- An’Asya Shaufa Rizka
- Aug 12, 2023
- 6 min read
Saya An’Asya Shaufa Rizka, mahasiswa baru Jurusan Pendidikan Dokter Kelas Reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berasal dari SMA Al Wildan Islamic School Jakarta. Nama panggilan saya adalah Asya. Saya menghabiskan kebanyakan hidup saya di daerah Jakarta. Namun, saya sempat tinggal di Luanda, Angola, sebuah negara di Afrika, dan Balikpapan.
Sejak saya kecil, saya sering berangan-angan menjadi superhero. Saya juga sangat tertarik dengan sains sejak masa SD. Saya sering menonton video-video YouTube tentang fenomena-fenomena alam semesta. Walaupun, ketika saya masih kecil, saya belum secara keseluruhan mengerti apa yang dibicarakan. Namun, tetap saya tonton sampai akhir karena, bagi saya, sains asyik dan menakjubkan. Oleh karena itu, saya mengkombinasikan cinta saya untuk superhero dan sains. “Bagaimana saya menjadi superhero sekaligus belajar sains?” Itu lah pertanyaan yang saya miliki sejak menjadi remaja. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengukuhkan niat untuk menjadi dokter karena tugas superhero dan dokter itu sama, yaitu menyelamatkan nyawa.
Saya menjadikan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan utama saya karena saya tahu kualitas dokter yang dihasilkan oleh Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia “tidak main-main”. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah fakultas kedokteran tertua di Indonesia, sudah sejak lama menjadi opini publik bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah fakultas kedokteran terbaik di negara ini. Ditambah dengan keberadaan IMERI-FKUI (Indonesian Medical Education and Research Institute), tentu semakin terjamin kualitas pendidikan yang bisa saya dapatkan.
Saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes), tetapi perjuangan saya menjadi seorang dokter mulai ketika saya berada di kelas tujuh. Kelas tujuh adalah tahun pertama dan tahun terakhir saya di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Saya sebelumnya tidak terlalu mementingkan akademis dan belajar seadanya. Namun, karena lingkungan dan keadaan yang mendukung di Balikpapan, saya mulai termotivasi untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Alhamdulillah, saya meraih peringkat pertama di kelas dan berprestasi dalam bidang Bahasa Inggris pada tingkat provinsi.
Saya melanjutkan pendidikan saya di sekolah Islam di Jakarta Selatan. Saya semakin bersungguh-sungguh dalam belajar, meraih prestasi, dan mempertahankan winning streak yang saya miliki. Namun, saya lulus SMP pada awal-awal pandemi, di situlah saya mulai merosot.
Saya melanjutkan pendidikan saya pada jenjang SMA di sekolah Islam berbeda di daerah yang sama. Namun, karena pandemi, saya lalai dalam mempertahankan etos kerja yang saya kembangkan pada tahun-tahun sebelumnya. Saya juga tidak aktif mengikuti organisasi dan tidak terlalu mengedepankan prestasi. Namun, saya masih berusaha mempertahankan peringkat nomor satu saya di sekolah. Alhamdulillah, hal itu terealisasikan. Namun, karena saya tidak memiliki prestasi yang mencolok dan sekolah saya juga merupakan sekolah baru, ketika saya mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi), saya tidak lolos.
Hal itu tidak membuat saya putus asa. Masih ada banyak jalan menuju roma. Saya memfokuskan diri pada jalur SNBT. Saya mengikuti program superintensif di salah satu bimbel ternama. Hari demi hari saya dedikasikan untuk belajar materi-materi SNBT dengan saksama dan penuh perhatian. Setiap try-out saya pantau perkembangannya dari try-out sebelumnya. Saya mengevaluasikan bagian-bagian mana yang masih perlu ditingkatkan dan bagaimana saya akan meningkatkannya. Dari persentase jawaban benar 51%, saya dapat meningkatkannya hingga 80%.
Akhirnya, waktu yang dinantikan pun tiba. Pada hari Kamis, 11 Mei 2023, saya bangun sebelum jam 4 dini hari. Lalu, pada pukul 06.45 saya memasuki ruang UTBK di FK-405 UPN Veteran Jakarta. Saya memberikan semua yang saya bisa. Lagipula, itu Game Day saya. Sangat legak perasaan saya seusai ujian.
Namun, perasaan legak itu hanya bertahan sebentar. Ujian mandiri yang menguji TKA (Tes Kemampuan Akademis), yang mencakup semua materi IPA dari awal sampai akhir SMA itu, mulai terbayang-bayang di benak saya. Bahkan SIMAK UI terkenal dengan soal-soalnya yang jauh lebih sulit dari standar SMA biasa. Selama 3 bulan sebelumnya saya memfokuskan diri pada TPS (Tes Potensi Skolastik), sehingga banyak materi yang saya sudah lupa dari TKA. Namun, saya masih berupaya untuk mengulang dan mempelajarinya, baik sendiri, maupun di tempat les. Hanya saja, saya rasa persiapannya masih belum maksimal dan akan sulit untuk dimaksimalkan.
Hari pengumuman pun tiba. Karena bertepatan dengan hari pertama DzulHijjah di kalender Hijriah, saya berpuasa mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Setelah sahur, walaupun saya berniat tidur, tak kunjung tercapai. Menunggu pengumuman pada pukul 15.00 rasanya seperti menunggu akhir minggu tiba. Saya dan teman-teman sudah saling menyemangati dan menenangkan. Ketika waktunya tiba, saya terlalu takut untuk membukanya sendiri, akhirnya, saya memanggil Bunda untuk menemani saya.
Dengan penuh kegelisahan dan sedikit harapan, saya mengetuk tombol untuk melihat hasilnya. Ternyata jerih payah saya selama ini terbayarkan! Tertera QR code dengan ucapan selamat di bawahnya, dilanjutkan dengan keterangan bahwa saya lolos di S1 - Pendidikan Dokter di PTN Universitas Indonesia. Saya mengeluarkan tangisan bahagia. Bunda pun begitu. Keluarga, teman-teman dan guru-guru mengucapkan selamatnya kepada saya. Namun, mereka juga patut diselamatkan, karena tanpa mereka saya tidak akan berada di titik ini. Merekalah yang menjadi support system saya selama ini.
Seminggu, dua minggu, tiga minggu berlalu. Rasa kemenangan dan penasaran perlahan-lahan berubah menjadi rasa takut. Apakah saya kuat untuk bertahan di FK UI? Apakah saya layak mendapatkan kursi di FK UI? Saya sadar bahwa saya masih harus memantaskan diri untuk menjadi mahasiswa FK UI yang berkontribusi dan bermanfaat. Saya masih harus memperbaiki etos kerja saya, saya harus berhenti menunda-nunda pekerjaan, saya harus memoles kemampuan berbicara di depan umum saya, dan masih banyak lagi hal yang harus saya perbaiki.
Saya berkomitmen untuk perlahan-lahan memperbaiki dan mengembangkan diri untuk berubah menjadi lebih baik. Saya berencana untuk mengikuti beberapa organisasi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi saya. Di samping itu, saya akan lebih mengatur waktu dengan menggunakan berbagai alat time-management dan planning, serta mengedepankan kedisiplinan dan meng-streamline sistem produktivitas saya untuk membangkitkan etos kerja.
Saya berharap selama di FK UI, saya bisa belajar sebanyak mungkin di dalam dan di luar pelajaran kuliah. Saya ingin merealisasikan potensi saya sebagai mahasiswa dan memperluas wawasan dan koneksi. Untuk FK UI '23 Gelora, saya berharap angkatan kami bisa mempertunjukkan sisi terbaik kami ke dunia dan membuktikan bahwa FK UI patut diakui sebagai fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, bahkan semakin mengangkat derajat FK UI di kancah internasional.
Saya berharap saya dan teman-teman dapat menjadi dokter ideal yang menjadi contoh bagi adik-adik calon dokter. Dokter yang ideal adalah dokter yang mematuhi Kode Etik Dokter Indonesia. Secara garis besar, seorang dokter ideal menjaga profesionalisme dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan (1).
Untuk saya, dokter ideal adalah dokter yang senantiasa memberikan pelayanan terbaik terhadap pasiennya, tidak memandang kondisi sosioekonomik, ras, maupun agama. Dokter ideal bagi saya adalah dokter yang empatis, komunikatif, dan hormat terhadap keputusan pasien sendiri. Dokter ideal bagi saya adalah dokter dengan nilai-nilai luhur yang kuat, yang tidak tergoyah oleh keuntungan finansial maupun sosial.
Selama masa preklinik saya berencana untuk mengikuti aktivitas perkuliahan sebaik mungkin. Saya berniat untuk mengikuti organisasi seperti AMSA (Asian Medical Students Association) sebagai wadah mengembangkan diri, memperluas koneksi dan menambah ilmu kedokteran. Saya juga berkeinginan mengikuti UI Toastmasters Club. Sejak SMP kelas 8, saya aktif dalam mengikuti lomba pidato bahasa Inggris dan Alhamdulillah meraih beberapa prestasi. Dengan mengikuti UI Toastmasters, saya berharap untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris saya, mengembangkan kemampuan berorganisasi, berkomunikasi dan memimpin, dan memperluas wawasan global saya.
Untuk rencana jangka panjang saya, yakni untuk masa klinik dan seterusnya, saya berniat melanjutkan studi ke jenjang spesialis, spesifiknya, saya ingin menjadi spesialis bedah otak atau kedokteran jiwa. Karena saya masih belum mempelajari keduanya dengan lebih dalam, saya masih mempertimbangkan keduanya. Namun, untuk sekarang, ketertarikan terbesar saya memang ada di sekitar bidang neurosains. Saya memiliki ketertarikan terhadap neurosains sejak masa-masa SMP. Cara zat-zat kimia secara langsung memengaruhi kerja otak adalah hal yang menakjubkan bagi saya. Ada sekitar 1,000,000,000,000,000 (1 kuadriliun) sinaps di otak manusia (2). Sungguh indah ciptaan Allah. Di masa depan, Saya berkeinginan untuk melakukan riset di bidang ini dan juga membantu banyak orang dengan riset tersebut.
Untuk keinginan saya menjadi dokter spesialis kedokteran jiwa sendiri tumbuh karena akhir-akhir ini kesehatan mental menjadi trending topic di masyarakat dan memang seharusnya begitu. Sejak 2017, prevalensi gangguan mental dan penyalahgunaan zat adiktif naik 13% (3). Indonesia National Adolescent Mental Health Survey menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja mengidap penyakit mental (4). Tentu saja hal ini akan terus menjadi masalah di masa depan. Padahal, Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk hanya memiliki 600-800 psikiater (5). Secara global, 1 dari 8 orang mengidap penyakit mental (6).
Maka dari itu, pertama, saya bertekad untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental atau kesehatan otak bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional. Selain itu, saya bertekad, untuk secara langsung membantu menyembuhkan individu-individu yang mengidap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan bidang yang saya, di kemudian hari, tekuni.
Saya sadar bahwa perjalanan untuk menggapai cita-cita tersebut tidaklah mudah. Namun, saya yakin, jika saya benar-benar menginginkannya dan bekerja keras untuknya, mimpi-mimpi itu takkan ke mana-mana. Semoga jalan hidup saya dan teman-teman diberkati dan dilancarkan oleh Tuhan. Bangkit bersinergi, setia mengabdi, FK UI '23 Gelora!
Sebagai penutup esai ini, saya ingin mengucapkan sepatah dua patah kata untuk adik-adik yang berniat melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masuk FK UI memang bukan sesuatu yang mudah. Namun, masuk FK UI hanyalah awal dari perjuanganmu menjadi seorang dokter yang bermanfaat bagi masyarakat. Teruslah semangat menggapai mimpi-mimpimu yang besar itu! Kamu hebat sudah sampai titik ini! Dengan ini saya akhiri esai perjuangan saya, terima kasih.
Referensi
[1] Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia; 2012. 65 halaman.
[2] Tompa R. Why is the human brain so difficult to understand? We asked 4 neuroscientists. Seattle: Allen Institute; 2022 April 21 [Cited 2023 August 11] Available from: https://alleninstitute.org/news/why-is-the-human-brain-so-difficult-to-understand-we-asked-4-neuroscientists/
[3] WHO. Mental health [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2023 [Cited 2023 August 10] Available from: https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_2
[4] Barus G. Hasil survei I-NAMHS: satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2022 October 24 [Cited 2023 August 9] Available from: https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memiliki-masalah-kesehatan-mental/
[5] HRW. Indonesia: treating mental health with shackles [Internet]. New York: Human Rights Watch; 2016 March 20 [Cited 2023 August 11] Available from: https://www.hrw.org/news/2016/03/20/indonesia-treating-mental-health-shackles
[6] WHO. Mental disorders [Internet]. Geneva: World Health Organization; 2023 [Cited 2023 August 10] Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders#:~:text=In%202019%2C%201%20in%20every,the%20most%20common%20(1).
Comments