- Andina Mulya Prabowo
- Aug 13, 2023
- 10 min read
Narasi Perjuangan
Assalamualaikum, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan. Hai semua! Perkenalkan nama saya Andina Mulya Prabowo, bisa dipanggil dina atau andin. Asal sekolah saya dari MAN 2 Jakarta. Saya diterima di Universitas Indonesia, melalui jalur PPKB kelas reguler. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran terbaik se-Indonesia, dan pandangan saya terhadap fakultas kedokteran ini adalah fakultas yang keren. Keren? karena apa tuh kerennya? Fakultas kedokteran di Universitas Indonesia ini fakultas yang selalu mempertahankan akreditasinya pada tingkatan yang baik loh teman teman! Selain itu, di fakultas ini juga memiliki dosen yang sangat kompeten dan ahli pada bidangnya, sehingga lulusan mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia bisa menjadi bibit-bibit unggul di masa depan yang memiliki integritas dan riwayat akademik yang baik.
Suatu hal utama yang memotivasi diri saya masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia ini karena untuk membanggakan keluarga saya, terutama ayah dan ibu. Lalu yang kedua adalah, keinginan saya sejak kecil untuk menjadi dokter dan membantu orang lain dalam hal kesehatan. Memilih fakultas kedokteran Universitas Indonesia ini tentunya sejalan dengan keinginan saya untuk bekerja di bidang medis nantinya, dimana saya dapat membangun hubungan dengan pasien saya nantinya dan melakukan hal baik seperti pengabdian saya terhadap masyarakat di bidang kesehatan. Untuk motivasi saya lainnya, dengan adanya saya diterima di fakultas kedokteran ini, saya akan lulus menjadi seorang dokter yang kompeten untuk menangani pasien saya nantinya.
Kilas balik perjuangan saya diterima di fakultas kedokteran Universitas Indonesia dimulai sejak saya kelas 7 di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedari dulu kalau ditanya soal cita-cita saya selalu menjawab ingin menjadi seorang dokter. Karena saya berada di keluarga yang bukan termasuk kalangan keluarga dokter, saya merasa saya harus menjadi dokter pertama di keluarga saya. Sejak berada di kelas 7 SMP saya selalu merasa saya harus menjadi siswa aktif dan menjadi siswa terbaik, jadi saya memulai masa peralihan saya dari SD ke SMP dengan mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik dan mengikuti les dengan baik. Selain selalu belajar dan les, saya juga mengikuti ekstrakulikuler dengan baik supaya bidang akademik dan non-akademik saya berjalan dengan seimbang. Tetapi, dengan adanya permulaan saya di awal tahun memasuki SMP saya juga tidak lupa untuk tetap menyeimbangkan relasi saya dengan teman-teman baru saya di SMP. Sebagai anak SMP atau baru memasuki fase remaja, saya juga sering menghabiskan waktu bersama teman-teman saya. Sehingga, pernah ada suatu momen dimana saya menjadi acuh tak acuh dengan akademik saya dan akhirnya saya mendapat nilai akhir yang tidak sesuai dengan kemauan saya pada saat kelas 7 SMP.
Beralih ke kelas 8 di bangku SMP, saya bertekad untuk serius dengan akademik saya, karena belajar dari kesalahan saya di kelas 7. Pada saat kelas 8, keadaan kelas berubah karena teman-teman sekelas saya di kelas 7 juga berbeda karena kita mengalami sistem rolling. Saya harus mulai berbaur lagi, dan berusaha lagi bagaimana caranya untuk meningkatkan nilai akademik saya. Pada saat SMP, terutama pada saat kelas 8 saya belum sama sekali terpikir tentang perguruan tinggi negeri yang nantinya akan saya pilih. Hal yang saya pikir pada waktu itu adalah, saya harus mendapatkan SMA negeri yang saya inginkan. Maka dari itu saya selalu belajar dengan giat dan les juga tentunya. Alhamdulillah, di kelas 8 grafik nilai saya meningkat, tetapi saya tidak mau merasa puas dan semenjak dari kelas 8 saya selalu diforsir terhadap diri saya sendiri.
Nah tiba akhirnya di kelas 9, atau bisa juga disebut kelas akhir di tingkat SMP. Pada saat kelas 9, banyak hal yang saya tanyakan ke diri saya sendiri “mau ke jurusan apa nanti di SMA?” “setelah SMA mau kuliah dimana?” dan banyak pertanyaan lainnya. Saya memulai kelas 9 dengan fokus, karena pada saat itu saya selalu takut dengan yang namanya ujian nasional (UN). Saya selalu berusaha untuk mengikuti pelajaran sekolah dengan baik, berusaha mengikuti pendalaman materi (PM) yang diadakan di sekolah saya dengan baik, dan juga belajar dengan giat. Hari demi hari saya lewati dengan tekanan belajar yang tak kunjung surut, tryout, latihan soal berulang ulang sudah menjadi hal yang biasa bagi anak kelas 9. Pada kelas 9 ini, saya sudah berpikir akan ke SMA mana saya nantinya dan jurusan apa saya nantinya. Tetapi, takdir berkata lain, ada pandemi covid 19 disaat saya masih kelas 9. Awalnya saya merasa senang karena sekolah diliburkan dan ujian nasional dihapus, tetapi saya salah, justru adanya pandemi covid 19 menjadi tantangan baru untuk saya sendiri. Semua hal yang tidak pernah terlintas dipikiran saya terjadi, seperti tidak bisa pergi kemana mana dengan bebas, tidak bisa keluar rumah dalam jangka waktu tertentu, dan semua orang kesulitan pada saat itu. Dengan adanya covid 19 pun, saya tetap melanjutkan sekolah dari jarak jauh atau daring. Semua ujian sekolah yang saya lewati juga daring, semua sistem pada saat itu berubah menjadi daring termasuk sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB). Saya mengetahui bahwa sistem PPDB bukanlah lagi menggunakan nilai tetapi menggunakan umur, disitu saya merasa sedih karena saya merasa umur saya masih kurang untuk masuk SMA. Tetapi, saya selalu mengesampingkan pikiran pikiran sedih itu dan mulai untuk fokus pada diri sendiri. Tibalah akhirnya saya lulus dengan nilai yang baik.
Pada saat PPDB saya mencoba untuk mendaftar sekolah dimanapun, karena saya merasa umur saya kurang dan saya juga berpikir kalau sekolah tidak harus di tempat yang saya mau, tetapi di tempat yang bisa membuat saya berisikan ilmu sampai saya lulus dan alhamdulillahnya setelah melewati fase PPDB yang memusingkan ini, saya diterima di MAN 2 Jakarta. Saya mengawali masa sekolah saya dengan daring dan selalu dengan cara daring. Saya merasakan program masa pengenalan lingkungan sekolah secara daring, yang menurut saya program itu akan lebih seru jika diadakan secara luring. Permulaan masa sekolah saya secara daring tidak melunturkan rasa semangat saya terhadap belajar, saya selalu giat belajar karena saya sudah mulai berpikir tentang perguruan tinggi negeri nantinya. Saya selalu berusaha menjaga grafik nilai saya dengan baik semenjak saya berada di kelas 10, saya merasa yakin kalau nilai yang bagus akan mempermudah saya nantinya saat mencari perguruan tinggi negeri. Saya mengawali kelas 10 dengan sangat produktif, saya mengikuti beberapa olimpiade tingkat nasional dan membawa pulang beberapa medali perak dan perunggu. Menurut saya, itu adalah suatu hal yang membanggakan untuk diri saya sendiri. Semua hal saya juga tetap lakukan, seperti les, belajar dengan giat, membaca buku dan sebagainya, Alhamdulillah pada saat di kelas 10 aku mendapat rangking 2.
Tiba di kelas tengah atau kelas 11, sama seperti yang saya lakukan di kelas 10 tetapi yang membedakan adalah saya sudah kembali bersekolah luring dan bertemu teman-teman saya pada saat kelas 10. Saya merasa hidup saya monoton, hanya belajar, les dan mengulang pelajaran setiap malam sebelum tidur. Untuk pengalaman yang saya lakukan pun juga hanya mengikuti olimpiade dan satu ajang perlombaan tentang karya ilmiah. Saya tidak pernah mencoba organisasi karena saya merasa diri saya hanya perlu fokus pada hal yang memang harus saya tuju seperti diterima di perguruan tinggi negeri. Sebagai orang tua, ibu saya selalu mengingatkan saya untuk berpikir lagi matang matang tentang apa yang ingin saya tuju. Setiap malam pun saya selalu berpikir dan mencari info tentang perguruan tinggi mana yang saya pilih nantinya, tetapi saya belum juga menemukan perguruan tinggi yang menurut saya ideal dengan kemampuan saya karena saya merasa kurang pede dengan kemampuan saya. Banyak sekali hal yang mengganggu saya di kelas 11, dari masalah teman, akademik hingga percintaan, tetapi hal seperti itu tidak membuat saya menyerah dan akhirnya saya berhasil melewati itu semua dengan hasil saya mendapatkan rangking 1 di kelas 11. Saya merasa sangat bangga dengan diri sendiri.
Akhirnya, saya berada di penghujung masa sekolah saya yakni kelas 12. Awalnya sedih kenapa cepet banget ya udah kelas 12, saya merasa waktu saya untuk bersama teman teman tuh masih sangat sangat kurang. Tetapi, yang namanya waktu akan terus berjalan, mau tidak mau kita harus terima keadaan dan kenyataan kalau kita harus move on. Kelas 12 saya diawali dengan memanfaatkan momen momen bersama teman, dan saya tidak merasa monoton di kelas 12 karena saat itu setiap pulang sekolah saya dan teman teman saya selalu main dan mencoba banyak hal baru bersama sama tetapi tidak lupa dengan tugas seorang murid yang harus belajar dengan giat dan harus mengerjakan tugas tepat waktu. Saya sering sekali konsul di ruang BK soal perguruan tinggi negeri dan prodi apa yang akan saya putuskan nantinya, tidak lupa untuk bertanya kepada kakak kelas dan orang tua yang senantiasa mendukung apa yang dipilih oleh anaknya. Akhirnya, saya memutuskan untuk meraih fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Saya memulai awal perjuangan saya dengan selalu mempertahankan nilai saya, belajar dengan giat, mengerjakan tugas tepat waktu dan les hingga malam. Saya pernah berada di titik dimana saya sangat lelah dan ingin menyerah, tetapi berkat dukungan orang orang di sekitar saya, akhirnya saya membuang jauh jauh perasaan itu. Selalu tryout, dan selalu latihan soal sering kali membuat saya overwhelmed, dan dikala saya merasakan hal seperti itu pasti saya selalu mengistirahatkan diri karena mendiforsir diri terlalu berlebih tidak baik. Karena di tahun sekolah saya sudah tidak ada ujian nasional, maka digantikan dengan ujian sekolah dan ujian praktik. Saya menyiapkan semuanya dengan baik, dan tibalah pada hari kelulusan. Alhamdulillah saya mendapat predikat nilai sangat baik, dan saya masuk ke daftar siswa eligible.
Saat mendapat predikat siswa eligible, saya sangat senang karena akhirnya perjuangan saya selama ini sedikit terbayarkan ya walaupun belum masuk kampus impian saya tapi setidaknya saya melihat sedikit hasil yang sudah saya peroleh. Dengan banyak pertimbangan dan pemikiran, tidak sadar kalau tibalah di hari pendaftaran, hari dimana saya sangat berharap dengan jalur SNBP atau jalur undangan. Saya memilih satu pilihan, yakni fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Tetapi, takdir berkata lain kembali, saya tidak diterima di fakultas dan kampus impian saya. Hal itu tentunya membuat saya sedih tapi tidak membuat saya menyerah, pada hari kegagalan pertama saya terhadap fakultas dan kampus impian saya, saya langsung bergegas untuk mendaftar UTBK atau ujian tulis berbasis komputer. Saya berusaha menyiapkan semaksimal mungkin, les sampai malam dan banyak hal lainnya yang saya lakukan untuk meraih fakultas dan kampus impian saya. Tibalah akhirnya di hari test UTBK, perasaan yang saya rasakan adalah ragu dan grogi. Mengapa ragu? karena di pikiran saya saat itu, saya hanya berpikir “apakah saya mampu atau tidak untuk meraih fakultas impian saya yang terkenal susah diterimanya” dengan segala tekad akhirnya saya bisa melalui tes UTBK. Akhirnya, hari pengumuman UTBK tiba, dan saya belum diterima di fakultas dan kampus impian saya, akhirnya saya mencoba jalur PPKB atau dikenal dengan jalur mandiri yang diadakan oleh Universitas Indonesia. Dengan banyak persiapan, termasuk berkas dan essay yang menjadi syarat utama dari penerimaan melalui jalur PPKB akhirnya saya diterima melalui jalur PPKB. Perasaan saya sangat senang, karena saya merasa perjuangan saya selama ini akhirnya terbalaskan karena saya berhasil masuk ke fakultas dan kampus idaman semua orang. Saya sangat berterima kasih kepada orang tua saya yang senantiasa mendoakan saya dan mendukung saya, serta teman teman yang selalu mendukung saya.
Dengan adanya saya diterima di fakultas kedokteran Universitas Indonesia, saya berencana untuk menjadi diri saya untuk menjadi lebih baik dan semakin menjadi lebih baik. Saya juga ingin berkomitmen, meneruskan kemampuan saya di bidang olimpiade untuk membawa nama baik fakultas kedokteran dan almamater Universitas Indonesia, dan selain itu saya juga akan berusaha untuk berkontribusi penuh di bidang non akademik dan aktif di dalam kepanitiaan atau organisasi kampus. Saya berkomitmen untuk selalu menjaga nama baik kampus dan akan terus fokus dalam pembelajaran.
Tujuan saya untuk menjadi dokter adalah fokus utama saya. saya diberkati untuk memiliki kesempatan untuk mengejar cita cita saya, dan saya sangat ingin bekerja keras dan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan impian saya. Harapan saya yakni saya dapat mengikuti proses pembelajaran di kampus dengan baik, dan lulus menjadi dokter yang bertanggung jawab, dan berintegritas. Sedangkan untuk angkatan fakultas kedokteran Universitas 2023, saya berharap agar angkatan kita selalu bersama sama menjadi satu kesatuan utuh dan tidak akan runtuh.
Menjadi dokter bukan merupakan suatu hal yang mudah, tetapi mulia. Menjadi seorang dokter, berarti harus siap dengan segala kondisi dan rintangan yang akan dilalui nantinya. Banyak sekali nilai kehidupan yang akan didapat suatu saat nanti kita menjadi dokter, yang pertama bagaimana cara kita mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan juga mengabdi pada ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Menjadi dokter tentulah kita harus memegang kata “ideal”, untuk menjadi dokter yang ideal pun tidak mudah. Dokter ideal dapat didefinisikan sebagai dokter yang memiliki kualitas pribadi untuk hubungan interpersonal, keterampilan teknis, dan niat baik. Hal hal yang harus dipenuhi untuk menjadi dokter sangatlah banyak, tetapi tujuan utama menjadi dokter adalah bagaimana cara kita mengabdi pada kesehatan masyarakat dan lingkungan kita. Adapun nilai nilai yang harus kita tanamkan pada diri seorang dokter, yakni kesantunan, kesejawatan dan kebersamaan yang sesuai pada UU Nomor 20 tahun 2013. Kesantunan sendiri berarti memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap pasien, sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang menjadi mitra kerja, pada karakter ini dokter juga harus bertutur kata baik, sikap, dan bahasa tubuh yang baik. Karakter Kesejawatan diartikan dokter yang menjunjung tinggi etika profesi, dan meningkatkan kemampuan serta kompetensi bidang kedokteran. Karakter Kebersamaan artinya interkonektivitas dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sebagai dokter, tentulah banyak sekali yang harus dilakukan, antara lain pengabdian dan bentuk kontribusi terhadap masyarakat. Tugas seorang dokter bukan hanya mengobati, tetapi juga dokter menjadi pendamping bagi pasien dan masyarakat, memberikan edukasi, menjelaskan dengan detail apa saja yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien dan masyarakat sampai paham, memberikan informasi, memberikan support, memberdayakan pasien dan masyarakat, mengajari problem solving skills, pendekatan kepada pasien, masyarakat, dan lingkungannya. Suatu saat nanti apabila saya menjadi dokter, saya ingin menjadi dokter yang selalu membantu masyarakat di sekitar saya, dan menjadi dokter yang berintegritas dan bertanggung jawab. Tidak lupa juga dengan pesan orang tua saya agar saya menjadi dokter yang dermawan, dokter yang bekerja tanpa pamrih dan senantiasa membantu orang yang kesusahan dalam biaya perawatan.
Rencana saya nantinya saat preklinik, saya akan dengan betul betul memahami tentang apa yang menjadi pekerjaan saya nantinya, saya akan berusaha sebaik mungkin agar nantinya saat menjadi dokter kelak saya akan menjadi dokter yang kompeten, jujur dan mengayomi semua masyarakat di sekitar saya maupun di luar jangkauan saya. Apabila saya sudah menjadi dokter, saya berharap saya sudah menjadi dokter yang kompeten dan bersama rekan sejawat nantinya saya dapat memperbaiki keadaan pelayanan kesehatan di Indonesia yang kian hari kian memburuk akan menjadi lebih baik, serta akan membuat program untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Banyak ilmu yang nantinya akan saya dapat melalui Universitas Indonesia, saya harap dengan bekal ilmu yang saya dapat akan membuat kehidupan kesehatan menjadi sejahtera. Saya juga berharap untuk masyarakat, agar masyarakat lebih peduli lagi dengan kesehatannya dan memulai pola hidup sehat agar tidak ada lagi penyebaran pandemi atau virus yang merugikan banyak orang.
Pesan untuk adik adik kelas saya yang ingin masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia, saya cuma mau bilang semangat buat perjuangannya. Jangan terlalu memaksa diri sendiri untuk jadi yang terbaik, sesuaiin diri sendiri sama porsi kemampuan yang ada. Kalau memang merasa diri kita ngga deserve buat dapetin fakultas kedokteran, saya harap kalian ga akan ngelepasin kemauan kalian begitu saja, justru saya berharap supaya hal seperti itu akan menjadi motivasi kalian untuk bangkit. Terkadang, apa yang kita kejar larinya akan semakin jauh, tapi jangan lupa kalau kalian punya Tuhan yang senantiasa denger doa kalian, jadi minta sama Tuhan buat deketin apa yang kalian mau, apa yang kalian usahakan, apa yang selalu kalian mimpikan. semangaat!
DAFTAR PUSTAKA
Rokom. 3 Karakter ini harus dimiliki seorang dokter [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2018 December 15 [updated 2018 December 16;cited 2023 August 7]. Available from:
A Boracci Raul, M.A Gallesio Jose, Ciambrone G, et al. What patients consider to be a 'good' doctor, and what doctors consider to be a 'good' patient. Rev Med Chil [Internet]. 2020 July [cited 2023 August 7];148(7):930-938. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/
Nuralim. Tugas Dan Tangung Jawab Dokter Menurut Undang-Undang Nomor. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Dalam Pemberian pelayanan kesehatan Di Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone [Internet]. Makasar: Institut Agama Islam Negeri; 2018 December [cited 2023 August 7]. Available from: https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldustur/article/download/347/261
Liow D, Himpong M, Waleleng G. Peran komunikasi antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis di klinik reci desa sinisir kecamatan modoinding [Internet]. Manado: Universitas Sam Ratulangi; 2020 January 9 [cited 2023 August 7]. Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/27074
Vega-Hurtado C. Importance of doctor-patient communication strategies. Rev Med Inst Mex Seguro Soc [Internet]. 2020 April 13 [cited 2023 August 7]; 58(2):197-201. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34101564/
Comentários