- Arinda Pusparani Jatmiko
- Aug 12, 2023
- 8 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Berliku-liku perjalanan dilalui, berbagai rintangan menghadang tidak membuat saya berhenti untuk tetap bermimpi menjadi bagian dari makara hijau. Perkenalkan, saya Arinda Pusparani Jatmiko yang biasanya lebih akrab dipanggil Arinda. Jangan panggil “Arin” karena itu adalah nama panggilan kakak saya. Sebelum menjadi bagian di dunia perkuliahan, saya bersekolah di SMAN 8 Jakarta dan lulus pada tahun 2022. Saya sempat berkuliah satu tahun di Fasilkom UI sebelum akhirnya memutuskan untuk semi gapyear dan mengejar mimpi saya, yaitu FKUI. Saya resmi menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas reguler pada tanggal 20 Juni 2023, tepatnya di hari pengumuman SNBT 2023.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) merupakan fakultas kedokteran tertua dan terbagus di Indonesia yang telah berhasil mencetak banyak dokter dengan kemampuan luar biasa. FKUI juga telah mendapat akreditasi “A” dari BAN-PT.1 Sewaktu kecil, saya selalu merasa orang-orang yang berhasil masuk ke FKUI adalah orang-orang terpilih dengan kecerdasan diatas rata-rata juga perjuangan luar biasa. Hal ini memotivasi saya untuk selalu berusaha meraih prestasi setinggi-tingginya, baik dibidang akademik maupun nonakademik.
Untuk menjadi bagian dari FKUI, tentu banyak perjuangan yang harus dilakukan. Sedari kecil, dokter adalah jawaban yang selalu saya berikan bila ditanya tentang cita-cita. Hal ini karena dokter adalah pekerjaan yang mulia dan dapat berkontribusi langsung kepada masyarakat. Dalam belajar, kedua orang tua saya adalah sumber inspirasi dan semangat saya. Mereka mengajarkan saya makna dari sabar, usaha, dan kegigihan. Selain itu, mereka berhasil membimbing sekaligus menyekolahkan saya dan kedua kakak saya di fakultas kedokteran. Di saat saya tidak yakin atas kemampuan saya, orang tua saya selalu percaya akan kemampuan saya dan kakak-kakak saya.
Saya lahir di Pekanbaru dan tinggal disana selama kurang lebih lima tahun. Kemudian, keluarga saya pindah ke Tangerang Selatan ketika kakek saya meninggal. Orang tua saya memutuskan untuk tinggal lebih dekat dengan nenek saya agar bisa membantu beliau di kehidupan sehari-hari. Saya ingat sebelum meninggal, nenek saya pernah menyampaikan pesan kepada saya dan kedua kakak saya untuk kelak menjadi orang yang berguna bagi orang sekitar. Nenek saya berharap dan berdoa agar di masa depan kami bisa menjadi dokter. Hal ini menjadi motivasi saya untuk menjadi dokter seterusnya.
Sewaktu kecil, saya bersekolah di salah satu SD yang ada di Tangerang Selatan, yaitu SDN Puspiptek. Seperti anak-anak pada umumnya, saya menjalankan kegiatan sehari-hari dengan pergi ke sekolah lalu bermain bersama teman. Sedari kecil, saya merasa bahwa saya adalah pribadi yang mengutamakan pendidikan. Saya selalu merasa tertantang untuk mendapatkan nilai yang bagus. Akan tetapi, saya juga percaya kegiatan nonakademik adalah hal yang penting untuk mengasah kemampuan diluar bidang pendidikan. Akhirnya, ketika duduk di bangku kelas enam SD, orang tua saya mendaftarkan saya di suatu klub olahraga panahan yang ada di kota kami. Orang tua saya memilih panahan karena saat itu salah satu kakak saya juga menekuni bidang panahan. Setelah beberapa bulan mengikuti latihan panahan, saya mulai mengikuti perlombaan yang berskala kecil dan menang.
Kegiatan panahan saya berlanjut di SMP. Satu hal yang saya sadari adalah saya menyukai ketika anak panah yang saya tembakan berhasil mendapat X (titik tertengah target). Selain itu, saya suka rasanya ketika berdiri di atas podium setelah memenangkan perlombaan. Ketika SMP, saya mengikuti perlombaan olahraga cabang panahan tingkat provinsi seperti POPDA dan PORPROV dan berhasil membawa pulang banyak medali. Lama-kelamaan, tingkat intensitas saya berlatih panahan dan memenangkan lomba menjadi sangat tinggi. Waktu kelas 8 SMP, saya mewakilkan provinsi Baten di ajang nasional, yaitu Kejurnas Panahan Aceh 2018. Saya merupakan peserta termuda di tim Banten saat itu. Saya berhasil membawa pulang medali perak.
Banyaknya lomba dan latihan yang dijalani membuat kegiatan akademik saya agak terlupakan karena harus sering dispensasi untuk berlatih. Walaupun begitu, saya mencoba untuk beradaptasi dan berusaha mengejar ketinggalan materi sehingga dapat mempertahankan nilai saya. Saya berhasil mendapatkan predikat siswa berprestasi, siswa dengan nilai USBN tertinggi ke-3 seangkatan, dan mendapat rata-rata nilai 96.5 di UN sehingga masuk kesepuluh besar nilai UN tertinggi dengan score 386.0 di SMP. Saat duduk di bangku kelas sembilan SMP, saya mulai melakukan riset tentang SMA terbaik di Indonesia. Hasilnya, saya menemukan beberapa daftar sekolah yang salah satunya adalah SMAN 8 Jakarta.
Walaupun sebenarnya berdomisili di Banten, saya ingin sekali melanjutkan sekolah di salah satu SMA terbaik di Indonesia, SMAN 8 Jakarta. Hal ini karena saya mendengar banyak sekali murid SMAN 8 yang melanjutkan studi di universitas terbagus di Indonesia ataupun luar negeri. Sewaktu proses pendaftaran dan seleksi peserta didik baru, jalur prestasi dibuka terlebih dahulu sebelum jalur nilai UN. Akhirnya, saya mencoba untuk mendaftar di SMAN 8 Jakarta melalui jalur prestasi. Saya mendaftar menggunakan sertifikat olahraga panahan tingkat nasional dan hasilnya diterima.
Berlanjut ke SMA, saya tetap melanjutkan kegiatan panahan saya. Namun, saat SMA, saya benar-benar kewalahan karena intensitas perlombaan yang saya ikuti saat itu sungguh berat dan butuh waktu lama untuk persiapannya. Saya mengikuti perlombaan olahraga berskala besar seperti PON, Pra-PON, POPNAS, dan lain-lain. Kali ini, akademik saya benar-benar tertinggal. Saya sering kali harus mengikuti susulan ujian yang dalam satu hari bisa beberapa mata pelajaran dan langsung susulan dua ujian, UTS dan UAS. Nilai saya sangat menurun dibandingkan SMP. Hal ini semakin sulit karena di SMA saya soal ujiannya terbilang susah akibat mengikuti standar soal SBMPTN. Kemudian, nilai saya pun menjadi semakin parah ketika pandemi menyerang. Kurangnya paparan langsung dari guru seperti sebelum pandemi dan faktor lainnya membuat saya cenderung kesusahan dalam mengikuti materi sambil berlatih panahan. Akibatnya, saya merasa kehilangan semangat belajar. Saya ingat ibu saya pernah berkomentar bahwa semangat dan cara saya belajar di SMA tidak seperti di SMP. Hal ini menampar sekaligus menyadarkan saya bahwa saya tidak akan mendapatkan kouta eligible di SNMPTN 2022. Saya benar-benar merasa FKUI jauh dari tangan saya waktu itu karena berani untuk bermimpi menjadi bagian dari FKUI saja tidak.
Setelah masa renungan yang lumayan panjang, saya merasa kelas dua belas adalah saat yang tepat untuk berhenti mengikuti kegiatan nonakademik dan memfokuskan diri dalam belajar untuk persiapan memasuki kuliah. Akhirnya, setelah PON Papua selelsai, saya memutuskan untuk berhenti total dari panahan. Hal ini membuat banyak orang cukup kaget dan bertanya-tanya atas keputusan saya, salah satunya teman sekolah, teman sesama atlet, pelatih, orang tua, bahkan guru. Saya sangat beruntung karena mereka mengerti dan tetap mendukung keputusan saya. Selama ini, banyak orang mengira cita-cita saya adalah menjadi atlet profesional melihat intensitas berlatih dan perlombaan yang saya ikuti. Semua asumsi itu salah karena yang saya inginkan sebenarnya adalah menjadi dokter dan membantu banyak orang. Walaupun begitu, panahan adalah hobi yang sudah menjadi bagian hidup saya. Akhirnya, setelah berhenti dari panahan, saya berusaha mengejar seluruh ketinggalan akademik dengan mengikuti bimbel offline untuk persiapan UTBK. Waktu itu, saya mengikuti beberapa bimbel sekaligus hanya untuk mengejar ketinggalan materi. Masa itu saya habiskan dari pagi hingga malam, hanya untuk belajar. Saat itu, saya merasa sangat bersalah jika tidak belajar atau memegang buku. Berbagai try out dan latihan soal pun saya kerjakan.
Setelah melakukan konsultasi dengan wali kelas di bimbel, saya menjadi kurang percaya diri untuk memilih FKUI. Akhirnya, karena tidak berani, saya memutuskan untuk tidak memilih FKUI di SBMPTN 2022. Saya akhirnya melakukan riset terhadap jurusan dengan prospek kerja yang bagus. Akhirnya, saya memilih jurusan Sistem Informasi UI pada SBMPTN 2022. Walaupun saat itu tidak memilih FKUI, saya tetap berusaha dengan maksimal dan senantiasa berdoa. Usaha saya berbuah manis karena saya diterima di pilihan pertama saya waktu itu, yaitu Fasilkom UI. Kemudian, saya sempat berkuliah di sana selama satu tahun. Saya bertemu orang-orang hebat dan inspiratif yang kemudian menjadi teman saya. Saya juga turut aktif mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan selama di Fasilkom. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ada penyesalan dalam diri saya karena tidak berani memilih FKUI. Walaupun memang belum tentu diterima, setidaknya saya tidak akan penasaran karena sudah mencoba. Berbagai andai-andai pun muncul. Andai saya berani dalam meraih mimpi. Andai saya mencoba SIMAK UI. Andai saya mendengarkan keluarga saya dibandingkan perkataan orang lain.
Saya akhirnya memutuskan untuk mengikuti kembali SNBT 2023. Saya mendapat jadwal ujian pada tanggal 10 Mei 2023, yaitu hari ketiga sesi pagi gelombang pertama di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dengan kegiatan perkuliahan yang sangat padat, saya merasa kesusahan untuk menyisipkan waktu untuk belajar materi SNBT. Malam sebelum SNBT, saya memiliki jadwal rapat kepanitiaan dan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas kuliah karena besoknya sudah memasuki tenggat waktu pengumpulan. Akibatnya, saya bangun kesiangan dan hampir tidak jadi datang untuk mengikuti SNBT. Namun, setelah mempertimbangkan akan penyeselan yang mungkin muncul bila saya tidak hadir untuk mengikuti SNBT, akhirnya saya tetap datang dan mengikuti ujian. Setelah ujian pun, saya langsung masuk kuliah karena terdapat jadwal kuliah. Hal ini membuat saya kurang berharap karena tidak yakin atas hasil yang akan saya dapat dan hampir merelakan mimpi saya sebagai seorang dokter. Namun, 20 Juni 2023 menjadi hari yang tidak akan saya lupakan. Hari pengumuman SNBT yang mendebarkan menjadi sumber kebahagiaan saya dan keluarga setelah mendapatkan barcode di laman pengumuman, terlebih, setelah membaca bahwa saya diterima di FKUI.
Diterimanya saya di FKUI bukanlah akhir dari kisah saya. Setelah menggapai suatu impian, munculah impian lain yang perlu usaha dan tenaga untuk digapai. Selama menjadi mahasiswa di FKUI, lebih tepatnya saat masa preklinik, saya ingin menjadi mahasiswa yang dapat mengimbangi kegiatan akademik dan nonakademik. Saya ingin meraih sekaligus mempertahankan nilai yang bagus juga ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan organisasi atau kepanitiaan untuk mengasah kemampuan saya. Selain itu, menjalin relasi dengan banyak orang juga menjadi suatu harapan saya. Kedepannya, saya harap FKUI 2023 dapat menjadi angkatan yang solid dan dapat berkembang bersama.
Di masa yang akan datang, saya ingin menjadi dokter yang dapat diandalkan banyak orang. Dokter adalah seseorang yang meiliki kualifikasi untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit setelah menyelesaikan kuliah di program kedokteran.[2] Untuk menjadi dokter yang ideal, seseorang harus memiliki kepribadian yang bagus, kemampuan menganalisis, memberikan diagonsis, dan mengintervensi.[3] Seorang dokter harus dapat dan bersedia mendengarkan pasiennya hingga khir. Oleh karena itu, dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini karena strategi komunikasi yang bagus dan efektif dapat meningkatkan tingkat statisfikasi, pemahaman terhadap penyakit, dan pada akhirnya pasien dapat pulih lebih efisien.[4-5] Selain itu, dokter yang ideal harus memiliki empati yang tinggi, dapat menyampaikan pesan dengan baik, dan bisa beradaptasi dengan masing-masing pasiennya.[6] Kedepannya, saya ingin menjadi dokter yang dapat membantu orang-orang dengan cara berempati mendengarkan keluhan pasien sampai selesai dengan cara berkomunikasi dengan baik. Selain itu, saya juga ingin memberikan pengobatan yang sesuai dan bermanfaat bagi pasien. Oleh karena itu, saya harus selalu melatih kemampuan komunikasi dan terus belajar.
Akses informasi yang valid dan mudah diakses tentang kesehatan merupakan hal penting yang harus didapat oleh masyarakat umum. Selain itu, kedepannya saya berharap dapat menjadi bagian dari tenaga kesehatan yang dapat memberikan layanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat. Saya harap, seluruh masyarakat di masa depan dapat memiliki nutrisi yang baik, air bersih, teknologi kesehatan yang inovatif, perhatian pada kelompok rentan, dan keberlanjutan lingkungan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat. Untuk itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor dan pendekatan adaptif dalam rencana kesehatan agar kedepannya masyarakat Indonesia dapat memiliki kualitas hidup yang tinggi.
Terakhir, untuk para pejuang FKUI, baik adik kelas maupun teman-teman yang memilih gapyear dan berjuang tahun kedepannya, tetaplah berani bermimpi dan jangan mudah menyerah. Memang tidak mudah dan akan terasa melelahkan dalam berjalan mencapai impian. Tidak perlu merasa takut dan tertinggal dari orang lain. Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki fase yang berbeda-beda. Kamu tidak sendiri dan mimpimu menunggu di depan mata. Semangat!
REFERENSI
Humas FKUI. Program Pendidikan Dokter [Internet]. Fakultas Kedokteran UI; [cited 2023 Aug 7]. Available from: https://fk.ui.ac.id/program-pendidikan-dokter.html
Australian Government Department of Health and Aged Care. About medical doctors and specialists [Internet]. Australian Government Department of Health and Aged Care; 2022 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.health.gov.au/topics/doctors-and-specialists/about
Schnelle C, Jones MA. Characteristics of exceptionally good doctors—a survey of public adults. Heliyon. 2023;9(2). doi:10.1016/j.heliyon.2023.e13115
Jahan F, Siddiqui H. Good communication between doctor-patient improves health outcome. EJMED [Internet]. 2019 Oct 13 [cited 2023 Aug. 7];1(4). Available from: https://www.ejmed.org/index.php/ejmed/article/view/84
What makes a good doctor? 7 surprisingly useful skills for physicians [Internet]. St. George’s University; 2021 [cited 2023 Aug 9]. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
Borracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a “good” doctor, and what doctors consider to be a “good” patient. Revista médica de Chile. 2020 Jul;148(7):930–8. doi:10.4067/s0034-98872020000700930
コメント