top of page
  • Youtube
Search
  • Andrea Giovanya Agatha
  • Aug 13, 2023
  • 9 min read

Narasi Perjuangan


Halo semua! Perkenalkan nama saya Andrea Giovanya Agatha atau biasa dipanggil Agatha. Saya berasal dari SMA Negeri 34 Jakarta yang berlokasi di Jakarta Selatan. Saya diterima sebagai salah satu Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SIMAK UI dengan Program S1 Reguler.


Menurut pandangan saya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) merupakan Universitas dengan Fakultas Kedokteran terbaik dan tertua di Indonesia. FK UI tentunya sudah melahirkan banyaknya dokter dan alumnus yang berkualitas, profesional, serta berbakat dan berpendidikan tinggi. Hal ini yang membuat saya yakin bahwa FK UI merupakan wadah terbaik bagi saya untuk berkembang dan mewujudkan cita-cita saya sebagai dokter. Selain itu, yang membuat saya termotivasi untuk masuk FK UI adalah adanya sistem akademik dan tenaga pendidik yang profesional. Hal ini tentunya penting karena setiap materi yang saya terima akan berkualitas. Tidak hanya itu, banyaknya fasilitas yang mendukung di FK UI, seperti laboratorium, ruang kelas, teknologi, dan masih banyak lagi membuat saya tertarik untuk menimba ilmu di FK UI.


Saya lahir pada tanggal 5 Agustus 2005 di keluarga kecil yang asing dengan dunia kedokteran. Mama, papa, kakak saya, bahkan saudara dekat maupun jauh, bukanlah seorang dokter. Saya menjadi anak pertama yang terjun ke dunia kedokteran. Saat Sekolah Dasar, saya menempuh pendidikan di dua tempat yang berbeda. Kelas 1 – 3 saya bersekolah di SDK Tirtamarta, Jakarta dan kelas 4 – 6 saya bersekolah di SDN 03 Pondok Labu. Menimbang kurang stabilnya kondisi ekonomi keluarga yang membuat saya harus pindah ke sekolah negeri. Seperti anak-anak setingkat SD pada umumnya, saya senang sekali bermain sehingga sering kali melupakan kewajiban saya yaitu belajar. Dulu saya merasa pendidikan bukanlah nomor 1. Tetapi, seiring berjalannya waktu, saat saya kelas 4 SD, bersamaan dengan saya pindah sekolah, mama saya juga berhenti dari pekerjaan nya dan mulai membimbing saya untuk belajar setiap hari. Mama saya membiasakan saya dan kakak saya untuk membaca buku. Hal ini akhirnya menghasilkan progress yaitu saya meraih peringkat 9, yang pada masa itu sebagai pencapaian terbaik saya. Keluarga saya sangat bangga karena merasa didikannya berhasil. Seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa untuk belajar dan membaca buku, saya tidak merasa terbebani jika harus membaca beberapa halaman. Hal ini menghasilkan banyak sekali perubahan dalam hidup saya. Sehingga akhirnya saat kelas 6 SD, dimana sebagai masa-masa yang krusial dalam menentukan tingkat/jenjang lebih tinggi. Saya mulai tekun dan rajin belajar dengan tetap dibimbing orang tua saya. Tetapi, hasilnya mengecewakan, saya mendapat nilai yang tidak masuk passing grade SMP Negeri 85 Jakarta dimana SMP ini menjadi sekolah impian saya. Akhirnya, saya memilih SMP Negeri 68 Jakarta yang ada di Cipete, Jakarta Selatan.


Dalam menempuh pendidikan di SMP, saya tekun dan berusaha lebih keras untuk mendapatkan yang terbaik. Tidak hanya dalam akademis, tetapi saya juga memperluas hobi dengan mengikuti les keyboard dan les bahasa inggris. Awalnya saya merasa bahwa ini bukan passion saya, tetapi semakin lama saya semakin tertarik dan tetap berlatih terus menerus. Hingga pada akhirnya saya terpaksa berhenti dari dunia musik saat kelas 9 SMP karena waktu yang padat dan bertabrakan dengan les lainnya. Saya fokus belajar dan Puji Tuhan saya tetap stabil untuk menduduki peringkat di 2 besar. Saya dan teman saya terkadang bergantian mendapatkan peringkat antara peringkat 1 dan 2. Pada saat itu, SMA pilihan saya adalah SMA Negeri 34 Jakarta karena pertama, dekat dengan rumah dan kedua, SMAN 34 Jakarta memiliki peringkat 10 besar SMA terbaik di Jakarta. Mendekati hari ujian, tiba-tiba ada pemberitahuan dari pemerintah bahwa adanya penyakit menular yang disebut Covid-19. Hal ini berakibat seluruh wilayah Indonesia harus isolasi mandiri (lockdown) selama beberapa bulan. Tentunya berpengaruh pada sistem pendidikan pada saat itu. Sekolah saya mengadakan ujian sekolah, ujian praktik di rumah melalui pembuatan video dan kuis di suatu aplikasi. Perubahan sistem yang mendadak ini membuat banyak siswa tergopoh-gopoh karena pastinya kita semua sudah menyiapkan segala sesuatu dengan matang-matang tetapi berubah seketika. Setelah melewati ujian-ujian, saya melihat berita bahwa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dirubah sistemnya. Perubahan sistem ini yang awalnya menggunakan tes nilai (nem) diganti menggunakan umur. Saya bingung dan marah, bagaimana umur bisa menjadi titik tolok ukur dalam penerimaan ke SMA. Akhirnya saya tetap mengikuti prosedur yang ada. Di hari tersebut, ternyata saya langsung terlempar karena dikalahkan oleh anak-anak yang memiliki umur 18 tahun ke atas. Otomatis saya kalah, yang pada saat itu masih berumur 15 tahun. Saya bingung, kecewa, marah, sedih karena sistem yang tidak jelas. Akhirnya saya mendaftar di BPK Penabur Bintaro. Saya sudah melakukan berbagai proses dan akhirnya masuk sebagai siswa di BPK Penabur Bintaro. Akan tetapi, ternyata, H-3 hari pertama masuk sekolah, dibuka tahap akhir. Saya dengan cepat mendaftar dengan pilihan pertama SMA Negeri 34 Jakarta dan pilihan kedua SMA Negeri 70 Jakarta. Pada saat itu, posisi saya tidak bergerak dan kalaupun turun itu hanya 1/jam. Pada akhirnya, jam 15.00 tepat, saya dinyatakan lolos ke SMA Negeri 34 Jakarta melalui tahap akhir. Hal ini tentu terjadi karena doa dan restu dari Tuhan Yang Maha Esa serta doa-doa dari orang terdekat saya.


Menjalani hari-hari saya di kelas 10 SMA hanya menatap laptop dan berdiam diri di rumah. Isolasi mandiri terus diperpanjang karena kasus Covid-19 semakin bertambah. Segala pembelajaran, ujian, praktik dilakukan dirumah. Di satu sisi memang lebih praktis karena tidak perlu berangkat pagi tetapi di satu sisi kita tidak bisa berkenalan dengan teman-teman SMA. Karena masa SMA adalah masa-masa paling menyenangkan menurut semua orang. Tetapi, ternyata pada pertengahan kelas 11, keadaan mulai membaik dan kasus Covid-19 mulai berkurang. Wilayah Indonesia mulai berada di siaga 2. Akhirnya pemerintah mengeluarkan perintah bahwa sekolah sudah bisa dibuka secara bertahap. Awalnya memang hanya setengah siswa per kelas, tetapi seiring berjalannya waktu, semua siswa mulai masuk.


Saat kelas 12, kegiatan belajar mengajar mulai kembali normal. Dikarenakan masa-masa kelas 12 dianggap krusial, saya lebih tekun dalam belajar untuk menghasilkan nilai yang maksimal. Banyaknya tugas, ujian, membuat saya merasakan overwhelmed dan panic attack. Saya terkadang merasa takut untuk memulai sesuatu, saya khawatir akan hari esok, sehingga membuat saya terlalu overthinking dan tidak fokus akan suatu hal. Saya mencoba untuk mengontrol diri saya dan perlahan mulai membaik karena jika menjalani dengan baik dan sabar maka semuanya akan berjalan sesuai rencana. Perlahan-lahan saya menjalani satu persatu, mulai dari penilaian akhir tahun, ujian praktik, dan ujian sekolah. Setiap hari saya selalu berangkat jam 06.30 dan pulang jam 20.00 demi mendapatkan nilai yang terbaik.


Ketika saya melihat berita, ternyata sistem penerimaan mahasiswa dirubah lagi. Dari SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) menjadi SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi), dari SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Masuk Perguruan Tinggi Negeri) menjadi SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes), dan pelaksana nya juga berbeda. Selain itu, SBMPTN yang terdiri dari TPS dan TKA diubah menjadi SNBT yang terdiri dari TPS saja. Selama kelas 12 semester 2, saya memikirkan matang-matang dalam pemilihan jurusan dan universitas. Awalnya saya ingin memilih Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro tetapi setelah saya diskusi dengan mama saya, saya mengubahnya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret di Solo. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 2023 jam 15.00, terdapat pengumuman SNBP dengan hasil yang mengecewakan. Saya merasa sedih, kecewa, dan marah karena gagal mendapatkan apa yang saya inginkan. Tetapi setelah berdamai dengan diri sendiri dengan dibantu orang tua juga, akhirnya saya mulai menerima dan mulai belajar untuk SNBT. Ketika saya mendaftar untuk SNBT, saya memilih Universitas Diponegoro untuk pilihan pertama dan kedua dengan jurusan kedokteran dan farmasi. Selama 2 bulan tersebut, saya belajar dengan sungguh-sungguh, bangun pagi dan tidur larut malam sudah menjadi kebiasaan. Walaupun saya merasa minder jika bertemu dengan teman saya yang keterima, tetapi saya tetap berada pada tujuan saya yaitu SNBT. Tak terasa ternyata sudah tanggal 22 Juni 2023, hari dimana saya menjalankan tes SNBT. Kebetulan saya tes SNBT di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ). H-1 tes, saya mencoba untuk menenangkan diri dan berserah ke Tuhan karena saya yakin apapun hasilnya, pasti itu merupakan rencana Tuhan yang terbaik bagi hidup saya. Hari H pelaksanaan, saya gugup sepanjang menunggu dan tes, tetapi saya tetap tenang dan mengerjakannya sebaik mungkin. Pelaksanaan tes SNBT berlangsung selama kurang lebih 3 jam 15 menit. Akhirnya pada pukul 16.30, saya sudah keluar dari ruang SNBT dan pulang. Rasanya lega, bahagia, gembira, pokoknya rasanya campur aduk. Hari-hari setelahnya, saya tetap belajar untuk beberapa mandiri lainnya, mulai dari UTUL UGM, SIMAK UI, UNS, Undip, UPNVJ, ITB, dan masih banyak lagi. Tak terasa ternyata sudah pengumuman SNBT, saya membukanya dengan orang tua saya dan berharap diterima pilihan pertama dan ternyata saya tertolak lagi. Sedih pasti iya, kecewa, marah untuk kedua kalinya, tapi kali ini rasanya berbeda, rasanya seperti memang saya harus lebih berjuang lagi bersama teman-teman saya. Akhirnya saya mengikuti ujian mandiri mulai dari Undip dan tertolak, UPN juga tertolak, PPKB UI tertolak, UNS tertolak, UGM tertolak, UB tertolak juga, dan akhirnya pada tanggal 18 Juli 2023 adalah pengumuman SIMAK UI dengan hasil dinyatakan diterima. Suatu hal tak terduga sekaligus haru karena saya bingung harus bagaimana. Saya hanya bisa bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, keluarga saya, teman-teman terdekat saya yang tidak henti-hentinya berdoa untuk saya. Saya mungkin pernah menjadi manusia gagal, tetapi semua ini adalah bukti dari kegagalan yang akhirnya menjadi kesuksesan.


Segala perjuangan yang saya lewati dari masa SD sampai SMA merupakan suatu pelajaran hidup bahwa untuk mendapatkan sesuatu, ga harus langsung berhasil. Tuhan memberikan setiap manusia itu porsi dan tempatnya masing-masing. Ada yang langsung diberikan, ada juga yang harus melewati proses panjang melalui sebuah kegagalan. Tetapi perjuangan belum usai, saya berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan saya sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya akan memberikan versi terbaik saya dan berkontribusi besar dalam berbagai kegiatan, tidak hanya di bidang akademik tetapi juga non akademik. Selain itu, saya akan mulai mengubah pola hidup saya, dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Tak hanya itu, saya akan mengutamakan doa dan Puji Tuhan kepada Allah dan Tuhan Yesus Kristus dalam segala hal.


Harapan saya selama belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah saya ingin menjadi mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan. Saya akan mendukung segala kegiatan yang diadakan oleh FK UI, seperti kepanitiaan, UKM, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, saya juga akan bekerja sama dengan teman-teman seperjuangan agar segala pembelajaran menjadi lebih variatif. Selain itu, tidak kalah penting, saya akan mengikuti segala peraturan yang ada di FK UI. Saya akan menghormati dan menghargai semua warga, baik di lingkungan Fakultas Kedokteran maupun di lingkungan Universitas Indonesia. Harapan saya untuk teman seangkatan adalah untuk lebih kompak, solid, mudah untuk bekerja sama, dan menghargai satu sama lain. Semoga kita semua bisa menghadapi setiap proses hidup dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, baik saat sedang di bawah maupun sedang diatas. Kita semua satu dan utuh sebagai teman seperjuangan. Semangat FK UI angkatan 2023!


Menjadi seorang dokter pastinya ada beberapa regulasi agar kita bisa menjadi dokter yang ideal. Dokter ideal adalah dokter yang menunjukkan keterampilan interpersonal dan karakter moral yang kuat, pendengar yang baik, empati, jujur, responsif, serta sehat secara klinis dan pastinya manusiawi [1, 7]. Manusiawi disini berarti seorang dokter tidak hanya ahli dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit, tetapi juga membina hubungan baik dengan pasien dan masyarakat, serta melihat semua orang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, emosional, dan psikologis yang kompleks [4–6]. Sebelum menjadi dokter yang ideal, pastinya kita memerlukan nilai-nilai luhur sebagai dokter, seperti altruisme dan idealism profesi. Altruisme artinya mementingkan yang dilayani, sedangkan idealism artinya saling mengingatkan teman sejawat apabila melakukan kesalahan [2, 3] . Seperti yang tertulis di atas, saya ingin menjadi dokter yang mementingkan nilai luhur untuk menjadi dokter ideal. Saya akan mengabdi kepada seluruh individu ataupun masyarakat yang memerlukan bantuan saya. Saya juga ingin berperan mengubah pola pikir masyarakat untuk percaya terhadap tenaga medis maupun fasilitas kesehatan di Indonesia, menimbang banyaknya pemberitaan warga indonesia berbondong-bondong berobat ke luar negeri.


Untuk rencana jangka pendek saya selama masa preklinik adalah menjalani perkuliahan dengan sangat baik, aktif, dan bersemangat. Saya akan melatih diri saya untuk menjadi pribadi yang bisa bersosialisasi dan berinteraksi dengan semua orang karena menjadi seorang dokter pastinya akan bertemu dengan berbagai orang dengan sifat dan perilaku yang berbeda. Tidak hanya itu, saya akan sering mencari informasi tentang beasiswa, organisasi, kepanitiaan, kegiatan sosial, dan masih banyak lagi. Hal tersebut sangat penting untuk melatih soft skills saya. Ada satu hal yang sangat penting, yaitu saya akan mempertahankan IPK saya dan Puji Tuhan akan meningkatkan lebih bagus.


Untuk rencana jangka panjang, saya akan menjadi dokter yang profesional dengan prestasi, reputasi, dan kredibilitas yang tinggi. Saya juga akan berperan mengubah pola pikir masyarakat untuk percaya terhadap tenaga medis maupun fasilitas kesehatan di Indonesia, menimbang banyaknya pemberitaan warga indonesia berbondong-bondong berobat ke luar negeri. Saya akan menjunjung tinggi etika kedokteran, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Menjadi dokter harus mengutamakan kesehatan pasiennya, menjadi dokter bukanlah karena uangnya, menjadi dokter bukan karena pamornya, tetapi menjadi dokter adalah menjadi seorang yang bisa membantu masyarakat di segala situasi sesulit apapun.


Pesan dari saya untuk adik-adik yang ingin masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tidak apa-apa untuk merasakan kegagalan, tidak apa-apa untuk merasakan minder. Tuhan pasti tahu porsi dan tempat kita masing-masing, hanya saja Tuhan ingin mengetahui keseriusan dan perjuangan kita dalam mendapatkan sesuatu. Tetapi ingat, doa saja tidak cukup ya, kita juga harus berusaha semaksimal mungkin, tunjukkan bahwa kamu bisa. Capek boleh, nangis boleh, marah boleh, TAPI JANGAN PERNAH MENYERAH. Yang penting kita berusaha dulu, untuk urusan diterima atau enggaknya itu urusan belakangan. Semangat teman-teman atau adik-adik yang sedang berjuang menggapai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku tahu kalian bisa!


Referensi :

  1. O’Donnabhain R, Friedman ND. What makes a good doctor?. Internal Medicine Journal [Internet]. 2018 Mar 1 [cited 2023 Aug 9]; 48:879–82. Available from: file:///D:/DOWNLOAD/gooddoctor.pdf

  2. Afandi D. Nilai-Nilai Luhur dalam Profesi Kedokteran: Suatu Studi Kualitatif. J Kesehat Melayu [Internet]. 2017 Sep 14 [cited 2023 Aug 9];1:26–9. Available from: file:///D:/DOWNLOAD/Nilai-Nilai_Luhur_dalam_Profesi_Kedokteran_Suatu_S.pdf

  3. Wibiansyah KT, Wahyudi F, Bhima SK, Dhanardhono T. ENFORCEMENT OF MEDICAL DISCIPLINE VIOLATIONS IN INDONESIA. Diponegoro Medical Journal. 2020 Nov;9:404–9.

  4. Steiner-Hofbauer V, Schrank B, Holzinger A. What is a good doctor? [Internet]. Wien Med Wochenschr; 2017 Sep 13 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6223733/

  5. Grundnig JS, Steiner‑Hofbauer V, Drexler V, Holzinger A. You are exactly my type! The traits of a good doctor: a factor analysis study on public’s perspectives [Internet]. BMC Health Services Research; 2022 Jul 8 [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://doi.org/10.1186/s12913-022-08273-y

  6. Paterson R. The Good Doctor [Internet]. 1st ed. Auckland University Press; 2022 Oct 14. [cited 2023 Aug 10]. Available from: https://www.perlego.com/book/1465222/the-good-doctor-what-patients-want-pdf

  7. Borracci RA, Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient. Rev Med Chile [Internet]. 2020 Jul 15 [cited 2023 Aug 10];148:930–8. Available from: https://www.scielo.cl/pdf/rmc/v148n7/0717-6163-rmc-148-07-0930.pdf

 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comentários


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page