- Aqila Priyanka Isyaradhia Irwan
- Aug 11, 2023
- 6 min read
Updated: Aug 13, 2023
Narasi Perjuangan
Perkenalkan, nama saya Aqila Priyanka Isyaradhia Irwan, teman-teman saya panggil saya Yanka. Saya dari umur 8 bulan sudah di sekolah Cikal Lebak Bulus, dan sekarang saya menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Kelas Khusus International UI yang masuk lewat jalur Talent Scouting. Dengan menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia saya tidak hanya mendapatkan gambaran sekilas tentang masa depan saya tetapi akan diberikan persiapan lebih sebagai Doktor di Universitas Indonesia.
Saya sangat percaya bahwa saya memiliki banyak hal untuk ditawarkan ke Universitas Indonesia, dengan keterampilan yang saya peroleh melalui kontribusi sosial dan akademis, pepatah jika Anda berada di ruangan yang paling cerdas, Anda berada di ruangan yang salah menjadi terlalu menyenangkan. Saya akan selalu berusaha untuk dapat belajar dan menumbuhkan keterampilan, pengetahuan, dan moral baru setiap hari. Tidak ada keraguan bahwa Universitas Indonesia akan membantu saya secara akademis dan mendukung saya dalam kegiatan sosial lebih dari universitas lain, dengan aspirasi ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya lebih jauh, niat tulus saya untuk berkontribusi pada kemajuan masyarakat di cara terbaik, membuat saya yakin bahwa saya kompeten untuk menangani program ini.
Sejak kelas 9, saya selalu mencoba untuk aktif berorganisasi, saya kontribusi di organisasi ByeByePlasticBagJakarta, ProjectBuzzIDN, TheHeadlines, ChugiWear, PromsFEBUI, MomentumWeb, BesideUsIDN, Rangkul Ragam, dan juga HalfMovement. Saya juga mempunyai organisasi bernama PadaPemoeda, yang mempunyai misi untuk menjadi Platform Instagram yang digerakkan oleh kaum muda yang mendorong dan menginspirasi kaum muda Indonesia untuk menjadi bagian dari perubahan. Alesan saya untuk mengikuti organisasi dan juga membikin organisasi sendiri untuk memaksa diri untuk keluar dari zona nyaman, dan dari itu saya melakukan banyak kegiatan, seperti; Public Speaking, mengadakan acara, dan masih banyak lagi, selain itu saya juga mendapat banyak teman baru yang akan selalu saya banggakan dan tidak akan saya lupakan. Itu adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi pada saya dan juga sebuah perjalanan dan tantangan karena akan selalu ada sesuatu yang baru terjadi atau saya harus melakukan tugas yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Dengan bergabung dengan organisasi-organisasi itu, itu membantu saya dalam banyak hal, saya telah belajar banyak tentang diri saya dan juga orang sekitar saya dan apa yang dapat kami lakukan untuk membantu, bagaimana cara bisa terlibat dengan orang, bagaimana menyampaikan pesan kepada orang dengan cara yang tepat, tentang bagaimana merefleksikan sesuatu dan diri sendiri. Oleh karena itu menyadarkan saya bahwa saya ingin lebih terlibat dan apa yang bisa kita lakukan sebagai pemuda untuk membuat perubahan, yang bisa menjadi inspirasi kaum muda, dan semoga bisa bikin kaum muda percaya mereka bisa lakukan apa aja yang mereka mau lakukan kalau mereka berani dan percaya dengan diri sendirinya.
Universitas Indonesia diakui sebagai yang terbaik dalam memfasilitasi jurusan kedokteran karena fakultasnya yang unggul, fasilitas penelitian, dan peluang pelatihan klinis. Siswa dihadapkan pada berbagai spesialisasi medis dan berpartisipasi dalam rotasi klinis di rumah sakit papan atas di negara tersebut. Komitmen Universitas Indonesia untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkompeten dan penuh kasih sayang telah mendapatkan reputasi sebagai fakultas kedokteran terkemuka di Indonesia [1]. Saya yakin bahwa Universitas Indonesia menawarkan pendidikan terbaik dan menyediakan berbagai ilmu dan disiplin ilmu yang saya yakini akan memaksimalkan potensi saya untuk mencapai impian dan cita-cita saya.
Ada ribuan alasan yang bisa dikatakan orang mengapa mereka ingin menjadi dokter tetapi untuk saya–banyak teman saya yang tahu nikmatnya memiliki sosok ayah yang kekinian. Mereka dapat rasa bahagia setiap menghabiskan waktu berkualitas bersama, mulai dari menonton pertandingan sepak bola bersama, hingga bagaimana rasanya dipeluk oleh ayah mereka. Saya, bagaimanapun, tidak pernah memiliki kesenangan itu. Saya asing dengan pelukan hangat dari ayah, dan bagaimana rasanya memiliki sosok ayah. Saya tidak pernah merasakan semua itu sejak dia meninggal bahkan sebelum saya lahir. Tensi jantungnya 280/180 hari itu, membuat pembuluh darahnya pecah di otaknya. Dia meninggal pada usia 35 tahun––hanya 3 bulan sebelum saya lahir. Meskipun ayah saya meninggal tanpa mengenal saya, setidaknya saya tumbuh dengan mengenalnya dari cerita cerita.
Waktu SMP saya tidak ada pemikiran untuk masuk ke Fakultas Kedokteran, tetapi saya tertarik kepada jurusan Ilmu Sosil, dari kelas 7 sampai kelas 9 saya sangat terpaku untuk mengejar karir sebagai Diplomat. Namun, di awal kelas 10, pemikiran dan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi jika ayah saya masih hidup sekarang muncul di benak saya hampir setiap hari sebelum saya tidur. Kepergian ayah saya berdampak besar pada diri saya sebagai individu, tidak memiliki sosok ayah dan cemburu membuat saya terus mempertanyakan bagaimana rasanya memiliki sosok ayah. Sebuah pemikiran yang selalu melekat di benak saya: “Bayak orang lain mengalamni apa yang saya alami, tetapi bagaimana saya bisa mencegah orang lain merasakan hal yang mengerikan ini?” Saya selalu pikirkan itu setiap hari untuk mencari jawabannya, bahkan dari bidang karir atau fakultas yang berbeda. Tapi hati saya selalu kembali ke profesi kedokteran yang terhormat, dan dari situ saya ingin menjadi dokter. Saya sadar sebagai dokter, saya tidak bisa memutuskan kapan orang meninggal, tidak ada yang bisa. Tidak ada yang bisa menentukan siapa yang akan meninggal hari ini atau besok ataupun kapan saja itu, tapi setidaknya dalam profesi ini, saya bisa mencoba untuk menurunkan kemungkinannya. Semoga, di suatu hari nanti, membantu seorang anak tumbuh bersama seorang ayah.
Di kelas 10 saya yakin kalau saya mau masuk FKUI, dan dari situ saya bekerja keras untuk bisa masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kegiatan sehari-hari saya diisi dengan belajar, ekstrakurikuler, dan bimbingan belajar, sambil juga berusaha mengisi waktu untuk organisasi, teman teman dan keluarga, saya selalu pertanyakaan diri sendiri “apakah saya sudah bekerja keras untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia? Dan kalau belum, apa lagi yang saya harus lakukan?”. Setelah saya keterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya tetap mengisi hari-hari saya dengan belajar dan juga waktu untuk organisasi, teman dan keluarga, tetapi akan lebih bekerja keras untuk bisa lulus dengan tepat waktu dan semoga dengan menjadi CumLaude. Saya dari kelas 9 saya selalu mencoba untuk mengatur jadwal keseharian saya dengan menggunakan aplikasi seperti Google Calendar dan juga Notion untuk merapihkan apa saja yang saya harus lakuin. Saya selalu mencoba untuk tau prioritas saya apa aja, tugas mana yang saya harus lakuin, tugas mana yang saya bisa cicil dan kapan saya bisa punya waktu untuk diri saya sendiri. Saya melakukan itu agar jadwal saya teratur dan tidak berantakan. Kalau saya tidak tau prioritas saya, itu bisa menjadi suatu hal yang sangat fatal, jadwal saya bisa berantakan dan saya akan tidak tau apa saja yang harus saya lakukan.
Semoga di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saya bisa belajar menjadi orang yang lebih tertib, disiplin, menjadi mahasiswa yang cerdas. Saya yakin dengan ilmu yang saya dapat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bisa bermanfaat buat saya dan juga orang lain. Tidak hanya itu, saya juga berharap angkatan FKUI 2023 bisa menjadi angkatan yang solid, angkatan yang bisa mendukung satu sama lain.
Menurut saya, Dokter yang ideal adalah dokter yang memilliki kualitas pribadi untuk hubungan interpersonal, kemahiran dalam pengetahuan, keterampilan teknis dan niat baik. Saya ingin mengejar cita-cita menjadi dokter yang tidak melihat perbedaan pada orang lain, dokter yang bersedia membantu tanpa menghamparkan imbalan apapun, dan orang yang memiliki kekuatan untuk berinovasi dalam pengobatan dan peralatan penyelamat jiwa. Dokter yang ideal juga akan melakukan apa saja untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien mereka [2]. Mereka harus siap untuk menawarkan bantuan itu, walaupun itu melibatkan membantu mereka dalam menavigasi sistem perawatan kesehatan dengan menemukan spesialis atau mendapatkan obat yang mereka inginkan. Seorang dokter yang berkompeten akan dengan gigih membela pasiennya.
Rencana saya selama preklinik jangka pendek adalah saya ingin melakukan tugas kuliah tepat waktu ataupun lebih cepat, memiliki nilai yang mencukupi, memiliki komitmen yang kuat dan juga agar lebih terbuka tentang banyak perspektif. Tidak hanya itu, saya juga ingin belajar gimana cara menjadi doktor yang tidak melihat perbedaan terhadap pasiennya dan doktor yang bersedia membantu tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Saat saya sudah menjadi doktor, saya akan selalu mencari peluang harian yang baru dan menantang yang dapat mengembangkan saya tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai siswa, rekan kerja, dan yang bisa menjadi dokter yang menjadi inspirasi untuk orang lain.
Pesan saya untuk rakyat adalah saya bercita-cita untuk hidup di dunia di mana tau informasi penting tentang kesehatan adalah hal biasa. Orang harus memiliki akses ke informasi kesehatan yang dapat dipercaya dan jelas sehingga mereka dapat memutuskan apa yang terbaik untuk kesehatan mereka sendiri dan keluarga mereka. Saya berharap untuk hidup di dunia di mana interaksi perawatan kesehatan dicirikan oleh empati dan kasih sayang. Pasien harus diperlakukan dengan hormat, kesopanan, dan kebaikan oleh penyedia layanan kesehatan, yang juga harus mempromosikan suasana penyembuhan dan dorongan[3]
Pesan untuk adik kelas yang mau masuk FKUI adalah, jangan pantang menyerah. Harus belajar menjadi orang yang disiplin dari dini hari, selalu terbuka untuk kritik dan saran. Memilih untuk menjadi FKUI harus yakin, dan mempunyai komitmen yang kuat, karena tidak mudah dan perjalanan untuk menjadi dokter akan sangat lama. Sering-sering belajar dan cari gaya belajar yang cocok untuk orangnya tersebut. Walaupun harus sering belajar dan kerja keras, tetapi jangan lupa dengan waktu untuk diri sendiri, keluarga dan teman-teman agar tidak burnout. Harus selalu ingat bahwa tantangan adalah yang bikin anda lebih kuat, tumbuh melalui semua tantangan yang anda lalui, dan paling penting adalah, suatu hari, hidup seseorang akan berada di tangan anda dan sepenuhnya akan bergantung dengan anda untuk menyelamatkan.
Referensi
Kenal UI #1: Fakta FKUI, Dari Eksistensi Hingga Segudang Prestasi - ANAK UI [Internet]. www.anakui.com. [cited 2023 Aug 13]. Available from: https://www.anakui.com/kenal-ui-1-fakta-fkui-dari-eksistensi-hingga-segudang-prestasi/
St. George's University. What Makes a Good Doctor? 7 Useful Physician Skills [Internet]. Sgu.edu. Medical Blog | St. George’s University | The SGU Pulse; 2018. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
orracci RA, Álvarez Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a “good” doctor, and what doctors consider to be a “good” patient. Revista Medica De Chile [Internet]. 2020 Jul 1;148(7):930–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/
Comments