- Ath Thaariq Putra Pratama
- Aug 11, 2023
- 13 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Kado Ulang Tahun ke-18 Terindah
“Pertama, mereka mengabaikan Anda, lalu menertawakan Anda, lalu melawan Anda, lalu Anda menang.” “Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada pencapaian, usaha penuh adalah kemenangan penuh.” Demikianlah kata-kata mutiara yang berasal dari seorang filsuf yang idealis, pragmatis, dan naturalis dan filosofi pendidikannya didasarkan pada filosofi hidupnya, Mahatma Gandhi.[1] Kata-kata mutiara tersebut merupakan cambuk yang membuat saya memahami bahwa setiap insan memiliki kesempatan yang sama untuk menggenggam sebuah pencapaian yang sering disebut sebagai “kemenangan”.
Perkenalkan, nama saya Ath Thaariq Putra Pratama, biasa dipanggil, Thor. Berasal dari pulau seberang, Sumatera, lebih tepatnya berasal dari Provinsi Bengkulu. Pernah bersekolah di SMAN 5 Kota Bengkulu dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) program kelas regular melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Saya lahir di Bengkulu, 29 Maret 2005 dan merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Amrin Juni dan Evi Yunarni.
Bagi saya, FKUI adalah impian banyak orang. Menggapainya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Merupakan Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia dan berada di urutan 251-300 terbaik dunia berdasarkan The Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS Wur). Selain itu, FKUI juga memiliki ribuan alumni yang sukses mengabdi di berbagai penjuru negeri hingga luar negeri baik sebagai akademisi, klinisi, peneliti hingga sebagai pimpinan di sebuah institusi.
Sedari Taman Kanak-kanak (TK), sudah terbesit dalam benak saya bahwa saya ingin menjadi seorang dokter. Belum tahu ingin menjadi dokter apa, bahkan belum tahu akan bersekolah di mana. “Thaariq kalau sudah besar nanti cita-cita nya apa?” “Mau jadi dokter.” Itulah jawaban saya saat ditanya oleh siapapun terkait cita-cita saya, sejak saat itu hingga sekarang tidak pernah berubah. Seiring bertambahnya usia, saya mulai sadar akan cita-cita kecil saya dan mulai penasaran tentang dunia kedokteran, saya pun mencari tahu tentang sekolah kedokteran terbaik di Indonesia, dan menemukan bahwa FKUI lah tempatnya. FKUI terkenal sebagai Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia, yang telah mencetak dokter-dokter yang berkualitas, kompeten dan unggul di bidangnya masing-masing, memiliki fasilitas kedokteran paling lengkap, menjadi rujukan bagi seluruh sekolah kedokteran di Indonesia, hingga biaya sekolahnya yang terjangkau merupakan motivasi saya untuk menjadi bagian dari FKUI.
Saya pernah bersekolah di SDN 57 Kota Bengkulu, ketika itu saya harus berpisah dari kedua orang tua dan adik-adik saya. Yup! Saya memiliki dua orang adik, satu laki-laki dan satu perempuan yang masing-masing usianya terpaut cukup jauh yakni sekitar lima tahun. Saya berpisah dari mereka karena saya bersekolah di Kota Bengkulu sedangkan mereka tinggal di Kabupaten Bengkulu Tengah yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Ayah dan Ibu saya adalah guru yang mengajar di kabupaten tersebut. Harus berpisah dari keluarga demi pendidikan pada saat itu bukanlah hal yang mudah bagi seorang anak yang baru menginjak usia 7 tahun. Setiap malam saya merasa kesepian, periode emas seorang anak untuk banyak mendapatkan insight (masukan) yang baik dari orang tua merupakan hal yang tidak saya dapatkan secara langsung. Bagaimana membangun karakter yang baik, disiplin dan mandiri merupakan sebuah proses yang saya pelajari sendiri. Saat itu saya tinggal bersama dengan tante saya (adik kandung ayah saya), beliau merupakan salah satu sosok yang sangat berpengaruh dalam hidup saya. Beliau lah yang mengajarkan saya tentang kemandirian dan kedisiplinan saat saya masih kecil. Bagaimana kita sebagai manusia harus hidup dengan baik dan berbuat baik pula terhadap sesama. Beliau banyak mengajarkan kepada saya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, masih terekam dan tersimpan dengan baik memori tersebut dalam ingatan saya. Saat SD, saya sudah memegang prinsip bahwa “Barang siapa yang bersungguh-sungguh (dalam melakukan suatu hal), Maka ia pasti akan berhasil.”
Sedari SD saya rajin belajar, mengulang kembali materi-materi pelajaran yang saya dapatkan di sekolah, hingga mengikuti dan memenangkan berbagai perlombaan. Saat SD saya pernah menjuarai Lomba Bercerita di tingkat kota dan provinsi. Prestasi tersebut berhasil membuat saya menjadi bagian dari SMP favorit dan merupakan sekolah rujukan di Provinsi Bengkulu, SMPN 1 Kota Bengkulu. Saat SMP, kedua orang tua saya memutuskan untuk pindah ke Kota Bengkulu untuk menemani saya, adik-adik saya juga pindah sekolah ke Kota Bengkulu tetapi kedua orang tua tetap bekerja di Kabupaten Bengkulu Tengah. Jadi saya sudah kembali bersama keluarga saya dan tidak bersama tante saya lagi. Interaksi bersama kedua orang tua yang intens yang seharusnya saya dapatkan sejak kecil, baru terasa ketika saya dapat bersama kembali dengan keluarga saya. Saya pernah merasa iri kepada adik-adik saya, mereka yang sedari bayi selalu bersama dengan kedua orang tua saya sedangkan saya harus berpisah dengan mereka di usia dini meskipun tidak lama. Sekarang saya baru mengerti esensi dari keputusan kedua orang tua saya menyekolahkan saya di kota, berpisah dengan mereka walaupun baru berusia 7 tahun.
Ibu saya pernah berkata “Seandainya kamu tidak kami lepas untuk sekolah di kota, bayangkan sekarang bagaimana nasibmu? Akankah kamu tahu spensa? Akankah kamu tahu smanli? Akankah kamu mampu menjadi juara 1 paralel di setiap semester? Berhasil membawa pulang puluhan medali, piala dan sertifikat penghargaan? Akankah kamu tahu FKUI? Saya Ibumu, saya sudah bisa melihat bagaimana kamu kedepannya, maka dari itu kami ridho dan ikhlas kamu menuntut ilmu dimanapun. Tidak ada yang patut disesali.” Itulah kata-kata dari ibu saya.
Di bangku SMP, saya tidak pernah mengikuti perlombaan apapun. Saya hanya fokus belajar saja agar mendapatkan juara 1 dan nilai yang bagus. Saat itu saya tidak percaya diri akan kemampuan diri sendiri, saya cenderung takut untuk mencoba hal baru, dan lebih memilih untuk tetap berada pada zona nyaman saya. Saat itu di pandangan saya banyak sekali orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dari saya, membuat saya berpikir kenapa saya harus bersusah payah jika masih banyak orang-orang yang berkemampuan lebih dari saya. Pada akhinya saya lulus tanpa pernah menyumbangkan prestasi apapun untuk SMP kebanggaan di Provinsi Bengkulu tersebut. Itulah salah satu penyesalan dalam hidup saya. Tidak unggul di bidang perlombaan, saya bersyukur karena tetap konsisten dalam hal akademik. Saya berhasil menjadi siswa terbaik di kelas, dan dapat dibuktikan dengan sertifikat penghargaan.
Lagi-lagi saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin-Nya sertifikat penghargaan juara kelas tersebut dapat membantu saya menjadi bagian dari SMA favorit di Provinsi Bengkulu, SMAN 5 Kota Bengkulu. Sedikit cerita yang apabila saya mengingatnya benar-benar membuat saya terharu, saat dinyatakan lulus dari SMP, saya sempat mengalami demotivasi dan sedikit frustasi lantaran saat SMP saya benar-benar tidak pernah menjuarai perlombaan sehingga tidak ada sama sekali penghargaan apapun yang saya dapatkan. Hanya sertifikat siswa terbaik di kelas yang saya pegang pada saat itu. Saat mendaftar masuk SMA pun saya benar-benar gelisah. Bagaimana tidak, dari ratusan siswa di Provinsi Bengkulu dengan nilai yang tinggi dan memiliki segudang prestasi yang bergengsi saat itu bersaing untuk mendapatkan kursi yang tersedia. Saya sempat benar-benar putus asa, tidak yakin bahwa saya akan diterima di SMA favorit tersebut. Hanya dengan berbekal sertifikat juara kelas, saya benar-benar pasrah kepada apapun hasil dan ketentuan dari Allah SWT. Atas izin-Nya, saya berhasil lolos PPDB di SMAN 5 Kota Bengkulu. Saya bersyukur sekali seakan diberikan kesempatan oleh Allah SWT dan sejak saat itu saya ingin aktif baik di bidang akademik maupun nonakademik, saya bertekad untuk bersinar, berhenti untuk tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, berani untuk mencoba hal baru, dan berani untuk mengikuti berbagai macam ajang perlombaan.
Selama SMA, saya berusaha semaksimal mungkin untuk belajar disiplin dalam berbagai hal terutama akademik. Semaksimal mungkin saya menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu, maksimal dalam belajar agar mendapatkan nilai yang baik, bukan hanya nilai ujian dan nilai tugas tetapi juga nilai rapor. Di satu sisi karena tidak ingin penyesalan saat SMP terulang kembali saya memutuskan untuk mengikuti berbagai macam prlombaan dan tidak pernah takut akan kegagalan. Berkat tekad dan keinginan yang kuat, saya berhasil menjadi Juara 1 Paralel di angkatan saya dan memenangkan berbagai macam perlombaan. Mulai dari Olimpiade, Lomba Cepat Tepat (LCT) hinga Speech Competition. Sejak kelas X, saya sudah mengikuti bimbel di tempat bimbel ternama di tempat saya. Bagi saya hal tersebut merupakan salah satu usaha yang saya lakukan demi menggapai cita-cita. Sejak kelas X pula, cita-cita kecil saya untuk menjadi bagian dari FKUI kembali bergejolak dan semangat saya pun kembali membara. Saat itu saya baru mengetahui jalur-jalur untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, ada SNMPTN, SBMPTN, dan Ujian Mandiri. Jalur yang menjadi tujuan utama saya adalah SNMPTN, singkatan dari Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang salah satu persyaratannya adalah nilai rapor dan prestasi selama SMA. Hal tersebut juga menjadi salah satu motivasi saya untuk menjaga konsistensi saya di bidang akademik dengan tetap berprestasi selama SMA.
SNMPTN juga merupakan jalur masuk PTN yang perjuangannya paling panjang, perlu waktu selama 2,5 tahun (5 semester) untuk mempersiapkannya. Saat semester 5, beberapa bulan sebelum rangkaian acara penerimaan mahasiswa baru, tersiar kabar bahwa SNMPTN berubah nama menjadi SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi) dan sistem penilaiannya pun mengalami sedikit perubahan. Yang awalnya hanya menggunakan nilai 6 mata pelajaran wajib saja, menjadi seluruh nilai mata pelajaran yang digunakan untuk mendaftar. Saya yang awalnya hanya fokus pada nilai 6 mata pelajaran wajib saja, cukup terkejut ketika berita tersebut sampai di telinga saya. Bagaimana kalau nilai rata-rata saya berbeda jauh dari perhitungan sebelumnya? Begitulah salah satu contoh kekhawatiran saya pada saat itu.
Terlepas dari belenggu kekhawatiran, saya memilih untuk kembali fokus di semester 5. Saya mengetahui bahwa sekolah saya sudah pernah ada yang berhasil tembus FKUI melalui jalur SNMPTN sebelumnya, terakhir pada tahun 2019 yang artinya sudah 3 tahun belum ada yang berhasil lolos lagi. Hal tersebut membuat cita-cita saya sedari kecil untuk bergabung menjadi bagian dari FKUI timbul dan tenggelam. Saya sempat tidak berani memilih FKUI untuk SNBP lantaran sudah lama belum ada yang lolos ke FKUI lagi dari sekolah saya. Banyak hal yang saya lakukan untuk mengatasi rasa takut tersebut, salah satunya adalah dengan meminta masukan-masukan dari orang terdekat, guru-guru, hingga saya menghubungi kakak tingkat saya. banyak masukan berguna yang saya dapatkan, salah satunya adalah “Jangan pernah takut untuk mencoba! Karena lebih baik gagal karena sudah mencoba daripada gagal karena tidak mencoba sama sekali.”
Pengumuman pemeringkatan siswa eligible yang dapat mengikuti SNBP akhirnya diumumkan dan saya menempati peringkat pertama. Sempat saya ingin beralih ke Fakultas Kedokteran di universitas lain lantaran takut tidak lolos apabila memilih FKUI. Saat itu di pikiran saya adalah apabila saya salah dalam memilih dan pada akhirnya tidak lolos, artinya perjuangan saya selama 5 semester sia-sia, sehingga saya lebih baik memilih FK di universitas lain yang tidak terlalu tinggi keketatannya. Karena mengalami ketakutan dan kekhawatiran, yang saya lakukan hanya berdoa kepada Allah SWT agar selalu menggiring saya ke jalan yang sudah ditetapkan-Nya. Saya benar-benar berserah diri dan percaya bahwa Allah lah hakim yang paling adil, Allah lah yang selama ini melihat bagaimana perjuangan saya, dan Allah lah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk saya. Berkat keyakinan tersebut saya menyadari bahwa esensi kehidupan sebagai seorang manusia diciptakan adalah untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah SWT. Setelah sempat ingin beralih ke Fakultas Kedokteran di universitas lain, saya menyadari bahwa Allah mengarahkan saya untuk tetap yakin memilih FKUI. Dibuktikan dengan ketika saya ingin memilih FK di universitas lain, Allah seakan menggagalkan rencana saya. Sahabat-sahabat saya juga memilih FK di universitas lain yang sama, saya tidak ingin menghambat jalan orang lain terutama sahabat saya sendiri. Saat itu, selalu terbesit di benak saya apabila saya memudahkan urusan orang lain, mudah-mudahan Tuhan juga mempermudah urusan saya. Hingga detik-detik finalisasi SNBP, tidak pernah terdengar di telinga saya bahwa ada yang ingin memilih FKUI, hal tersebut seakan menyadarkan saya bahwa Allah sedang mengarahkan saya di jalan yang tepat. Kedua orang tua saya juga meyakinkan saya untuk tetap memilih FKUI. Toh apabila tidak lulus di jalur SNBP, masih ada jalur lainnya yaitu SNBT dan SIMAK.
Akhirnya saya memilih FKUI di pilihan pertama dan merupakan pilihan saya satu-satunya di jalur SNBP. Setelah saya memfinalisasi SNBP, saya kembali dilanda kekhawatiran. Saya cemas dan banyak sekali hal yang mengganggu pikiran saya pada saat itu. Tentu saja hal seperti ini juga dialami oleh rekan-rekan sejawat saya yang mengikuti SNBP. Hari-hari saya lalui dengan berusaha untuk tetap yakin dan percaya bahwa apapun ketetapan dari Allah SWT adalah yang terbaik untuk saya. Selain itu, kedua orang tua, keluarga, dan guru-guru saya juga selalu meyakinkan saya untuk tetap optimis dan tidak boleh berputus asa. Mereka benar-benar merestui pilihan saya, mereka yakin saya pasti lolos dan selalu mendoakan yang terbaik untuk saya, itulah yang memberikan kekuatan bagi saya untuk tetap semangat dan percaya diri.
Selasa, 28 Maret 2023, tiba juga hari yang ditunggu-tunggu. Saya ingat sekali betapa cerahnya hari itu. Dari pukul 06:15 pagi matahari sudah cerah sekali, hari itu merupakan hari pengumuman SNBP. Saat itu bulan Ramadhan 1444 H, pengumuman SNBP dijadwalkan pada pukul 15:00. Pada pagi hari nya saya tetap masuk sekolah seperti biasanya. Ada banyak sekali pesan yang disampaikan oleh guru-guru yang mengajar di kelas saya pada hari itu. Salah satunya adalah “Kalian harus yakin apapun takdir yang sudah ditetapkan oleh Tuhan adalah benar jalan yang terbaik untuk kalian. Apapun hasil yang tertulis pada pengumuman SNBP yang akan dibuka tepat pada pukul 15:00 nanti merupakan jawaban dari usaha dan doa yang selama ini kalian lakukan. Apabila sudah sesuai dengan yang diharapkan, itu artinya arahan dari Tuhan. Tapi bila belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka percayalah bahwa Tuhan sedang mengarahkan kalian pada sesuatu yang lebih baik. Tidak ada ketentuan Tuhan yang salah atau meleset.” Itulah pesan dari guru saya dan saya merasa lebih tenang setelah mendengarnya. Karena puasa Ramadhan, durasi KBM di sekolah dipercepat, sehingga para siswa dapat pulang lebih awal. Yaitu pada pukul 13:30 WIB.
Ketika sampai di rumah, saya langsung menyiapkan perangkat (laptop) dan berencana untuk membuka pengumuman SNBP bersama dengan kedua orang tua saya di ruang tamu. Laptop sudah saya nyalakan dan website pengumuman SNBP pun sudah saya buka. Setelah itu saya masuk kamar, dan menunaikan sholat dzuhur yang sempat tertunda jam pelajaran di sekolah. Setelah menunaikan sholat dzuhur, saya juga membuka website pengumuman SNBP di smartphone saya, karena saya benar-benar penasaran dengan hasilnya. Tak lama setelah itu, saya tertidur. Saya ingat sekali dibangunkan oleh ibu saya pada pukul 15:03. “Bang, bangun! Udah waktunya buka pengumuman.” Saya mengiyakan perintah dari ibu saya. Saya yang awalnya berencana membuka pengumuman SNBP bersama dengan kedua orang tua saya, berubah pikiran untuk membuka pengumuman SNBP sendiri secara diam-diam.
Dengan gemetar jari-jemari saya mengetik nomor pendaftaran SNBP dan tanggal lahir saya untuk membuka pengumuman, deg-degan luar biasa jantung saya lalu saya pejamkan mata sebelum mengeklik hasil pengumumannya. Begitu saya mengeklik hasil pengumuman, saya langsung membalikkan smartphone saya. tanpa saya tahu bagaimana hasilnya, sekitar satu menit smartphone tersebut dalam posisi terbalik, saya hanya berdoa, berdoa, dan berdoa. Apabila warnanya biru yang artinya saya lolos, saya akan sangat bersyukur. Tapi apabila hasilnya merah yang menandakan bahwa saya tidak lolos, maka saya meminta kekuatan dari Allah SWT untuk tetap berlapang dada terhadap apapun ketetapan-Nya. Pelan-pelan saya balikkan posisi smartphone saya, dan betapa terkejutnya saya melihat warna biru dan pesan yang bertuliskan “SELAMAT! ANDA DINYATAKAN LULUS SELEKSI SNBP 2023”. Senang, kaget, dan tidak percaya, semuanya terasa campur aduk. Kemudian saya langsung beranjak dari tempat tidur untuk segera memberi tahu kedua orang tua saya. Orang tua saya bahagia sekali dan kami menangis haru bersama sore itu. Saya memeluk kedua orang tua saya dengan benar-benar menangis bahagia. Betapa saya sangat bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Lelah, susah, senang, halangan dan rintangan selama 12 tahun bersekolah terasa lepas begitu saja. Fakta menariknya adalah Rabu, 29 Maret 2023 hari ulang tahun saya yang ke-18. Jadi dengan saya dinyatakan lolos SNBP 2023 di FKUI adalah kado terindah langsung dari Allah SWT yang pernah saya dapatkan.
Saya menyadari bahwa selama saya SD, SMP, hingga SMA saya tidak pernah bergabung dalam organisasi, kepanitiaan maupun badan. Saya hanya fokus pada akademik dan perlombaan saja. Maka dari itu, saya berkomitmen untuk mengikuti organisasi, kepanitiaan ataupun badan yang dapat memberikan pengalaman yang berguna dan akan membuat saya belajar banyak hal nantinya.
Harapan untuk diri saya sendiri adalah semoga saya bisa lulus tepat waktu dengan IPK yang bagus dan terus konsisten hingga lulus, membudayakan 5S kepada rekan sejawat, dosen, kakak tingkat, seluruh sivitas akademika Universitas Indonesia, dan semua orang, menjadi dokter yang baik, memiliki time management yang baik, aktif bertanya, dan dapat membahagiakan kedua orang tua saya. sedang harapan saya untuk FKUI Angkatan 2023 adalah semoga kita dapat berjuang bersama, bersaing secara sehat, saling tolong-menolong, inisiatif bertanya pada rekan sejawat apabila terdapat kendala, selalu kompak dan solid, dan semoga tidak ada kesalahan dalam berkomunikasi.
Selain itu, salah satu harapan saya adalah dapat menjadi dokter ideal. Menurut jurnal yang saya baca, dokter ideal adalah orang bijak yang memiliki reputasi agung, dengan sikap dr. Doug Ross di UGD, dan semangat untuk inovasi ilmiah Marie Curie. Praktisi yang ideal ini akan menghasilkan diagnosis yang tepat dari sekumpulan gejala yang tidak saling berhubungan, dan meresepkan pengobatan atau idealnya penyembuhan yang didasarkan pada pengalaman dan penemuan penelitian mereka yang luas.[2] Sedang menurut pandangan saya, dokter ideal adalah dokter yang menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan dengan baik sumpah dokter, tidak melanggar kode etik profesi dokter, serta menganut nilai-nilai luhur seorang dokter.
Nilai-nilai luhur seorang dokter tersebut antara lain mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasiennya, menjaga citra teman seprofesinya, mengabdikan seluruh hidupnya untuk kepentingan pasiennya karena kepentingan pasien adalah pertimbangan nomor satu, lebih menekankan pada kebaikan, dan jujur dalam menggunakan ilmunya demi keselamatan pasien.[3] Saya ingin menjadi dokter yang tulus mengabdi demi keselamatan pasien, sesuai dengan nilai-nilai luhur yang dimiliki seorang dokter.
Rencana jangka pendek saya selama pre-klinik adalah mampu beradaptasi dan memahami bagaimana sistem pembelajaran di FKUI, menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dapat belajar tentang ilmu kedokteran yang semakin hari semakin berkembang, mengikuti kelas dengan baik, aktif bertanya ketika di kelas, mengerjakan tugas dengan baik dan mengumpulkan tepat waktu, tidak menjadi deadliner, memiliki time management yang baik, serta mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang baik.
Rencana jangka panjang saya selama klinik atau dokter adalah semoga saya dapat menjadi dokter yang kompeten serta dapat memberikan pelayan kesehatan terbaik bagi masyarakat, dimanapun saya ditakdirkan Tuhan untuk mengabdi nanti. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Harapan saya bagi masyarakat dalam ruang lingkup kesehatan terkait dengan rencana jangka panjang adalah semoga tidak ada perbedaan pelayanan kesehatan antara masyarakat mampu dan kurang mampu. Sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kesehatan adalah investasi, hak, dan kewajiban setiap individu (tertuang dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UUK)) yang menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar hak hidup sehat bagi penduduknya dapat terpenuhi termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Sayangnya, yang terjadi di lapangan tidak berjalan sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan, dimana masyarakat mengeluh kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang mereka terima. Mereka menganggap bahwa pasien yang menjadi peserta jaminan sosial seperti Kartu Indonesia Sehat mendapat pelayanan dan perlakuan yang berbeda dengan pasien umum lainnya di Rumah Sakit, baik yang di rawat maupun yang hanya berobat.[4] Menurut saya ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan dan perluasan rumah sakit, Puskesmas, dan klinik di daerah-daerah yang lebih terpencil atau terpinggirkan karena dapat membantu memperluas jangkauan pelayanan, memberikan pelatihan yang memadai kepada tenaga medis di seluruh tingkatan pelayanan kesehatan juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan, termasuk di dalamnya adalah pelatihan tentang etika pelayanan dan cara berinteraksi dengan pasien dari berbagai latar belakang. Kemudian dengan melakukan pemantauan dan evaluasi rutin terhadap layanan kesehatan yang disediakan, termasuk survei kepuasan pasien. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi masalah dan mencari solusi perbaikan yang sesuai. Dan yang terakhir adalah dengan memanfaatkan teknologi dalam layanan kesehatan seperti telemedicine yang dapat membantu mencapai masyarakat yang sulit dijangkau, serta meningkatkan efisiensi pelayanan.
Pesan saya untuk adik kelas yang ingin bergabung menjadi bagian dari FKUI adalah harus selalu semangat, fokus pada tujuan, bulatkan tekad, tekun, jangan takut gagal ketika ingin mencoba sesuatu, karena lebih baik gagal setelah mencoba daripada tidak sama sekali, menerapkan prinsip law of attraction, dan jangan lupa berdoa. Karena doa tanpa usaha artinya bohong, dan usaha tanpa doa artinya sombong.[5]
Daftar Referensi
Karmakar R, Balari P, Das N. Educational philosophy of mahatma gandhi and its relevance in the present educational scenario. UGC Care Listed (Group-1) Journal. 2022 Dec;11(3):3228.
O’Donnabhain R, Friedman ND. What makes a good doctor?. Internal Medicine Journal. 2018 Sep 04;48(7):879-882.
Afandi D. Nilai-nilai luhur dalam profesi kedokteran: suatu studi kualitatif. Jurnal Kesehatan Melayu. 2017 Sep;1(1):25.
Pratiwi DA. Analisis pelayanan Kesehatan masyarakat miskin pengguna kartu Indonesia sehat di kota batam. Measurement Jurnal Akuntansi. 2019 Des;13(2):102-112.
Family L. Insyaallah bisa, ayo berdoa dan berusaha. Banten: Leguty Media; Januari 2022.
That's amazing story... I like the way you write your story. Love it so much.