- Anindita Safira Ramadini
- Aug 11, 2023
- 8 min read
Updated: Aug 12, 2023
NARASI PERJUANGAN
Jika itu memang sudah menjadi rezekimu, maka selamanya akan kembali padamu. Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Anindita Safira Ramadini atau yang biasanya dapat dipanggil Nindi. Saya berasal dari SMAN 1 Pontianak. Di sebuah ibukota provinsi yang mungkin bila terdengar di telinga orang-orang maka sekejap muncul reaksi “Wah, jauh”. Saya berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Indonesia melalui jalur PPKB S1 Reguler. Pada tanggal 3 Juli 2023, tepat pukul 16.30, itulah saat dimana diri saya membeku, hal-hal yang sama sekali tidak pernah saya pikirkan sebelumnya yaitu dapat menembus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang biasanya disingkat sebagai FKUI merupakan salah satu program studi yang terkenal dengan kualitasnya yang sangat baik. Meluluskan alumni-alumni yang hebat dan berkualitas di setiap tahunnya. Selain itu, FKUI terkenal dengan sulitnya ia untuk ditembus. Kita perlu bersaing dengan beribu-ribu siswa/i yang ada di seluruh penjuru Indonesia untuk memperebutkan kursi yang jumlahnya tentu sedikit jika kita bandingkan dengan jumlah peminat yang ada. Adapun motivasi saya untuk masuk ke FKUI karena sejak kecil saya sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter dan ingin sekali membantu masyarakat diluar sana ketika sedang jatuh sakit. Seiring berjalannya waktu, saya melihat bahwa nama FKUI itu sudah merupakan nama yang sangat besar. Bagaimana tidak, FKUI sendiri merupakan definisi dari program studi favorit di universitas terbaik. Lulusan-lulusan dari FKUI semuanya memiliki kualitas yang berintelek dan tentunya kompeten. Banyak siswa/i yang merancang masa depannya untuk dapat melanjutkan studinya di FKUI.
Saat saya duduk di bangku SD, setiap kali orang bertanya “Nindi, saat kamu besar, kamu mau mejadi apa?”, dengan lantang saya menjawab “Dokter”. Saya memang sangat berminat dalam ilmu kedokteran sejak SD dan itu berlanjut secara terus menerus. Saat SMP, saya menjalani hidup saya seperti siswa/i pada umumnya. Saya harus menjaga nilai rapor untuk tetap stabil dan saya juga mengikuti ekstrakurikuler paskibra sebagai bentuk refreshing, melatih kepercayaan diri, disiplin, dan tanggung jawab. Sampailah pada saat saya kelas 9, saya fokus untuk menghadapi Ujian Nasinal (UN). Setiap hari pergi les dan rajin untuk mengerjakan TO. Namun, pandemi COVID-19 datang. Seketika seluruh dunia waktu itu berubah dan mengcekam. Kita sebagai umat manusia harus bisa beradaptasi dengan perubahan yang mungkin sama sekali tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Ujian nasional yang sudah saya persiapkan berujung dengan kata “batal”. Pada akhirnya pun, sistem PPDB SMA berubah. Menggunakan sistem zonasi, rapor, dan lain-lain. Rumah saya yang sangat amat jauh dari SMA negeri favorit harus sebisa mungkin memutar otak untuk mencari jalur mana yang dapat membuat saya tembus di sekolah tersebut tanpa dengan mengikuti jalur zonasi. Melihat nilai rapor saya yang cukup tinggi, saya pun percaya diri untuk mendaftar di jalur rapor. Alhamdulillah, saya lolos.
Ketika saya lolos di SMAN 1 Pontianak, saya mulai memikirkan strategi yang harus saya lakukan kedepannya dalam hal akademis sehingga tidak ada penyesalan yang muncul diakhir sebagai siswi yang memiliki angan-angan untuk dapat masuk ke Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 2023. Saya pun bertekad untuk memfokuskan diri pada nilai-nilai rapor dan mencari ekstrakurikuler akademik. Meskipun selama satu tahun lebih pembelajaran dilaksanakan secara online, itu tidak membuat saya menjadi malas. Saya tetap berambisi sebagaimana tujuan awal saya tadi. Untuk ekstrakurikuler, saya pun memilih OSN kimia dan tak lama dari itu saya mencoba memilih Karya Tulis Ilmiah (KTI). Ternyata, saya sangat enjoy di dalam ekstrakurikuler tersebut. Di KTI, kita tidak berfokus pada satu bidang saja. Saya senang karena saya dapat mengeksplorasi banyak hal melalui KTI. Baik di bidang sains, maupun sosial. Beberapa kali saya dan kedua teman saya menorehkan prestasi untuk nama sekolah, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Selain itu, saya juga bersyukur mendapat teman-teman kelas yang sangat mendukung jiwa malas saya untuk musnah. Mereka sangat pandai dan rajin dalam hal akademis dan memiliki bakat-bakat yang begitu mengagumkan. Meskipun begitu, mereka sangat seru dan mau membantu satu sama lain. Kami pernah juara 2 dalam lomba Ekspresi Gaya Kelas (EGK) dan pada saat itu kami membuat drama musikal. Tidak hanya itu, para perempuan pernah mengikuti lomba futsal dengan tujuan awal ‘iseng’ dan berakhir pada juara 1. Mungkin itu sudah cukup untuk mendeskripsikan betapa menakjubkannya kelas saya sebagai satu kesatuan dari individu-individu yang pantas. Untuk MIPA 3 SMANSA 68, kalian terbaik.
Tibalah saya duduk di bangku kelas 12 SMA. Sudah semakin bulat niat saya untuk memilih fakultas kedokteran untuk jalur-jalur masuk PTN yang akan datang. Disaat saya masuk ranking eligible untuk jalur SNBP, saya sangat senang karena ini merupakan percobaan pertama saya untuk memilih fakultas kedokteran. Dengan percaya diri saya memilih fakultas kedokteran di salah satu kampus di Jawa Tengah. Akan tetapi, saya gagal. Saya sangat sedih pada saat itu walaupun saya tau itu bukan akhir dari segalanya. Pun sebenarnya, saya termasuk nekat memilih pilihan itu. Bagaimana tidak, saya adalah orang kedua yang memilih program studi tersebut dengan pertimbangan bahwa tahun 2022 dapat meloloskan sebanyak dua orang. Seperti manusia pada umumnya, kecewa itu hal yang wajar. Saya pun langsung belajar untuk persiapan SNBT. Ketika saya belajar, saya merasa bahwa diri saya masih banyak memiliki kekurangan. Tetapi, bagaimanapun juga saya tetap harus maju. Belajar dari pagi hingga ke malam. Menghabiskan waktu seharian di tempat bimbel dengan harapan saya akan memperoleh hasil memuaskan di SNBT. Namun, lagi-lagi saya gagal. Disitu, saya merasa saya sangat gagal. Merasa tidak ada jalan lain yang dapat memberikan hasil memuaskan untuk saya. Pada saat itu saya berpikir, kenapa saya selalu memberi kekecewaan dan beban kepada orang terdekat saya. Terlebih lagi melihat teman-teman terdekat saya yang sudah sibuk mempersiapkan kehidupan barunya di perantauan.
Untungnya, saya diberikan orang tua, kerabat, dan teman-teman yang sangat mendukung kemauan say. Mereka selalu mendorong saya untuk selalu maju dan tidak cepat berputus asa. Masih banyak jalan lain yang dapat saya tempuh. Ada suatu saat di suatu tempat rezeki itu hadir untuk saya. Akhirnya, saya pun mencoba untuk mendaftar jalur lain— Jalur mandiri jika bisa dibilang. Saya mendaftar di berbagai jalur seperti jalur test, jalur skor UTBK, hingga jalur rapor di 8 PTN dan 1 PTS. Salah satunya adalah jalur PPKB S1 Reguler Universitas Indonesia. Sejujurnya, saya tidak berharap banyak pada jalur ini. Melihat jumlah pendaftar ada sebanyak 1178 orang dengan jumlah daya tampung yang hanya 13 orang membuatku tidak yakin. Apalagi, saya bersekolah di daerah yang jauh jangkauannya dari UI itu sendiri. Akan tetapi, seperti yang saya katakan sebelumnya “Jika itu memang sudah menjadi rezekimu, maka selamanya akan kembali kepadamu.”
Saya berhasil tembus di Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Tidak pernah menyangka bahwa UI lah yang mengucapkan kata selamat kepada saya untuk pertama kalinya. Sesuatu yang sangat jauh dari bayangan saya. Tidak pernah berpikir sebelumnya untuk dapat melanjutkan studi saya sebagai mahasiswi kedokteran di kampus terbaik ini. Saya persembahkan ini semua untuk orang tua, keluarga besar, dan teman-teman. Tanpa adanya doa dan dukungan dari kalian, mungkin ini hanyalah sekadar imajinasi yang tak pernah terealisasi.
Untuk komitmen perubahan saya selama menempuh pendidikan di FKUI adalah untuk tidak menunda-nunda pekerjaan dan selalu berpegang pada prinsip “time is money”, bekerja dengan etika profesionalisme, serta terus mengevaluasi diri sendiri. Baik hal yang benar maupun salah, tentu kita harus tetap mengevaluasi diri karena itu merupakan titik acuan kita untuk dapat terus beretika baik di depan khalayak publik yang tentunya akan bermanfaat untuk diri sendiri dan memberi kenyamanan untuk orang lain.
Harapan saya di FKUI adalah dapat menjadi pribadi yang selalu konsisten perihal tekun, disiplin, rendah hati, dan bertanggung jawab. Saya tahu bahwa kedepannya akan berjalan tidak dengan mudah, apalagi saya merantau jauh dari Pulau Kalimantan dan pendidikan di kedokteran itu lebih lama jika kita bandingkan dengan yang lainnya. Jadi, sudah seharusnya saya hidup disiplin, mandiri, dan pandai dalam memprioritaskan sesuatu. Saya juga berharap ilmu-ilmu yang kelak didapatkan dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Untuk harapan saya kepada teman-teman angkatan 2023 atau GELORA, saya harap kita dapat menjadi angkatan yang solid dan dapat memanifestasikan slogan terbaik yang telah kita rancang. Kita harus membantu dan membentuk kepercayaan satu sama lain. Kita harus tetap saling merangkul sampai batas waktu yang tidak kita tentukan. Hubungan kita harus terjalin dengan baik hingga kelak kita dapat bergelora untuk kebermanfaatan bangsa dan negara Indonesia. Bersinergi dalam mengharumkan nama FKUI di seluruh kancah, baik nasional maupun internasional. Selain itu, yang paling penting adalah ilmu-ilmu yang kita peroleh selama mengenyam studi di FKUI dapat berguna di lingkungan masyarakat secara tepat guna.
Lalu, setelah kita semua lulus, apa kira-kira yang harus kita lakukan sebagai dokter untuk mencapai predikat dokter yang ideal? Menurut saya, dokter yang ideal merupakan dokter yang dapat bekerja secara profesional dan tentunya memiliki aspek-aspek dasar seperti mampu beretika dengan baik, bertanggung jawab, komunikatif, tidak antikritik, dapat menjaga nama baik, baik nama baiknya sendiri maupun almamaternya, dan dapat menjadikan ilmu-ilmu yang sudah ia dapat sebagai hal yang bermanfaat. Dokter merupakan sebuah profesi yang mulia dan berpacu pada norma, dokter harus dapat menyampaikan ilmu-ilmunya secara tepat guna pada kehidupan bermasyarakat. Bagaimana kita menyampaikan melalui komunikasi terhadap pasien secara tepat dan merangkul karena tugas kita sendiri untuk memberi pelayanan kesehatan yang terbaik (1). Profesionalisme dalam suatu profesi wajib untuk dilaksanakan karena adanya hukum yang berjalan mengiringi kita (3). Banyak dokter-dokter yang memilih profesi ini dengan niat dan tekad untuk dapat membantu orang-orang diluar sana yang sedang sakit. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita dapat mengimplementasikan aspek atau standar dari dokter yang ideal itu sendiri karena kita memiliki bekal yang mulia. Tidak saat sudah menjadi dokter, melainkan saat kita menjadi mahasiswa baru pun sudah sepantasnya untuk dilakukan. Saya sendiri ingin menjadi dokter yang dapat melaksanakan semua aspek yang telah saya sebutkan. Dokter mengenyam profesi dalam pengabdian pada kemanusiaan dan bagaimana dokter tersebut dapat berkontribusi adalah dengan menjadikan sang pasien sebagai hal yang utama, terutama dalam hal keselamatannya (4).
Saya memiliki rencana yang dapat saya lakukan ketika menjalani studi saya di FKUI. Adapun rencana-rencana tersebut yakni saya harus dapat mengikuti pembelajaran dan memperoleh nilai yang memuaskan, menjalankan ujian-ujian dengan baik, terlebih ujian-ujian di dalam kedokteran banyak, mendapat banyak relasi, mengembangkan skill-skill saya, dan menjadi mahasiswi yang aktif dan berprestasi dengan melanjutkan minat saya dalam bidang penelitian dan penulisan karya ilmiah. Hal-hal diatas akan berjalan dengan baik apabila saya pandai mengatur manajemen waktu, memastikan tubuh saya dalam kondisi yang fit, dan memiliki istirahat yang cukup. Saya bertekad untuk harus menyelesaikan pendidikan sarjana dalam kurun waktu yang seharusnya yaitu 3,5-4 tahun. Semakin awal semakin baik, bukan?
Setelah menyandang gelar S.ked, tentu perjuangan saya untuk menjadi dokter tidak hanya sampai disitu. Masih banyak jalan yang harus saya tempuh. Seperti melaksanakan co-ass, UKMPPD, dan barulah kita sampai ke tahap sumpah dokter dan mendapat gelar dokter. Akan tetapi, program internship atau yang kita kenal sebagai ‘magang’ sedang menunggu. Kita perlu menyiapkan waktu satu tahun dalam program ini. Setelah semuanya selesai, saya bercita-cita untuk bekerja langsung dirumah sakit. Akan tetapi, saya juga bercita-cita untuk dapat bekerja di Kementerian Kesehatan. Jadi, seiring berjalannya waktu, melihat pengalaman orang-orang diluar sana mungkin dapat menjadi faktor untuk saya menentukan masa depan kelak. Untuk saat ini, saya memiliki rencana jika sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri, saya ingin mengambil Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan ada tiga program studi yang membuat saya tertarik, diantaranya ilmu penyakit dalam, anestesiologi, dan ilmu kedokteran olahraga. Lagi-lagi seperti yang saya bilang sebelumnya, karena ini merupakan perjalanan yang masi sangat panjang, saya masih perlu melihat-lihat lagi pengalaman orang diluar sana dan wawasan tambahan mengenai ketertarikan saya. Sebagai tenaga medis, tentu kami harus menyuarakan pola hidup sehat bagi untuk masyarakat. Kita semua tahu bahwa tindakan pencegahan jauh lebih baik daripada harus melakukan pengobatan. Namun, hal-hal seperti itu tidak selamanya ada pada kendali kita. Kami sebagai tenaga medis selalu siap untuk membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan dan memberikan pelayanan yang terbaik (5).
Sebagai penutup dari kisah perjuangan ini, sedikit pesan untuk adik-adik diluar sana yang ingin masuk ke FKUI yaitu persiapkan diri kalian sebaik mungkin dan belajarlah dengan tekun. Ketika sudah lelah, jangan paksakan dirimu, pastikan untuk istirahat yang cukup. Sejatinya, kuantitas tidak lebih baik dari kualitas. Tidak lupa, sebagai umat beragama, kita harus beribadah dan berdoa karena itulah yang dapat membukakan jalan untuk meraih segala impianmu.
DAFTAR PUSTAKA :
1. J. A. S. Kajian penerapan etika dokter pada pemberian pelayanan kesehatan di era pandemi covid-19. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi. 2021;9(1):16. doi:10.20961/hpe.v9i1.52592
2. Chintia D, Kusumaningrum AE. Peran rekam medis sebagai alat bukti dalam penyelesaian sengketa medis antara dokter dan pasien. Jurnal JURISTIC. 2020;1(01):8. doi:10.35973/jrs.v1i01.1448
3. Asmoro DP. Tanggung jawab hukum dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. MAKSIGAMA. 2020;13(2):125–37. doi:10.37303/maksigama.v13i2.76
4. Hartiningsih RH. Pola hubungan hukum antara dokter dan pasien. MAKSIGAMA. 2020;14(1):49–60. doi:10.37303/maksigama.v14i1.88
5. Amalia R, Huda N. Implementasi sistem informasi pelayanan kesehatan pada klinik smart medica. Jurnal Sisfokom (Sistem Informasi dan Komputer). 2020;9(3):332–8. doi:10.32736/sisfokom.v9i3.884
Comments