top of page
  • Youtube
Search
  • Arsvita Rahmalivia
  • Aug 11, 2023
  • 11 min read

Updated: Aug 12, 2023

Narasi Perjuangan


Halo, perkenalkan nama saya Arsvita Rahmalivia. Saya biasa dipanggil Vita. Saya berasal dari SMA Taruna Nusantara, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Saya masuk FK UI 2023 melalui jalur reguler, yaitu Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).


Saat itu saya masih kecil. Setiap hari raya, seluruh keluarga besar dari kakek saya berkumpul di rumah kakek untuk merayakan hari raya sekaligus bertemu saudara-saudara yang lain. Saat itu ada sepupu saya yang baru masuk ke FK UI. Saya yang masih kecil tentu belum tahu apa-apa. Banyak saudara saya yang berkata, “Vita nanti kalau gede masuk FK UI juga, ya”. Hal itu memang mungkin hanya untuk sebagai pendorong saya saja untuk kedepannya.


Namun, sejak saat itu, saya jadi tahu tentang Universitas Indonesia, terlebih fakultas kedokterannya. Pikiran saya kepada sepupu saya itu juga berubah. Saya pikir beliau sangat keren. Semakin saya tumbuh dewasa, semakin tumbuh pengetahuan saya tentang Universitas Indonesia. Sudah sejak lama Universitas Indonesia menjadi universitas terbaik di Indonesia. Saya waktu itu berpikir juga bahwa FK UI merupakan fakultas kedokteran pertama dan terbaik di Indonesia. Saya tahu bahwa banyak dari fakultas kedokteran di universitas lain yang menjadikan FK UI sebagai salah satu sumber dan standar kompetensi dalam menempuh pendidikan dokter. Tidak heran apabila selama ini alumni FK UI menjadi dokter-dokter yang hebat dan berintregritas tingi.


Di lain sisi, saya terkadang merasa terlalu nyaman dalam segala hal. Saat sma saya memang berada di asrama sehingga jarang bertemu dengan orang tua. Namun hal tersebut tidak berarti apa-apa untuk saya karena seluruh kebutuhan saya selalu terpenuhi di asrama. Lagipula, jarak rumah orang tua dan asrama saya juga tidak begitu jauh. Saya tidak perlu memikirkan apa-apa. Maka dari itu, saya menganggap bahwa FK UI merupakan tantangan untuk saya dari kehidupan yang serba nyaman. Saya harus belajar di daerah yang jauh dari rumah orang tua sendirian. Saya yakin hal ini akan berdampak baik untuk kemampuan saya di masa depan. Jadi, menurut pandangan saya, FK UI merupakan tempat terbaik untuk saya dan seluruh calon dokter untuk menempuh pendidikan.


Untuk memepertahankan dan merealisasikan pandangan saya terhadap FK UI, saya harus memiliki motivasi yang kuat juga. Selain dari omongan saudara-saudara saya yang mendorong saya masuk ke FK UI, terdapat beberapa motivasi lain. Motivasi lain yang cukup besar membawa saya sampai ke titik ini. Yang baru-baru ini saya sadari adalah ketika pemeriksaan kesehatan mahasiswa baru. Seorang pemeriksa menanyai saya setelah mengetahui saya masuk ke FK UI. “Ada keluarganya yang dokter?”, tanya beliau. Saya sempat bingung karena hanya keluarga sepupu saya itu yang semuanya menjadi dokter. Keluarga inti sebelum saya tidak ada yang menjadi dokter. Saya jadi teringat saat masa saya belajar untuk SNBT memang bukan dipenuhi pure-blood, tetapi “pure-tear”. Saya jadi terdorong untuk menjadikan salah satu keluarga inti saya dokter.


Di sela-sela perjuangan saya, saya terkadang merasa saya sering melakukan hal yang istilah bahasa Inggrisnya “take everything for granted” entah terhadap kesempatan atau potensi diri saya. Saya banyak menyia-nyiakan apa yang ada saat ini karena terlalu takut untuk mengambil risiko. Saat merasa seperti itu, saya sering “berkelahi” dengan diri saya sendiri. Saya percaya bahwa mahasiswa FK UI sama-sama melewati masa-masa yang sulit untuk mencapai tujuannya dari sebelum, saat, maupun sesudah menjadi mahasiswa FK UI. Karena saya tahu kegigihan orang lain untuk mewujudkan mimpinya, saya mengubur perasaan tadi dan terus berusaha untuk menjadikan hal ini sebagai motivasi.


Melewati masa kecil yang saya alami tadi, saya mulai lebih menekuni pembelajaran saya selama di bangku sekolah. Saat saya berada di bangku smp, saya belum menemukan lagi motivasi yang lebih untuk masuk ke Universitas Indonesia. Akan tetapi, yang saya tahu, saya tetap bersikukuh untuk masuk ke fakultas kedokteran. Selama smp itu pun, yang saya pikirkan hanya, “Yang penting pinter, lah, rank di atas terus” tanpa arah yang jelas. Benar saja. Selama smp memang saya selalu masuk ke kelas unggulan. Akan tetapi, saya tidak tahu apa yang saya kejar. Orang tua saya selalu mendukung saya apapun yang saya tekuni atau pilih. Saya hanya merasa saya punya potensi dan kesempatan yang besar. Ditambah lagi, orang-orang di sekitar saya untungnya juga menanggapi dengan positif. Saya jadi biasanya mengerjakan apa yang pasti mereka dukung. Saya belum mempunyai prinsip pada saat itu.

Contoh nyata pernyataan di atas adalah saat saya mendekati kelulusan smp. Awalnya, saya berpikir bahwa saya akan melanjutkan di sma negeri nomor 1 di kota tempat saya tinggal, Salatiga. Beberapa teman saya mengajak saya untuk mendaftar di SMA Taruna Nusantara. Akhirnya saya ikut mendaftar. Saya juga tidak menyangka akan diterima. Sejak saat itu, saya mengenal Indonesia lebih luas lagi. Di sma pun masih sama. Saya hanya berusaha ala kadarnya. Padahal waktu itu saya merupakan peraih hasil seleksi tertinggi putri saat masuk ke SMA Taruna Nusantara. Kekurangan yang saya sadari adalah saya kurang berani dan percaya diri. Saya kurang mampu untuk bersosialisasi dan membangun relasi yang baik.


Pada akhir kelas 12, peringkat saya untuk mengikuti SNBP memang eligible. Namun, peringkat tersebut tentu tidak cukup untuk memasukkan universitas dan jurusan yang saya inginkan. Saya mungkin terdengar pesimis dan idealis. Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari SNBP dan mendaftar pada seleksi yang tidak menggunakan nilai rapor dan prestasi. Saya sempat mendaftar di sebuah universitas yang memiliki ikatan dinas bersama beberapa teman perempuan saya. Saat pengumuman tes administrasi tiba, kami kaget. Tidak ada satu pun dari kami yang berhasil lolos, bahkan peringkat 10 besar di angkatan saya.


Sebelum itu, saya juga sempat mendaftar di universitas negeri melalui jalur kelas internasional. Saya sadar untuk persiapan saya pada seleksi ini sangat minimal. Alhasil, saya tidak lolos seleksi tahap pertama. Saat itu, terkadang saya menyalahkan lingkungan saya yang kontradiktif dengan sifat saya. Karena saya tinggal di lingkungan asrama selama 3 tahun, saya selama 24 jam setiap hari bertemu dengan teman-teman saya. Saya tidak ingin terlihat ambisius di depan mereka karena saya takut gagal dan malu. Maka dari itu, persiapan saya untuk melanjutkan studi lanjut di sma tidak terlalu baik. Ditambah lagi, saya masih harus belajar untuk ujian sekolah. Maka dari itu, waktu yang tersisa sebelum kelulusan saya saya gunakan untuk belajar ujian sekolah dan les untuk persiapan SNBT hanya pada saat jadwal terprogramnya tanpa melakukan tambahan.


Setelah ujian sekolah, saya dan teman-teman kembali ke tempat masing-masing. Kami memiliki rencana studi lanjut yang berbeda-beda pula sehingga kami fokus ke diri masing-masing terlebih dahulu. Sebenarnya setelah pengalaman saya hidup bersama teman-teman di asrama, saya merasa kurang cocok dengan lingkungan militer. Saya bisa bertahan, tetapi saya kurang yakin saya akan mengulangi hal ini di masa depan. Orang-orang sering menanyakan apakah saya akan melanjutkan di akademi maupun ikatan dinas. Karena keterbatasan dari diri saya dan minat yang menipis saya menjawab pertanyaan tersebut apa adanya.


Di tempat tinggal saya, saya mengoptimalkan diri saya untuk SNBT. Saya belajar dari pagi sampai malam. Saya menghapus beberapa aplikasi media sosial saya dan memberi batasan kepada diri saya supaya tidak terdistraksi. Saya juga rela tidak menghadiri acara kelulusan sma saya karena dilaksanakan sebelum UTBK. Setelah menghadapi UTBK, hari-hari saya sedikit kosong karena perubahan jadwal yang ekstrem. Akan tetapi, saya tidak berhenti. Saya mulai menyiapkan ujian mandiri di beberapa universitas diiringi doa, tawakal, dan ikhtiar terhadap Tuhan untuk SNBT. Saya juga mempersiapkan pendaftaran PPKB dan SIMAK UI. Masa yang ditunggu-tunggu pun datang. Saya menunggu hadirnya tanggal 20 Juni 2023 teramat sangat. Saya sudah siap apapun hasilnya. Ternyata saya diterima di FK UI. Hari itu merupakan salah satu hari yang akan paling saya ingat.


Di beberapa bagian atas sebelumnya saya sudah menceritakan banyak kekurangan saya. Dengan lingkungan, teman, sistem, dan keadaan yang baru ini, saya berharap supaya saya bisa menata diri saya lebih baik lagi. Saya yang sebelumnya sering menyia-nyiakan potensi dan kesempatan yang ada, selama belajar di FK UI dan seterusnya, akan berusaha untuk membuat diri saya lebih terstruktur kedepannya sehingga apabila terdapat informasi mengenai kegiatan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan saya, saya dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Di sini lah saya harus mengubah diri saya yang kurang memiliki ambisi dan motivasi menjadi manusia yang memiliki tujuan yang jelas untuk dapat mengembangkan diri saya tadi supaya tidak berhenti di tengah jalan.


Tidak adanya ambisi dan motivasi tersebut menyebabkan saya menjadi pribadi yang kurang berani dan percaya diri juga. Setelah masuk di FK UI, saya ingin menjadi lebih berani dan percaya diri karena lingkungan saya nanti akan dipenuhi oleh orang-orang yang demikian juga. Ketidakberanian saya menyebabkan saya tidak bisa bersosialisasi dan membangun relasi dengan baik. Saya ingin menjadi introvert yang tetap bisa bersosialisasi dan membangun relasi yang cukup dengan memulainya dari teman-teman seangkatan saya di FK UI 2023. Salah satu dampak buruk dari ketidakmahiran saya untuk bersosialisasi adalah public speaking saya yang tidak pernah membaik. Selama belajar di FK UI, saya akan berlatih untuk menyampaikan pendapat dan pertanyaan di depan umum supaya tidak tergantung kepada rekan-rekan saya.


Setelah menulis komitmen perubahan saya di atas, saya menyadari bahwa satu sifat buruk akan menimbulkan sifat-sifat buruk lainnya. Saya tahu bahwa menghilangkan seluruh sifat buruk yang ada dalam diri saya itu mustahil. Akan tetapi, saya berharap saya dapat meminimalisasi sifat buruk saya dan berusaha mengubah hal tersebut supaya tidak menyebabkan penyesalan dan kerugian bagi pihak mana pun. Saya berharap juga supaya saya dapat menempuh pendidikan dokter secara menyeluruh baik ilmu teori, praktik dan penerapan, serta pendukung eksternal dari lingkungan sekitar. Saya berharap dengan saya dapat menjadi bagian dari FK UI ini saya dapat berkontribusi kepada diri saya sendiri, keluarga, masyarakat luas, bangsa, negara, dan dunia. Harapan saya untuk angkatan FK UI 2023 juga memiliki kesamaan di bagian selama menempuh pendidikan dan kontribusi yang dapat kita berikan. Untuk tambahan, saya berharap FK UI 2023 menjadi angkatan yang bisa menjadi solid, bersaing secara sehat, susah dan senang bersama, dan dapat dikenal dan dikenang sebagai angkatan yang baik.


Saya memiliki beberapa pandangan tentang dokter ideal. Dokter sendiri adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan.[1] Ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.[2] Jadi, dokter ideal adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan yang sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Menurut pandangan saya, dokter ideal adalah dokter yang menguasai segala aspek yang dibutuhkan yang dapat dijadikan standar atau contoh.


Karakter dasar yang harus dimiliki seorang dokter adalah kesantunan, kesejawatan, dan kebersamaan.[3] Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek (2018) menjelaskan karakter kesantunan artinya dokter yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap pasien, sejawat, dan tenaga Kesehatan lainnya yang menjadi mitra kerja. Dokter harus bertutur kata baik, sikap, dan bahasa tubuh yang baik. Karakter kesejawatan diartikan dokter yang menjunjung tinggi etika profesi dan meningkatkan kemampuan serta kompetensi di bidang kedokteran. Karakter kebersamaan artinya interkonektivitas dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


Hubungan antara dokter dengan pasien juga tidak kalah penting. Dalam menjalankan profesinya, seorang dokter yang menangani pasiennya memiliki hubungan professional dokter dengan karakter khusus dan berbeda dengan pemberi jasa lainnya.[4] Hubungan dokter-pasien akan berhasil bila didasarkan pada kepercayaan timbal balik.[4] Maka dari itu, dokter ideal perlu memiliki sifat trustworthy di dalam dirinya dalam menjalankan profesinya sebagai dokter. Profesi dokter merupakan profesi yang harus dijalankan dengan moralitas tinggi karena harus selalu siap memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkannya.[5]


UU No. 17 Tahun 2023 pasal 23 dan 24 tentang Kesehatan6 menyatakan bahwa “Penyelenggaraan Upaya Kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, merata, nondiskriminatif, dan berkeadilan. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial, nilai sosial budaya, moral, dan etika. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan standar Pelayanan Kesehatan. Ketentuan mengenai standar Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.” Dapat dilihat bahwa beberapa karakteristik untuk penyelenggaraan upaya kesehatan (termasuk dokter) diatur di dalam undang-undang.


Menurut saya, aspek yang penting untuk dimiliki seorang dokter adalah kepemimpinan. Dokter dituntut menjadi sosok yang ideal sesuai konsep WHO, yaitu the five stars doctor yang terdiri dari kemampuan dokter untuk menjadi health care provider, decision maker, community leader, manader, dan communicator.[7] Kepemimpinan menuntut kemampuan dokter dalam mempengaruhi klien dengan komunikasi efektif supaya bisa bekerjasama dalam program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.[7]


Dokter ideal ini dapat berkontribusi terhadap masyarakat melalui kinerjanya mulai dari melayani pasien, menjaga hubungan dengan mitra kerja yang lain, dan menjadi sosok yang aktif menjadi pemimpin untuk kesejahteraan masyarakat. Saya sendiri ingin menjadi dokter yang tulus, menjaga integritas, profesional, tidak memiliki perasaan superior, menjunjung tinggi ilmu yang saya miliki yang semestinya saya pakai untuk masyarakat, dan memiliki prinsip yang kuat untuk melayani dan mengabdi.


Selama kurang lebih 3,5 tahun menempuh pendidikan preklinik di FK UI, saya berencana untuk menyelesaikan studi saya sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan oleh pihak FK UI. Sejak dimulainya persiapan untuk kuliah, saya setiap hari mulai untuk membuat rencana apa yang akan saya lakukan hari itu. Kedepannya saya akan membuat rencana harian saya yang berlaku juga untuk rencana jangka panjang saya nanti. Saya membuat rencana harian untuk meraih goals yang saya tetapkan pada hari tersebut. Dengan menggunakan buku jurnal dan organizer, saya dapat membuat setiap hari yang saya hadapi terstruktur dengan baik.


Untuk bagian penunjang karir saya selama di FK UI, saya berencana untuk mengikuti organisasi, panitia, kegiatan, magang, seminar, atau workshop baik secara internal di FK UI maupun eksternal dengan ranah yang lebih luas. Hal ini dapat saya capai dengan berusaha aktif mencari tahu terkait informasi yang beredar dan berlatih untuk meningkatkan personal branding saya. Dari aspek dokter ideal menurut pandangan saya, saya berencana untuk membiasakan diri saya saat masa preklinik untuk menerapkan beberapa karakter yang dapat saya lakukan saat preklinik seperti ikhlas atau tulus belajar, tidak merasa superior, dan menjaga integritas. Selain itu, saya juga berencana mulai mencari tahu tentang rencana jangka panjang selama masa klinik maupun saat menjadi dokter nanti dengan lebih detail dengan memerhatikan isu-isu kesehatan yang sedang terjadi. Saya dapat mengetahui informasi tersebut dari beberapa sumber seperti bertanya langsung dengan dosen, dokter senior dalam ranah FK UI maupun ikatan alumni almamater saya, serta kakak tingkat saya. Dengan kemudahan teknologi sekarang, saya juga dapat mengakses melalui internet yang berupa webinar maupun media sosial.


Beberapa rencana yang saya pikirkan setelah menempuh masa preklinik sama sekali tanpa memiliki gambaran apa yang akan hadapi saat masa klinik maupun dokter nanti. Akan tetapi, beberapa rencana ini kemungkinan besar akan tetap saya lakukan bagaimanapun kondisi saat masa klinik dan dokter nanti. Dimulai dari saat masa co-assistant, saya berencana mengobservasi semua hal yang terjadi saat di tempat bertugas atau jaga walau sepertinya hal ini akan menjadi kewajiban nantinya. Karena saya berencana membiasakan membuat rencana harian saat masa preklinik, saya akan melanjutkannya di masa klinik karena saya ingin tetap stay on the track dan fokus dalam masa klinik nanti.


Karena saat masa klinik saya akan bertemu lebih banyak pihak daripada masa preklinik, saya berencana untuk membiasakan diri belajar dari mana saja. Rencana ini bisa saya capai dengan cara berkemauan untuk mendengarkan ajaran, pesan, masukan, ataupun hal lain dari seluruh pihak yang ada tidak hanya atasan saya nanti. Mungkin saat ini pun saya sudah bisa menentukan spesialis apa yang akan saya ambil nanti. Akan tetapi, dengan pemahaman dan wawasan yang minimal tentang hal tersebut, saya tidak bisa benar-benar menentukannya sekarang. Untuk itu, saya berencana untuk mematangkan pilihan spesialis saya saat masa klinik dan internship. Saya dapat mencapainya dengan aktif untuk mencari tahu spesialis apa yang sangat cocok untuk saya melalui research dan pembelajaran dengan PPDS.


Karena saat masa klinik maupun dokter memiliki sistem yang berbeda saat masa preklinik, saya berencana untuk mengasah skill baru yang tidak terdapat saat masa preklinik. Hal tersebut dapat saya capai dengan cara bersifat adaptif, reaktif, dan proaktif saat suatu hal yang baru menghampiri saya saat masa klinik nanti. Keaktifan saya akan isu-isu kesehatan terbaru yang terjadi di Indonesia maupun dunia juga akan saya tambah supaya keinginan saya untuk berkontribusi kepada masyarakat dapat dilaksanakan pula. Menurut saya, hal yang bisa saya lakukan untuk berkontribusi adalah melalui forum diskusi dan penelitian. Setelah membuat aspek dokter ideal menurut saya, saya berencana menjadi sosok dokter ideal tersebut. Hal ini memang membutuhkan proses yang panjang namun akan saya perjuangkan.


Karena saya berharap untuk dapat berkontribusi kepada masyarakat, saya harap masyarakat juga selalu aktif menjaga diri masing-masing serta lingkungan di sekitar mereka. Memang pandangan saya terhadap diri saya ke masyarakat belum tampak jelas. Akan tetapi, saya ingin para dokter dan masyarakat dapat menjadi satu kesatuan dengan hubungan yang harmonis. Saya tidak berharap masyarakat akan dapat selalu memahami kondisi apapun, begitu juga dokter. Saya berharap antara dokter dan masyarakat dapat mengambil keputusan terbaik dengan mengutamakan kesejahteraan masyarakat.


Untuk adik kelas saya yang ingin menjadi mahasiswa FK UI, meskipun perjuangan untuk mendapatkan impian kita ini penuh dengan rintangan dan pengorbanan, selama kita ikhlas menjalaninya, apapun hasilnya nanti adalah yang terbaik untuk kita. Saya mendapat satu pelajaran baik selama saya berjuang untuk menjadi mahasiswa FK UI. Hal ini diucapkan oleh guru les saya, yaitu selama Tuhan masih memberikan pintu yang terbuka, kita harus selalu mencoba untuk masuk. Kalau bisa coba mengetuk pintu yang tertutup. Semuanya akan berbuah manis apabila kita bisa berkomitmen dengan diri sendiri dan menjaga hubungan baik dengan orang lain dan Tuhan. Keberuntungan memang ada karena semuanya berdasarkan peluang. Orang yang menghalalkan segala cara juga ada. Asalkan kita yakin dengan diri kita sendiri, FK UI juga bisa yakin memilih kita. Semangat selalu!


Daftar Referensi

  1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Indonesia: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; 2016. Dokter. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dokter

  2. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Indonesia: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; 2016. Ideal. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ideal

  3. Rokom, editor. 3 Karakter Ini Harus Dimiliki Seorang Dokter [Internet]. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementrian Kesehatan; 2018 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20181215/4928833/3-karakter-harus-dimiliki-seorang-dokter/#:~:text=Maka%20dalam%20melaksanakan%20tugas%20keprofesiannya,%2C%20bermartabat%2C%20bermutu%20dan%20berkompeten

  4. Afandi D, Sampurna B, Agus H, Mohammad P, Indrayana T. Trilogi Praktik Kedokteran [Internet]. 2021 Oct [cited 2023 Aug 10]: 12-3. Available from: http://fk.unri.ac.id/wp-content/uploads/2021/10/Buku-Ajar-Trilogi-Praktik-Kedokteran.pdf

  5. Johansyah A. Tanggung Jawab Profesional Dokter dalam Pelayanan Kesehatan [Internet]. 2020 Aug 08 [cited 2023 Aug 10]: 3. Available from: http://repository.untag-sby.ac.id/4769/6/JURNAL.pdf

  6. Indonesia, Pemerintah Pusat. Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Pusat; 08 Agustus 2023. 300 halaman. Report No.: 23-4

  7. Tobing JFJ. Kepemimpinan dalam Pendidikan Kedokteran di Universitas Methodist Indonesia. Jurnal IKRA-ITH Humaniora [Internet]. 2021 Mar [cited 2023 Aug 10];5(1):123-24. Available from: https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/article/download/929/719/

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page