- Azka Zahra Fakhira
- Aug 13, 2023
- 7 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Halo semua! Nama saya Azka Zahra Fakhira, biasa dipanggil Azka. Saya sekarang merupakan seorang mahasiswa di Fakultas Kedokteran, jurusan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia (FKUI) angkatan 2023. Seperti mimpi dapat memperkenalkan diri secara demikian. Namun, perjuangan saya untuk introduksi tersebut juga cukup berat.
Saya berasal dari SMAN 34 Jakarta dan Alhamdulillah diterima di FKUI lewat jalur SNBT, yang otomatis berarti termasuk kelas reguler. Menurut pandangan saya, UI merupakan salah satu atau bahkan universitas terbaik untuk menempuh ilmu, apalagi untuk kedokteran. Alumni FKUI banyak ditemukan di rumah sakit ternama, juga laman-laman berprestasi. FKUI juga memiliki sarana prasarana yang memadai untuk membantu mahasiswanya belajar, contohnya RSUI. Selain itu, UI sendiri selama bertahun-tahun terkenal sebagai salah satu kampus paling favorit di Indonesia yang bisa menjadi poin plus ketika sedang melamar kerja. Hal-hal tersebut juga menjawab pertanyaan mengenai motivasi saya mengejar FKUI. Singkatnya, sudah menjadi rahasia umum mengapa seseorang ingin memilih UI sebagai kampus mereka.
Kalau yang ditanyakan motivasi saya mengejar FK, itu cerita lain. Saat SMP, saya belum terlalu yakin mengenai arah karir saya. Kelas 7 dan kelas 8 dipenuhi oleh adaptasi. Saya beradaptasi dengan Kota Jakarta karena sebelumnya menempuh SD di luar pulau Jawa. Saya beradaptasi dengan cara belajar dan juga materi SMP yang sangat berbeda dari SD. Tidak hanya itu, saya juga sangat sibuk menjalani ekstrakurikuler paskibra sehingga belum terlalu memikirkan banyak hal mengenai perkuliahan.
Saat kelas 9, saya baru fokus tentang pilihan SMA dan sekelebat mengenai kuliah. Saya sebetulnya tertarik menjadi seorang psikolog karena banyaknya masalah mental yang saya lihat di kehidupan sehari-hari. Namun sayangnya, psikologi UI waktu itu berbasis soshum dan saya tahu saya lebih senang di saintek. Saat pemilihan jurusan SMA, saya juga memilih IPA yang saat itu, memutuskan harapan saya mengambil psikolog UI.
Pertama kali saya tertarik menjadi dokter adalah ketika saya nonton film Habibie & Ainun 3 di bioskop. Saat itu saya sedang kelas 9 semester 2. Ibu Ainun juga seorang dokter lulusan UI. Di sana, saya melihat betapa besar perjuangan serta kehebatan seorang dokter yang baik. “Kematian itu bukan wewenang kita, tetapi mencegah kematian adalah kewajiban kita”.[1] Kata-kata yang diucapkan oleh dosen Ibu Ainun saat itu menyentuh hati saya.[1]
Saat mulai SMA, saya masih belum sepenuhnya yakin akan pilihan saya. Saya masih ragu antara FK, psikologi, atau teknik. Saya belum yakin jurusan mana yang benar-benar sesuai dengan kemauan dan kemampuan saya. Saya memiliki motivasi di psikologi, saya juga cukup menyukai fisika. Hal-hal tersebut sempat membuat saya bimbang. Namun, hati saya kembali tertarik ke FK ketika saya belajar mengenai virus dan bakteri di kelas 10. Saya menyukai dan cukup menguasai materi tersebut.
Saya baru benar-benar yakin ingin memilih jurusan kedokteran ketika saya kelas 11 semester 1. Saat itu, kakek saya sakit keras karena kanker. Saya ingat hari di mana kakek saya meninggal. Ia tertidur di kasur dengan tabung oksigen di sebelahnya serta keluarga besar di sekelilingnya. Saat itu, keluarga saya tidak dapat melakukan apa-apa, hanya berdoa dan menangis. Hari itu mengubah pandangan saya. Saya ingin dapat melakukan sesuatu ketika seseorang sakit, tidak hanya termangu di pinggir kamar, ingin membantu tetapi bingung. Saya ingin ada untuk orang di masa-masa kritis mereka.
Setelah kejadian tersebut, saya mengejar SNMPTN untuk bisa diterima di FKUI. Saya memoles dengan baik nilai rapor saya, terutama untuk enam mapel yang selama ini digunakan untuk SNMPTN saintek, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika Wajib, Biologi, Fisika, dan Kimia. Sering saya menangis sampai stres jika nilai yang keluar tidak sesuai dengan harapan saya. Semua itu karena tingginya keinginan saya untuk bisa berkuliah di FKUI.
Semua perjuangan saya selama 3 tahun hampir terbayarkan. Saya menjadi ranking 1 paralel enam mapel di SMAN 34 Jakarta. Saya sempat merasa aman. Namun, semua itu berubah ketika Pak Menteri memutuskan mengubah kebijakan beliau di tengah-tengah semester terakhir. SNMPTN berubah namanya menjadi SNBP dan akan menggunakan nilai semua mata pelajaran. Saya yang sejak dulu fokus pada mata pelajaran inti pun turun menjadi ranking 2 paralel. Alhasil, saya ditolak SNBP ke FKUI.
Saya hampir putus asa. Setelah pengumuman SNBP merupakan salah satu waktu paling sedih yang pernah saya alami. Saya bahkan lupa detailnya saking sibuknya menangis. Perjuangan tiga tahun terasa sia-sia. Belum lagi perubahan SBMPTN menjadi SNBT yang menghapus materi TKA. Selama SMA, saya selalu merasa kekuatan saya ada di TKA sehingga ketika dihapus, saya langsung cemas.
Mendikbud mengungkapkan, “Dalam peta jalan SBMPTN, ujian dilakukan dengan banyak mata pelajaran, yang secara tidak langsung menyebabkan penurunan kualitas pembelajaran siswa”.[2] Hal ini karena siswa dianggap menjadi terlalu fokus pada hafalan serta ada ketakutan jika terjadi diskriminasi antara siswa yang mampu membayar bimbingan belajar dan yang tidak. Karena itu, diubahlah menjadi SNBT yang hanya berfokus pada materi skolastik dan literasi.[2]
Saya memang sempat sangat sedih, tetapi saya tahu jika saya harus segera fokus ke tujuan selanjutnya. Dibantu oleh orang tua, saudara, serta teman-teman, saya berjuang lagi mengejar SNBT. Saya berusaha mencari hikmah dari musibah yang menimpa saya dan terus mencoba mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah perjuangan saya terbayarkan dan akhirnya dapat diterima menjadi mahasiswa FKUI 2023.
Karena saya sudah diberi anugerah besar yaitu diterima di FKUI, tentu saya ingin menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Beberapa hal yang ingin saya perbaiki dari diri saya adalah kedisiplinan dan kebaikan. Saya ingin menjadi lebih disiplin dalam banyak hal, seperti belajar, bangun pagi, beribadah, mengerjakan tugas, dan berbagai hal lainnya. Saya juga ingin meningkatkan kebaikan-kebaikan yang saya lakukan, entah membantu orang lain atau sekadar menjadi orang yang lebih ramah. Saat SMA, saya terlalu fokus mengejar nilai sampai terkadang sedikit cuek dengan orang-orang di sekitar saya. Saya berencana mengubah itu. Tentu saja saya juga ingin berusaha lebih aktif dalam kegiatan non akademik dan menjadi lebih mandiri.
Saya berharap saya dapat meraih ilmu bermanfaat yang banyak di FKUI, yaitu berbagai pengetahuan yang dapat saya praktikkan di kehidupan langsung untuk dapat membantu orang lain. Selain itu, saya juga berharap dapat menambah relasi serta teman dekat, menambah wawasan di luar akademik, serta mematuhi komitmen yang telah saya uraikan di atas untuk diri saya sendiri.
Kalau untuk angkatan FKUI 2023, saya berharap kita dapat menjadi angkatan yang solid dan saling peduli. Saya tahu tidak mungkin kita semua menjadi dekat dan bersahabat, tetapi paling tidak, kita semua punya satu tujuan dan pada akhirnya saling bahu-membahu untuk mencapainya bersama. Saya harap kita semua bisa lulus bersama dengan nilai memuaskan dan ilmu bermanfaat lalu dapat melanjutkan kehidupan masing-masing dengan bahagia.
Tentu dalam masa karir saya, saya ingin menjadi dokter yang ideal. Dokter sendiri berperan penting dalam menjaga kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Seorang dokter sudah sepatutnya memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mendiagnosis, mengobati, dan menyembuhkan berbagai penyakit yang dialami pasien.[3]
Dokter ideal harus memiliki 3K, yaitu kesantunan, kebersamaan, dan kesejawatan. Kesantunan berarti seorang dokter memiliki keterampilan komunikasi yang baik dengan pasien, kolega, dan profesional kesehatan lainnya. Ini termasuk menggunakan kata-kata dan bahasa tubuh yang baik. Kesejawatan berarti dokter yang menjunjung tinggi etika profesi serta memupuk keterampilan dan kompetensi di bidang kedokteran. Kebersamaan merepresentasikan keterkaitan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat.[4]
Saya sangat ingin menjadi seorang dokter ideal. Selain hal dasar yang telah dijelaskan di atas, saya juga ingin menjadi dokter ramah dan menyenangkan, tetapi tetap profesional. Dengan begitu, pasien yang datang ke rumah sakit untuk berobat dapat ditangani dengan tangkas dan dalam waktu cepat. Mereka juga akan mendapat kesan baik setelah mengunjungi rumah sakit.
Rumah sakit memang seharusnya nyaman dan menyenangkan untuk pasien agar dapat membantu mempercepat proses penyembuhan mereka. Hal ini penting, terutama untuk anak-anak supaya tidak terdoktrin ketakutan terhadap rumah sakit sejak dini karena salah satu dampak yang terjadi jika mereka merasa takut atau tidak nyaman di rumah sakit adalah bertambahnya hari perawatan, bahkan hingga mengganggu perkembangan anak.[5]
Rencana saya selama masa preklinik adalah menjadi versi pelajar terbaik saya. Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk belajar dan meraih ilmu sebanyak-banyaknya sebagai bekal di kemudian hari. Saya juga ingin mendapat serta mempertahankan nilai yang optimal. Cara saya meraih hal tersebut adalah dengan meningkatkan kedisiplinan saya dalam belajar dan menyelesaikan tugas seperti komitmen saya yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kalau untuk rencana jangka panjang saya saat menjadi seorang dokter, tentu saya ingin menjadi dokter yang ideal seperti paparan di atas. Caranya adalah dengan berlatih dan menambah pengalaman dengan bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan preklinik serta koas. Selain itu, saya juga ingin menambah ilmu dengan melanjutkan studi saya menjadi dokter spesialis jantung. Alasan saya memilih dokter spesialis jantung saat ini adalah karena menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dari seluruh kematian tersebut, 17,7 juta disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (Lina dan Dian, 2020), sedangkan penyakit kardio ‘jantung’ menyumbang sebanyak 7,4 juta kematian per tahunnya. Kejadian ini diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 11 juta pada tahun 2020 (Kemenkes, 2017).[6]
Terlihat bahwa kematian akibat penyakit jantung sangat tinggi di dunia sehingga diperlukan lebih banyak tenaga medis dalam bidang tersebut. Jantung juga merupakan salah satu organ vital tubuh manusia yang membuat saya tambah tertarik untuk mempelajarinya secara lebih dalam.
Untuk mengejar sekolah spesialis, saya akan menyiapkan IPK saya yang termasuk salah satu target jangka dekat. Saya juga akan mempelajari toefl, menyiapkan dana, mencari beasiswa, dan persiapan lainnya yang dapat menunjang saya untuk dapat sekolah spesialis kedokteran.
Harapan saya untuk masyarakat untuk jangka panjang adalah bahwa mereka, seperti saya, dapat berusaha untuk lebih disiplin dalam berbagai hal, terutama kesehatan. Jika semua warga berkomitmen dalam usaha menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarganya mulai dari pola makan, olahraga, waktu istirahat, dan lainnya, dapat dipastikan jika angka kesehatan masyarakat Indonesia akan meningkat. Dengan meningkatnya angka kesehatan masyarakat, Indonesia dapat lebih siap bersaing secara global dengan negara-negara lain sebagai salah satu bentuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Terakhir, pesan saya untuk adik-adik yang ingin masuk FKUI. Gunakanlah semua kesempatan yang ada, terutama jika memiliki orang tua yang mampu. Kejarlah mimpi lewat semua jalur, jangan hanya fokus ke satu. Jika masih di sekolah, rapikan nilai rapor kalian untuk memperbesar peluang masuk lewat SNBP. Sembari itu, cicil juga materi SNBT dan mandiri. Jangan lupa untuk selalu update berita-berita terbaru jikalau ada perubahan dalam mekanisme seleksi mahasiswa dan terapkan sifat mudah beradaptasi. Paling penting tentu saja adalah berdoa dan meminta restu dari orang tua serta guru. Selalu rendah hati dan jangan sombong, ingat jika kalau usaha tidak akan menghianati hasil. Tenang saja, rezeki tidak akan tertukar. Semangat!!
DAFTAR PUSTAKA
1. Habibie & Ainun 3. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Diperankan oleh Reza Rahadian dan Maudy Ayunda. MD Pictures, 2019
2. Mediatama, Grahanusa. “SBMPTN 2023 Diubah, Tidak Ada Ujian Mata Pelajaran, Ini Seleksi Masuk PTN Terbaru.” Jakarta: Kontan.co.id; 7 Sept 2022 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://nasional.kontan.co.id/news/sbmptn-2023-diubah-tidak-ada-ujian-mata-pelajaran-ini-seleksi-masuk-ptn-terbaru
3. Admin Marantha News. “Mengenal Profesi Dokter: Pendidikan, Biaya Kuliah, dan Spesialisasinya.” Marantha News; 2023 May 17 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://news.maranatha.edu/featured/mengenal-profesi-dokter-pendidikan-biaya-kuliah-dan-spesialisasinya/
4. Rokom. “3 Karakter Ini Harus Dimiliki Seorang Dokter.” Jakarta: Sehat Negeriku; 2018 Dec 16 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/author/puskom
5. Faidah N, Marchelina T. Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus [Internet]. 2022 Oktober [cited 2023 Aug 9];11(3):218. Available from: https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/download/1207/429
6. Bachtiar L, Gustaman RA, Maywati S. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia [Internet]. 2023 March 1 [cited 2023 Aug 9];19(1):53. Available from: https://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jkki/article/download/6862/2649
Comments