang dilakukan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusa Cendana yang menyimpulkan bahwa aktif dalam organisasi memberi dampak positif pada kepercayaan diri mahasiswa.(1)
Harapan saya untuk diri saya sendiri selama di FKUI adalah agar saya bisa menimba ilmu sebanyak mungkin dan juga memiliki pengalaman berorganisasi yang banyak dan bervariatif. Harapan saya untuk angkatan kami adalah agar kita bisa menjadi angkatan yang solid dan penuh semangat. Dengan begitu, kami bisa belajar bersama dan bekerja sama, sehingga bisa memotivasi satu sama lain. Dalam sebuah riset yang dilakukan model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.(2) Saya berharap angkatan kami bisa saling mendukung dan mendorong satu sama lain agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi dokter yang berkualitas bagi masyarakat luas.
Dalam menjadi dokter, kita perlu menjadi dokter yang ideal. Dokter ideal adalah dokter yang mematuhi segala peraturan dan etika yang ada dari profesinya. Peraturan tentang sebuah profesi mengandung hak dasar dan memiliki peraturan dalam tingkah laku atau dalam pelaksanaan profesinya yang dituangkan dalam kode etik.(3) Maka, seorang dokter ideal perlu melaksanakan tugasnya sesuai kode etika yang ada. Ciri-ciri dari dokter ideal ini bisa dibagi sesuai dengan keterampilan teknis, profesional, dan keterampilan interpersonal dari dokter tersebut.(4) Pandangan saya tentang seorang dokter ideal adalah dokter yang bisa melayani pasien sesuai kebutuhannya dan sesuai dengan peraturan atau kode etik yang ada.
Untuk menjadi dokter yang ideal, diperlukan beberapa karakter atau nilai luhur. Menurut studi, nilai luhur dari profesi dokter mencakup sesuai kode etik, namun juga komunikasi yang baik dengan pasien. Sesuai sebuah riset yang dilakukan, seorang dokter anak perlu memiliki komunikasi yang kompeten dengan pasiennya agar bisa memberi pelayanan yang efektif.(5)
Dengan begitu, dokter ideal dapat berkontribusi sekali kepada masyarakat. Dokter ideal dapat memberikan pelayanan terbaik, bukan hanya dalam segi kesembuhan dan kesehatan pasien, melainkan juga dapat memberi sebuah ketenangan dan keyakinan melalui komunikasi yang baik.
Saya ingin menjadi dokter yang menganggap profesi ini bukan sebagai pekerjaan semata, tetapi sebagai sebuah tanggung jawab. Saya ingin mengutamakan kesehatan pasien. Saya ingin bisa membantu pasien agar sembuh dan merasa tenang, tidak perlu khawatir tentang kesehatan mereka.
Rencana saya selama preklinik adalah untuk mendapatkan ilmu sebanyak mungkin dan mengasah soft skills saya. Selain bidang akademis, saya juga ingin fokus pada bidang nonakademis. Saya ingin mencapai rencana tersebut dengan belajar dengan rajin dan mencari teman belajar bersama. Tidak lupa juga, saya ingin ikut serta secara aktif dalam berbagai organisasi untuk mengasah soft skills saya.
Rencana saya selama masa klinik nanti adalah untuk mencoba semaksimal mungkin dan belajar di lapangan langsung agar bisa menjadi bekal untuk saya ke depannya. Saya akan lakukan itu dengan proaktif dalam masa klinik, tidak malu bertanya, dan mau terus belajar walaupun lelah.
Harapan saya bagi masyarakat adalah agar mereka semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Saya berharap mereka bisa lebih memperhatikan pola makan dan tidur, olahraga, serta pola tidur mereka masing-masing agar bisa hidup secara sehat.
Pesan saya untuk adik kelas yang ingin masuk FK UI adalah agar tetap semangat berjuang dan jangan menyerah. Percaya kepada Tuhan dan berdoa agar diberikan yang terbaik. Semangat!
Reference List
Korohama KE, Olu MA. Keterlibatan mahasiswa program studi bimbingan dan konseling universitas nusa cendana dalam organisasi ekstra kampus terhadap rasa percaya diri. Haumeni Journal of Education [Internet]. 2021 Dec 5 [cited 2023 Aug 4];1(2):49-56. Available from: https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/haumeni/article/view/5685
Sukmana IK, Amalia N. Pengaruh model pembelajaran project based learning terhadap peningkatan motivasi belajar dan kerja sama siswa dan orang tua di era pandemi. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan [Internet]. 2021 Aug 17 [cited 2023 Aug 4];3(5):72. Available from: https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/haumeni/article/view/5685
Harahap R. Etika hukum & kesehatan [Internet]. 1st ed. Medan: Merdeka Kreasi Group. 2021 Oct [cited 2023 Aug 4]. Available from: http://repository.uinsu.ac.id/13556/1/BUKU%20ETIKA%20DAN%20HUKUM%20KESEHATAN.pdf
Dopelt K, Bachner Y, Urkin J, Yahav Z, Davidovitch N, Barach P. Perceptions of practicing physicians and members of the public on the attributes of a “good doctor”. PubMed Central [Internet]. 2022 Jan 10 [cited 2023 Aug 4];10(1):73. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8775310/#B47-healthcare-10-00073
Ruslyakova E, Zelenskaya A. Image of “ideal doctor” as basis of effective communication between child and doctor. SHS Web of Conferences [Internet]. 2018 [cited 2023 Aug 4];50(1):3. Available from: https://www.shs-conferences.org/articles/shsconf/pdf/2018/11/shsconf_cildiah2018_01149.pdf
Comments