- Bryan Laurence
- Aug 12, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semua! Namaku Bryan Laurence, biasa dipanggil Bryan. Aku berasal dari SMA Kolese Kanisius yang berlokasi di daerah Jakarta Pusat. Aku merupakan mahasiswa FK UI jalur reguler angkatan 2023. Aku masuk FK UI melalui jalur SNBT. Masuk FK UI tentunya merupakan impian banyak orang di Indonesia. FK UI dengan kurikulumnya yang kompetitif dan telah diakui secara global sekaligus fasilitas dan sumber daya yang lengkap tentunya membuat banyak orang ingin bergabung di FK UI.
Motivasiku sendiri untuk masuk FK UI dimulai dari kisah perjuanganku selama SMA. Awalnya saya bahkan tidak punya pikiran untuk masuk kedokteran sama sekali. Dulunya saya memiliki ketertarikan terhadap teknik mesin dan berencana menjadi “hardware engineer”. Mimpi tersebut hancur dikarenakan ketika masuk kelas 11, saya sadar bahwa saya kurang menyukai fisika. Impianku menjadi dokter dimulai ketika aku menonton sebuah youtube video. Video tersebut berisi tentang bagaimana seorang remaja keracunan salisilat akibat menggunakan krim pereda nyeri terlalu banyak. Keracunan salisilat dapat menyebabkan masalah pernapasan, jantung, pembengkakan otak, bahkan kematian[1]. Untungnya, remaja tersebut dapat disembuhkan dengan tepat waktu dan sembuh total. Setelah selesai menonton video tersebut, sebuah rasa penasaran timbul dalam pikiran saya. “Wah, tubuh manusia keren juga ya,” pikirku dalam hati. Lantaran, saat itu saya belum memiliki cita-cita yang saya impikan. Hal tersebut membuat saya berpikir bahwa sepertinya menarik untuk menjadi dokter. Setelah video tersebut, saya semakin penasaran dan mulai terkagum tentang kompleksitas tubuh manusia. Tanpa saya sadari, saya mulai jatuh cinta dengan tubuh manusia dan keunikannya. Pada saat itu, saya memutuskan untuk mengejar cita-cita saya sebagai dokter.
Ketika kelas 12, saya mulai mengejar mati-matian nilai saya agar bisa meningkat drastis untuk SNBP. Awalnya, saya hanya memfokuskan di bidang saintek saja karena sebelum sistem SNBP dirubah, yang dilihat hanya nilai saintek saja. Saya juga mengikuti bimbel Prosus Inten pada awal tahun meskipun saya sendiri tidak terlalu sering datang karena sibuk sekolah. Kemudian terjadilah perubahan jalur masuk universitas negeri. Saya sendiri tentunya sangat syok karena semua sistemnya diubah. Dari SNBP yang melihat nilai secara keseluruhan dan UTBK yang menghilangkan tes saintek/soshum, tentunya saya kaget[2]. Nilai-nilai non saintek saya cukup rendah dan saya sendiri cukup percaya diri terhadap kemampuan saya dalam tes saintek. Saya cukup merasa down tapi itu tidak menghalangi saya untuk terus berusaha masuk universitas negeri. Saya berusaha menaikkan nilai saya terus dan fokus sekolah. Sejujurnya, ketika masih semester 1 kelas 12 saya sangat tidak rajin mengikuti bimbel. Saya seringkali bolos karena rasa malas dan tentunya hal tersebut tidak patut dicontoh.
Pada saat SNBP, saya sendiri tidak mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena sekolah saya di “blacklist” sehingga saya mendaftar di universitas negeri lain. Awalnya saya merasa cukup optimis karena di sekolah saya, selalu ada satu orang minimal yang diterima. Sedihnya, saya tidak diterima karena kalah saing dengan nilai sesama teman sekolah saya yang lebih tinggi. Tentunya saya merasa sedih dan kecewa karena saya cukup mengharapkan diterima, tetapi saya berpikir lagi bahwa mungkin ini merupakan jalan dari Tuhan agar saya bisa mengejar universitas impian saya yaitu Universitas Indonesia.
Saya mulai belajar mati-matian selama beberapa bulan karena saya sering bolos bimbel sehingga saya harus mengejar materi. Kurang lebih kegiatan saya tiap hari hanya bangun, inten, belajar di rumah, dan tidur. Begitu terus sampai akhirnya waktu tes UTBK sampai. Ketika mengerjakan soal UTBK tersebut, saya cukup kesusahan karena tidak sesuai dengan apa yang saya perkirakan dan banyak waktu yang habis akibat saya terlalu was was dalam mengerjakan soal. Hal itu membuat saya bolong beberapa soal dan ketika sudah selesai, tentunya saya merasa tidak pede. Saya hanya bisa menunggu waktu hingga pengumuman hasil UTBK. Saya juga tentunya bertanya kepada sesama teman saya tentang bagaimana pengalaman mereka mengerjakan UTBK. Kebanyakan temanku merasa cukup pede dan bisa mengerjakan dengan cukup gampang. Hal itu tentunya membuat saya takut karena saya tidak pede. Tentunya tidak ada yang bisa saya lakukan selain duduk diam dan menunggu hasil. Saya juga sangat lelah belajar sehingga tidak belajar untuk masuk SIMAK reguler apabila tidak diterima SNBT. Ketika sudah waktunya pengumuman, tentunya saya merasa sangat takut. Bagaimana tidak takut, masa depan saya kurang lebih ditentukan oleh 1 kata saja. Ketika hasilnya keluar, saya sangat syok. Muncul kata “Selamat! Anda dinyatakan lulus” dan saya sangat kaget ketika keluar “Universitas Indonesia”. Saya tentunya sangat bahagia dan tidak menyangka bahwa saya bisa masuk universitas impian saya. Saya juga tidak bisa menyangka sekarang saya dapat hadir dan mengikuti kegiatan di universitas yang selalu saya dambakan.
Sebelum masuk FK UI, komitmen saya terhadap diri saya sendiri adalah saya ingin menjadi orang yang lebih rajin, baik terhadap sesama, dan dapat membantu banyak orang. Saya juga ingin menghabiskan waktu liburan saya untuk belajar keterampilan baru. Setelah masuk FK UI, komitmen tersebut tidak berkurang dan justru bertambah. Komitmen saya selama di FK UI adalah mendapat IPK yang tinggi sehingga saya bisa mengambil SKS banyak dan cepat lulus, dapat berkenalan dengan banyak orang, dan dapat menjadi dokter yang dapat membantu sesama. Harapan saya dan sesama angkatan FK UI 2023 adalah kami sebagai angkatan dapat selalu berpegang teguh terhadap sesama. Baik dalam suka maupun duka, saya harap kami sebagai angkatan dapat melewati hal itu semua. Saya juga berharap bahwa saya dapat mengenal semua teman angkatan saya dan membangun relasi yang baik dengan sesama teman angkatan.
Bagi saya sendiri yang ingin menjadi dokter, saya tentunya memiliki pandangan terhadap bagaimana caranya menjadi dokter ideal. Dokter ideal merupakan ciri khas yang didambakan dan merupakan “golden standard” bagi setiap dokter. Menurut KODEKI, terdapat 20 pasal tentang bagaimana seorang dokter seharusnya bertindak, mulai dari profesionalisme, kemurnian niat, rahasia jabatan, dan masih banyak lagi[3]. Bagi saya ciri khas dokter ideal adalah dokter yang memiliki jiwa ingin membantu sesama tanpa niat buruk dan keserakahan yang berlebihan. Dokter ideal selalu mencari cara untuk membantu sesama meskipun situasinya terlihat mustahil. Dokter ideal juga berani melawan hal yang tidak benar meskipun dia sendiri dirugikan apabila melakukan hal tersebut. Dokter ideal juga menerima siapapun tidak peduli perbedaan suku, agama, ras, ataupun masalah finansial. Terakhir adalah dokter ideal merupakan dokter yang ahli dalam bidangnya dan selalu ingin belajar lagi. Dokter ideal tentunya sangat penting bagi keberlangsungan masyarakat karena dengan adanya dokter ideal, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik lagi. Masyarakat akan merasa aman dan tidak perlu khawatir akan kondisi finansialnya ketika berobat. Masyarakat juga akan mendapat diagnosis yang benar dan tidak perlu takut akan komplikasi macam-macam akibat salah diagnosis. Permasalahan penyakit di daerah terpelosok juga dapat dihadapi dan disembuhkan dengan baik. Tentunya saya ingin menjadi dokter ideal karena bagi saya hal tersebut merupakan impian saya.
Rencana jangka pendek ku selama masa preklinik adalah tentunya belajar dengan rajin terlebih dahulu. Saya melihat bahwa saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk lulus menjadi dokter spesialis bisa sekitar 10 tahun sehingga saya harus belajar dengan rajin[4]. Dengan belajar yang rajin, saya bisa mendapat IPK tinggi yang tentunya memampukan saya untuk mengambil SKS lebih banyak dan lulus lebih cepat masuk ke fase klinik. Saya juga berniat untuk mencari relasi yang banyak apalagi dengan teman seangkatan. Karena saya ingin menjadi dokter, tentunya relasi sangat penting agar saya bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Saya juga ingin memfokuskan diri saya di luar kedokteran juga. Saya ingin mengikuti organisasi dan mendapatkan pengalaman berorganisasi yang tentunya akan membantu banyak. Saya juga ingin memfokuskan terhadap kesehatan diri saya sendiri dengan lebih rajin berolahraga lagi dan makan lebih sehat. Saya juga ingin belajar soft skill di luar kedokteran yang tentunya akan membantu.
Rencana jangka panjang ku selama masa klinik dan ketika saya menjadi dokter adalah bisa mengatur waktu dengan baik. Seperti yang saya dengar bahwa masa klinik tentunya sangat sibuk dan akan menyita waktu yang sangat banyak. Saya berharap bahwa saya bisa mengatur waktu dengan baik dan tidak stres terhadap banyaknya masalah yang dihadapi. Saya juga ingin menjadi dokter spesialis saraf atau spesialis penyakit dalam karena 2 hal tersebut merupakan salah satu hal paling menarik di dunia kedokteran yang ingin membuat saya masuk ke dunia kedokteran. Saya juga berencana untuk terus ‘up to date” dan mengikuti berita yang ada mengenai masalah kesehatan agar aku tidak ketinggalan zaman dan dapat menambah ilmu. Aku juga ingin mengenal sesama dokter dengan lebih erat agar kami bisa saling bertukar ilmu dan semakin dekat. Saya juga ingin menjadi seorang “influencer” yang dapat menyebarkan informasi bermanfaat yang tentunya akan membuat masyarakat secara keseluruhan menjadi lebih sehat lagi.
Harapanku bagi masyarakat adalah agar masyarakat tentunya dapat sehat selalu. Hal tersebut tentunya sangat lucu karena dokter seharusnya mendapat uang ketika ada orang yang sakit dan berobat kepadanya. Saya sendiri berharap agar masyarakat dapat selalu sehat karena saya sendiri tentu tahu bahwa sakit itu sangat tidak enak. Saya juga berharap agar masyarakat tidak memakan informasi secara buta saja dan menyebarkan informasi hoax yang dapat mempersusah pekerjaan saya sebagai dokter yaitu mengedukasi masyarakat terhadap hal apa yang baik untuk kesehatan. Dokter juga sudah seharusnya mengetahui akibat positif dan negatif dari media sosial dan bisa mengedepankan integritas sebagai dokter dengan cara tidak menyebarkan hoaks[5].
Pesan saya untuk adik kelas saya yang ingin masuk FK UI, tetaplah semangat. Masuk FK UI tentunya tidak gampang dan sangat banyak sekali orang yang ingin mendapat kursi DI FK UI. Meskipun banyak tantangan yang kalian hadapi, kalian harus terus berjuang dan tidak putus asa. Jangan menganggap diri kalian tidak bisa hanya karena perkataan orang lain. Ketika saya dulu ingin masuk FK UI, banyak sekali yang mengatakan bahwa saya gila karena saya tidak memiliki cadangan swasta dan hanya bermodal pede saja. Teruslah bermimpi yang tinggi dan juga banyak berdoa karena Tuhan mengatur segala hal. Semangat untuk kalian semua dan saya percaya bahwa kalian bisa masuk FK UI.
Daftar Pustaka
Palmer BF, Clegg DJ. Salicylate Toxicity. N Engl J Med [Internet]. 2020 Jun 5 [cited 2023 Aug 8];382:2544-2555. Available from: https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra2010852
Doddy. Peluncuran Sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Tahu 2023 [Internet]. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi; 2022 Des 1 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/peluncuran-sistem-seleksi-nasional-penerimaan-mahasiswa-baru-tahu-2023/
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2012. 80 halaman. Report No.:111 tahun 2013.
Nanda S. Tahapan Menjadi Dokter di Indonesia, Butuh Berapa Tahun? [Internet]. Jakarta: Brain Academy; 2022 Aug 6 [cited 2023 Aug 8]. Available from: https://www.brainacademy.id/blog/perjalanan-karir-menjadi-dokter-di-indonesia#:~:text=Mahasiswa%20kedokteran%20membutuhkan%20waktu%207,jika%20ingin%20mendalami%20bidang%20tertentu
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pusat Ikatan Dokter Indonesia. Fatwa Etik Dokter dalam Aktivitas Sosial Media; 2021. 4 halaman. Report No.:029 tahun 2021.
Comments