- Audrey
- Aug 13, 2023
- 9 min read
Narasi Perjuangan
Selamat pagi semuanya, izin memperkenalkan diri. Nama panggilan saya Audrey. Untuk nama lengkap mungkin akan menyusul sekitar 10 tahun yang akan datang. Saat ini nama saya hanya memiliki satu kata, yaitu Audrey. Sebelum saya diterima di Universitas Indonesia, saya bersekolah di SMAN 68 Jakarta. Saya diterima di S1 reguler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lewat jalur undangan (SNMPTN) atau setelah berubah nama menjadi SNBP.
Menurut saya, FKUI itu merupakan kampus terbaik dan terunggul. FKUI merupakan sekolah kedokteran terbaik di Indonesia yang mana sangat membanggakan jika menempuh pendidikan sarjana di universitas itu. FKUI memiliki segudang fasilitas yang dapat mahasiswa gunakan seperti perpustakaan, pusgiwa, dan bikun. Meskipun fasilitasnya yang beragam, biaya UKT UI tergolong masih terjangkau jika dibandingkan dengan universitas kedokteran lainnya. Sebelum saya dinyatakan keterima di FKUI, semua orang di UI sangat ramah entah itu mahasiswa, pekerja, maupun dosen. Sebenarnya semua yang saya ceritakan di atas juga termasuk motivasi saya untuk berkuliah di FKUI.
Akan tetapi, yang motivasi yang utama adalah mama saya. Sejak kuliah dulu, sudah menjadi cita-cita mama saya untuk berkuliah di Universitas Indonesia. Karena memang semenjak dahulu Universitas Indonesia merupakan kampus terbaik di seluruh fakultasnya. Padahal mama saya tidak memaksa saya untuk masuk ke FKUI. Akan tetapi, saya ingin mewujudkan mimpi mama saya dengan berkuliah disini. Meskipun itu juga menjadi mimpi saya untuk kuliah di FKUI.
Sekarang saya akan menceritakan kilas balik saya sebelum dinyatakan dan diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bermula saat mau masuk SMP. Saya bersekolah di sekolah swasta kristen yang lumayan terkenal. Di masa SMP saya menghabiskan waktu untuk bermain dan sedikit belajar. Saya dulu merupakan pribadi yang malas belajar. Setiap pulang sekolah, saya pasti akan menyempatkan diri untuk tidur siang selama 3 jam lalu bangun tidur hanya untuk makan. Kalau ditanya mengenai kursus atau les, saya lebih memilih ekstrakurikuler basket sampai sore bahkan malam. Akan tetapi, disamping saya yang malas belajar, saya selalu mengumpulkan tugas tepat waktu dan tidak pernah dipanggil karena malas. Pada intinya, kehidupan masa SMP saya sangat biasa. Ditambah kelas 9 semester 2 yang mengharuskan saya untuk belajar di rumah (Pembelajaran Jarak Jauh). Kondisi tersebut membuat saya sangat tidak teratur. Saya selalu tidur subuh bahkan pernah tidak tidur hanya demi maraton drama korea. Soalnya PJJ yang dilakukan hanya lewat Google Classroom tidak menggunakan Zoom. Sampai-sampai saya harus mengikuti remedial di beberapa mata pelajaran. Untungnya nilai rata-rata yang dipakai hanya dari kelas 7 sampai 9 semester satu. Kalau saya memikirkan kembali masa-masa itu saya malu dan ingin segera melupakannya. Meskipun hanya dari kelas 7 sampai 9 semester 1, nilai rata-rata saya tergolong kecil untuk masuk ke SMA negeri. Sekedar info, dari dulu memang saya menginginkan SMA negeri. Karena masa pandemi, jalur zona dan prestasi berkurang kuotanya dan digantikan oleh jalur usia. Usia saya yang masih cukup kecil saat itu mengharuskan saya untuk langsung mendaftar lewat jalur prestasi. Awalnya saya mendaftar di SMAN 2 Jakarta lewat jalur prestasi, setelah mendaftar di SMAN 2 saya tidak melihat nama saya di list PPDB alias gagal sebelum mencoba bertahan. Lalu pilihan kedua di SMAN 1 Jakarta pun nama saya terlempar dan tidak lolos. Saya sempat sedih dan depresi karena tidak diterima di SMA negeri manapun. Akan tetapi, tuhan berkehendak lain. Mama saya mendapat info dari temannya mengenai pendaftaran PPDB tahap akhir. Di tahap akhir ini saya langsung memilih SMAN 68 Jakarta karena usulan dari koko saya yang ingin bersekolah di sana tetapi tidak jadi. Setelah saya mendaftarkan nama saya di SMAN 68 Jakarta, saya langsung berada di posisi ke 6 sebelum kembali terlempar. Padahal masih ada 3 hari lagi sebelum PPDB Tahap Akhir ditutup. Saya dan mama saya terus berdoa agar tidak terlempar lagi. Itu satu-satunya peluang saya untuk bersekolah di SMA negeri unggulan. Pada akhirnya saya benar-benar diterima di SMAN 68 Jakarta, sekolah unggulan di Jakarta Pusat.
Setelah melewati perjuangan yang panjang untuk diterima di SMA negeri unggulan, berbeda dengan sewaktu SMP yang langsung daftar dan diterima, saya bertekad akan belajar dengan giat di masa SMA. Sayang sekali masa SMA ini harus dimulai dengan pandemi yang mengharuskan kita untuk belajar di rumah. Semua aktivitas yang seharusnya dilakukan di sekolah semua di lakukan di dalam rumah. Akan tetapi, semua itu tidak akan melunturkan tekad saya untuk belajar dengan giat. Karena tidak ada dorongan belajar dari siapapun, mama saya juga sudah pusing dengan kemalasan saya. Saya menjadi tidak merasa tertekan dan belajar dengan nyaman. Saya membatasi ekstrakurikuler dan mengurangi waktu tidur siang saya untuk belajar dan mengerjakan tugas di rumah. Kelas sepuluh mengharuskan saya menjadi lebih aktif dalam belajar. Karena keterbatasan tatap muka yang mengharuskan saya belajar secara mandiri. Akan tetapi, kelas sepuluh selesai dengan lancar tanpa ada hambatan. Karena tempat les sudah mulai offline saya memutuskan untuk mendaftar di salah satu kursus. Di tempat itu ada persyaratan yang membuat saya dan mama saya tergiur, yaitu potongan harga untuk anak berprestasi. Maka dari itu, saya langsung bertanya kepada wali kelas saya saat itu untuk menanyakan peringkat, siapa tahu saya masuk 5 besar. Siapa yang sangka, anak malas ini bisa menyabet peringkat satu di kelas. Rasa haru dan bangga muncul dari saya dan orang tua saya. Merasa tertantang akan hal tersebut membuat saya terus giat belajar.
Hingga naik ke kelas sebelas. Di kelas sebelas lika-liku mulai muncul. Orang yang kukira teman menjadi lawan, tadinya minta jawaban sekarang menjadi juara satu. Saya mulai kesal dan lebih giat lagi dalam belajar. Saya juga mulai mengikuti satu persatu lomba dari berbagai situs. Makin hari lomba yang saya ikuti semakin banyak, hal itu saya lakukan untuk menunjukan kepada guru bahwa saya pantas dan layak untuk mendapatkan juara satu. Soalnya waktu itu nilai saya dan dia beda tipis. Akhirnya juara satu kembali ke tanganku. Perlombaan yang awalnya iseng saya coba keterusan hingga kelas 12 yang mengantarkanku ke eligible pertama di SMAN 68 Jakarta. Dan eligible pertama dan sertifikat lomba itu yang membuat saya keterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebelum diterima di FKUI saya memegang komitmen. Dimanapun saya kuliah, saya akan mengerahkan seluruh tenaga untuk berjuang di dalamnya. Karena saya tahu semua jurusan kuliah sama susahnya. Saya juga berharap universitas tempat saya kuliah kelak bisa membuat saya menjadi orang yang matang dalam berpikir, berucap, dan bertingkah laku.
Setelah saya diterima di FKUI saya memegang komitmen. Saya akan selalu berjuang dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang kepada saya. Saya akan terus berjuang sesulit apapun itu. Karena saya tahu bukan hanya saya saja yang akan menempuh kesulitan ini. Saya bersama 249 orang lainnya yang ada di FKUI 2023 akan menjalani kehidupan perkuliahan bersama-sama, lulus, dan menjadi dokter yang berguna bagi nusa dan bangsa. Saya juga berkomitmen kepada diri saya sendiri jangan membuat diri saya akhirnya menyesal karena kelakuan saya. Karena semua penyesalan ada di akhir.
Harapan untuk diri sendiri. Semoga jiwa kemalasan yang masih tersisa segera dilenyapkan untuk kemajuan perkuliahan saya. Semoga saya bisa menjalani pembelajaran di FKUI. Semoga saya bisa menyerap ilmu yang diberikan para dosen dan saya bisa mengimplementasikannya ke calon pasien-pasienku kelak. Semoga saya bisa lulus dari FKUI dengan cepat sesuai waktunya. Semoga saya bisa segera menjadi seorang dokter yang baik dan bijaksana. Semoga saya tetap terjalin dengan rekan-rekan sejawat. Semoga saya bisa dengan cepat melanjutkan kuliahku untuk jenjang spesialis. Semoga semua cita-cita, harapan, dan keinginan baik audrey tercapai.
Harapan untuk FKUI angkatan 2023. Semoga kita bisa saling bekerja sama dan bahu membahu dalam perkuliahan ini. Semoga kita lulus bersama-sama tanpa ada yang tertinggal. Semoga kita terus terjalin pertemanannya sampai kita menjadi dokter kelak.
Seorang dokter yang dapat dikatakan ideal apabila dia memiliki hubungan interpersonal, keterampilan dan niat yang baik. Menurut survei Raul A borracchi dan teman-temannya kepada beberapa pasien yang menghadiri rumah sakit mengajar masyarakat pada February 2019. Mereka menyatakan bahwa dokter ideal dapat ditentukan pertama kali melalui kualitas pribadi atau sifat pribadi mereka dibandingkan dengan pengetahuan dan keterampilan mereka. Intinya mereka mendahulukan sikap humanis atau sosialis.
Pandangan saya mengenai dokter ideal adalah para dokter yang memiliki EQ dan IQ yang tinggi. Atau bisa dibilang memiliki empati atau sikap yang baik dan juga memiliki keterampilan dan pengetahuan yang tinggi. Dokter yang ideal harus bisa nelayani pasiennya dengan segenap hati dan mengerahkan semua pengetahuan yang dia tahu untuk mengobati pasiennya. Yang artinya baik kualitas batin maupun kualitas keterampilan sama ratanya.
Seorang dokter yang baik harus memiliki nilai-nilai luhur atau bioetika berikut ini:
Kebaikan. Dokter wajib mengikuti nilai ini untuk melindungi dan membela orang lain. Kebaikan memberi manfaat bagi pasien untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Non-maleficence. Kewajiban dokter untuk tidak memperburuk kondisi pasien
Otonomi. Semua orang memiliki kuasa untuk berpikir rasional dan menentukan apa yang harus diprioritaskan
Pengungkapan kebenaran. Dokter harus mengatakan sejujur-jujurnya kepada pasien tentang diagnosisnya sebagai dokter tanpa ada yang ditutupi.
Kerahasiaan. Dokter harus menjaga rahasia catatan penyakit pasien. diagnosis yang ia lakukan hanya boleh diungkapkan kepada pasien atau saudara yang telah disetujui pasien.
Keadilan. Dokter harus bersikap adil dan merata terhadap semua orang tanpa memandang status dan kedudukan.
Seperti yang saya jabarkan diatas. Dokter yang baik adalah dokter yang dapat berkata apa adanya tanpa dilebihkan atau dikurangkan. hal itu akan sangat berdampak bagi pasien agar lebih mudah untuk mempercayai dokter. Lalu non-maleficence yang artinya tidak berbuat jahat. Dokter harus bisa menyembuhkan pasien bukan menambah penyakit pasien. hal itu sangat berdampak bagi masyarakat karena dapat mengurangi angka kematian. pengungkapan kebenaran sangat dibutuhkan jika ada korban terluka dan telah didiagnosis bahwa orang tersebut mengidap HIV yang mana dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Disini dokter harus mengungkapkan kebenaran atas hal tersebut. Kerahasiaan juga sangat diperlukan untuk menjaga privasi pasien dari pihak-pihak berbahaya. keadilan disini harus ada profesionalisme dari seorang dokter harus menyamaratakan semua pihak. Nilai ini sangat berdampak pada masyarakat menengah kebawah agar tidak ditindas hak asasi nya. Disini dokter tidak boleh memilih-milih pasien yang akan diobatinya.
Menurut penelitian Abdullah Khawar dkk, mereka mengambil tiga kesimpulan tentang karakteristik dokter. Ketiga karakteristik tersebut adalah kompetensi, motivasi, dan kepribadian. Begitu juga dengan saya. Saya ingin menjadi seorang dokter yang kompeten, yang artinya bekerja sesuai dengan tugas dan kewajiban saya. Saya berusaha untuk melakukan tugas semaksimal mungkin untuk mrnyrmbuhkan pasien saya. Saya juga akan menjadi dokter yang tidak pelit ilmu terhadap calon pasien saya dan mengatakan sejujur-jujurnya mengenai diagnosis yang saya ambil. Saya akan berusaha dengan baik berkomunikasi dengan pasien agar pasien tidak salah mengartikan ucapan saya. Saya juga ingin menjadi dokter yang terus belajar dari masukan para senior saya untuk meningkatkan keterampilan saya kearah yang lebih baik lagi. Serta terus belajar karena pengetahuan berjalan dengan cepat mengiringi teknologi dan globalisasi. Saya juga akan menjadi dokter yang beretika dan memiliki kepribadian baik. Dimana pasien merasa nyaman dirawat oleh dokter seperti saya. Saya akan berusaha agar para pasien bisa tidak tertekan dan tidak menambah stress mereka dengan kepribadian baik saya.
Mahasiswa kedokteran memiliki dua fase pendidikan yaitu fase preklinik dan klinik. Fase preklinik adalah fase dimana mahasiswa mempelajari ilmu kedokteran secara teoritis. Sedangkan fase klinik adalah fase dimana mahasiswa yang sudah matang akan teori dihadapkan dengan praktik atau mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari dan mengaplikasikannya kepada pasien di bawah pengawasan.
Rencana jangka pendek preklinik. Saya akan menyelesaikan kegiatan pengenalan mahasiswa baru ini dengan baik, sehingga tidak ada permasalahan di awal. Setelah kegiatan ini selesai, saya akan ingin mengikuti organisasi keagamaan, yaitu KMBUI. Setelah itu saya akan mengikuti kursus bahasa inggris untuk mengikuti IELTS yang akan berguna untuk pertukaran pelajar kelak. Lalu saya akan menjadikan belajar seperti kebutuhan saya, sehingga bisa enjoy dalam perkuliahan ini. Apa lagi di masa preklinik ini sangat banyak teori baru yang harus saya pelajari mulai dari awal. Saya juga akan membuat kelompok belajar dengan teman-teman di fakultas untuk menjalin teman dan saling membagi pengetahuan. Saya juga akan mengikuti lomba-lomba yang diadakan di UI. Setelah mendapatkan IELTS saya akan mengikuti IISMA yang diadakan hal itu juga berguna untuk pengalaman dan skill berbahasa inggris saya. Maka dari itu, saya akan berusaha untuk menyisihkan tujuh puluh persen dari dua belas jam saya untuk belajar dan sisanya berorganisasi. Saya akan mengerahkan seluruh tenaga untuk belajar. Saya juga akan berkomunikasi dengan kakak tingkat di fakultas saya untuk bertanya mengenai berbagai informasi yang kelak akan berguna untuk menunjang perkuliahan saya.
Rencana jangka panjang klinik. Setelah mempelajari teori-teori saya akan fokus untuk mengerti praktik-praktik di rumah sakit atau koas. Saya akan berusaha untuk menjadi koas terbaik dengan cara giat belajar dan selalu mempraktikan arahan dokter pembimbing dan menerapkannya kembali di rumah jika alat-alatnya memadai. Saya akan mengingat kembali pelajaran preklinik untuk mengikuti UKMPPD. Saya berusaha untuk langsung bisa tembus dengan sekali percobaan. Setelah itu saya ingin langsung mengambil spesialisasi. Saya juga mempersiapkan diri untuk apply beasiswa yang bisa menunjang biaya kuliah spesialis saya di Korea. Saya juga akan mempersiapkan diri dengan berbagai pertanyaan seputar interview. Setelah menyelesaikan spesialisasi saya, saya akan berusaha melamar pekerjaan dan bekerja di rumah sakit.
Semoga masyarakat bisa lebih peduli terhadap kesehatan mereka. Mulai dari hal terkecil yaitu mencuci tangan sebelum makan, bersin ditutup, dan mengurangi jajan sembarangan. Ketiga hal tersebut jika dibiarkan terlalu lama akan berdampak bagi kesehatan mereka. Masyarakat juga harus sadar akan kebersihan lingkungan sekitar. Karena mereka harus sadar bukan hanya mereka yang tinggal di lingkungan tersebut. Ada keluarga lain yang akan terdampak jika lingkungan tidak dijaga. Masyarakat juga harus melakukan pemeriksaan di rumah sakit atau setidaknya di puskesmas terdekat. Karena penyakit yang tertumpuk di dalam tubuh tanpa kita sadari akan membesar nantinya. Saya harap masyarakat dari semua golongan memperhatikan kesehatan diri untuk kepentingan bersama. Semoga saat saya menjadi dokter kelak, saya bisa membantu mewujudkan tercapainya kesehatan masyarakat yang merata.
Pesan untuk adik kelas yang ingin masuk UI. Pilih mau berjuang diawal atau di akhir. Jika diawal, kejar eligible pertama. Jika diakhir, kejar nilai UTBK tinggi, Simak, Talent scouting, atau PPKB. Coba berbagai jalur masuk ke FKUI saya yakin jika kalian berusaha sekuat tenaga pasti salah satu dari jalur tersebut bakalan nyangkut nama kalian. Salah satu quotes dari KAI yang saya naiki malam ini. Kalau berjuang jangan putus asa, kalau jatuh bangun sekuat tenaga. Sekian dari saya, terima kasih.
Daftar Pustaka
Borracci RA, Alvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient. Rev Med Chil. 2020 Jul; 148(7);930-8.
Varkey B. Principles of clinical ethics and their application to practice. Medical Principles and Practice. 2021 Feb; 30(1): 17-28
Khawar A, Frederiks F, Nasori M, Mak M, Visser M, Etten-Jamaludin FV, et al. What are the characteristics of excellent physicians and residents in the clinical workplace? A systematic review. BMJ open. 2022 sept; 12 (9): e065333.
Steiner-Hofbauer V, Schrank B, Holzinger A. What is a good doctor?. Wien Med Wochenschr. 2018; 168(15): 398-405
Wijaya EC. Comparison of anxiety level between preclinical and clinical medical students from faculty of medicine, public health, and nursing, universitas gadjah mada. Universitas Gadjah Mada [Internet]. 2022 [cited 2023 Aug 6]. Available from: Comparison of Anxiety Level Between Preclinical and Clinical Medical Students from Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada (ugm.ac.id).
Comments