- Agita Charina Pepayosa Ginting
- Aug 13, 2023
- 10 min read
Narasi Perjuangan
‘Sebuah impian yang awalnya saya kira akan hanya tetap menjadi sebuah mimpi.’ Hal itu merupakan gambaran dari perasaan saya ketika diterima di FK UI. Melihat keketatan FK UI yang kian bertambah, mulai dari jalur masuk SNBP hingga simak KKI, saya menjadi ragu untuk dapat diterima disini. Namun sejak awal mendaftar, saya juga percaya Tuhan akan mewujudkan impian saya apabila Tuhan memang menghendakinya. Dengan demikian, terlepas dari kecilnya kemungkinan yang terlihat, saya yakin Tuhan pasti akan turut mengarahkan dan bekerja dalam setiap perjalanan hidup saya, melalui jalur apapun itu.
Halo semua! Perkenalkan, nama saya Agita Charina Pepayosa Ginting dan lebih akrab dipanggil Payo. Saya berasal dari SMAS Santa Ursula BSD. Sekolah swasta katolik yang sudah menjadi rumah saya selama enam tahun terakhir. Puji Tuhan, atas seluruh jawaban dari doa-doa yang saya dan keluarga terdekat berikan, saya dapat menjadi bagian dari keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) pada tanggal 20 Juni 2023 silam dalam program reguler. Pada kesempatan ini, izinkan saya untuk membagikan cerita saya mengenai motivasi dan perjuangan saya untuk diterima di FK UI.
Kampus Perjuangan - Universitas Indonesia adalah sebuah nama institusi pendidikan tertinggi yang tentunya tidak asing bagi penduduk Indonesia. Selain menjadi universitas pertama yang berdiri di negeri ini, Universitas Indonesia hingga kini juga tetap mempertahankan kualitasnya sebagai salah satu universitas terbaik bangsa[8]. Begitu pula dengan Program Studi Pendidikan Dokter yang ada di tempat ini.
Sebagai kampus kedokteran pertama di Indonesia[2], FK UI tentunya telah melahirkan banyak dokter hebat dengan berbagai macam pengalaman dalam meningkatkan kualitas kesehatan negeri. Situasi akademisi dan fasilitas yang sudah memiliki reputasi sangat baik pastinya dapat membimbing mahasiswa-mahasiswanya untuk menjadi seorang dokter yang kompeten dan pemimpin yang hebat dalam dunia medis. Hal ini nyata dan tampak dari sebagian besar dokter-dokter yang menyatakan dirinya “Lulusan FK UI” di berbagai macam rumah sakit. Fakta ini lah yang terus mendorong saya untuk menekuni pendidikan dokter di kampus kedokteran pertama negeri ini. Dengan seluruh sarana dan fasilitas terbaik yang diberikan FK UI, saya yakin dapat memaksimalkan seluruh potensi dan mempersiapkan diri untuk menjadi seorang dokter yang dapat turut membangun negeri.
Pengenalan saya terhadap dunia medis sudah ada sejak saya masih belia. Semasa duduk di bangku TK, saya sering menemani ibu saya ke rumah sakit. Baik untuk medical check up maupun penyembuhan. Kekaguman saya muncul pertama kali saat melihat para dokter yang selalu dengan ramah menyambut keluarga saya dan dengan tulus menyatakan, “Ini sudah tugas saya,” saat kami berterima kasih kepada mereka. Ketulusan dokter dalam mengemban tugasnya membuat saya seringkali sudah merasa sembuh hanya karena sugesti dan pengecekan yang dilakukan.
Memasuki pertengahan bangku sekolah dasar, ayah saya masuk ke rumah sakit. Kala itu, ayah saya mendapatkan diagnosa penyakit jantung koroner. Saya sadar bahwa ibu saya begitu sedih dan takut karena baru pertama kali menghadapi peristiwa seperti ini. Pada awalnya, dokter mendiagnosa ayah saya untuk memasang tiga ring. Tak lama kemudian, berkat kebesaran Tuhan, ayah saya dinyatakan untuk cukup memasang dua ring saja oleh dokter. Saat itu, ada satu kalimat yang dinyatakan dokter tersebut yang terus mengendap dalam hati saya, “Pak, Bu, kami sebagai dokter hanya bisa melakukan yang maksimal untuk meningkatkan kualitas kesehatan pasien. Sisanya Tuhan yang bekerja, kami hanya perantara.” Kalimat ini yang kemudian semakin memacu dan meyakinkan saya untuk menjadi dokter dan turut menyembuhkan masyarakat dengan bantuan Tuhan di masa yang akan datang.
Namun tekad saya untuk menjadi seorang dokter tidak selalu teguh. Saat saya duduk di bangku SMP, saya mulai merasa bimbang terhadap pilihan saya untuk menjadi seorang dokter. Sebagai seorang anak perempuan yang terlahir dan besar di lingkungan keluarga yang memiliki profesionalitas dalam bidang ekonomi dan telekomunikasi, saya tidak pernah memiliki gambaran yang cukup jelas mengenai kehidupan dan peran yang sesungguhnya dimiliki oleh seorang dokter. Tak hanya itu, dengan kondisi keluarga saya yang sedemikian rupa, banyak orang mengekspektasikan saya untuk melanjutkan jejak keluarga saya.
Di satu sisi, saya sangat ingin menjadi dokter dan mencapai cita-cita saya sejak saya masih sangat kecil. Sedangkan di sisi lain, saya mulai terpikir untuk mengikuti jejak keluarga saya dan terjun dalam bidang ekonomi.
Meskipun merasa dilema atas cita-cita saya, saya tetap bergerak dalam kegiatan sosial yang diselenggarakan di sekolah dan di luar sekolah saya. Selama SMP, saya memberanikan diri untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan sekolah dan diluar sekolah. Saya ikut volunteering, kegiatan camp (IUYC), konser paduan suara, kegiatan eksternal hingga mencalonkan diri menjadi seorang ketua OSIS. Tanpa saya sadari, seluruh kegiatan sosial yang saya lakukan dalam masa itu juga mendorong saya untuk semakin tekun belajar dan membaca pengetahuan-pengetahuan baru. Pengalaman-pengalaman ini semakin meyakinkan saya untuk kembali bercita-cita menjadi seorang dokter. Saya sadar sepenuhnya bahwa dengan kepedulian dan ketekunan yang saya miliki, saya dapat menjadi dokter dan melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
Memasuki masa SMA, saya mulai belajar dengan gigih untuk dapat masuk ke FK UI. Namun namanya pembelajaran, pasti ada lika-likunya. Selama menjalani pembelajaran di SMA, saya sedikit merasa kesusahan dengan metode pembelajaran daring. Dengan latar belakang saya yang merupakan anak auditori-kinestetik, saya lebih terbiasa untuk belajar dalam lingkungan kelas dan langsung melakukan praktek terkait pembelajaran yang diangkat. Di tahun kedua saya di SMA, banyak nilai akademik saya yang turun. Salah satunya adalah materi yang sangat saya sukai dan menjadi salah satu bobot terkuat untuk masuk kedokteran, yaitu kimia.
Jatuh bangunnya saya di SMA membuat saya seringkali ragu dan tidak percaya diri untuk memilih kedokteran saat pendaftaran universitas. Terlebih melihat banyak dari teman-teman saya yang memiliki cita-cita yang sama. Namun berkat dorongan orangtua, saya diingatkan untuk tetap bekerja keras dan berdoa meminta pertolongan dari Tuhan. Puji Tuhan, meskipun nilai saya banyak yang menurun, saya masih diberi kesempatan untuk mengikuti lomba dan menang dalam olimpiade yang ada.
Pengalaman-pengalaman mengikuti lomba ini berhasil membukakan pintu saya ke dunia kedokteran dan mengenalkan saya dengan teman-teman seperjuangan FK dari berbagai SMA yang berbeda. Melalui mereka, saya semakin memiliki tekad yang kuat untuk memperjuangkan FK UI.
Tibalah masa-masa paling menegangkan bagi anak SMA, yaitu semester lima. Dengan melihat riwayat nilai akademik saya di semester tiga, saya memutuskan untuk mengikuti bimbel dan membeli paket-paket tryout. Harapannya, saya dapat masih masuk FK UI melalui jalur lain apabila tidak mendapatkan kursi eligible. Puji Tuhan saat memasuki pembelajaran luring di kelas 12, nilai akademik saya naik drastis. Hal ini tentunya membuat saya semakin termotivasi dan bersemangat untuk belajar dalam meraih impian saya untuk diterima di FK UI. Kecintaan saya terhadap belajar dan membaca juga kembali bermekaran.
Di semester enam, saya menyusun strategi dan jadwal pendaftaran universitas yang akan saya tuju. Mulai berjalan ke bulan Februari, saya pergi ke Jogja untuk mengikuti salah satu tes universitas dengan program studi kedokteran. Usai berjuang selama 3 hari di Jogja, nyatanya itu bukan jalan Tuhan. Saya merasa cukup sedih karena ditolak di babak interview yang sesungguhnya sudah saya persiapkan sejak lama. Namun saya tidak mau berlarut dalam kegagalan tersebut. Mengingat masih banyak ujian sekolah dan rintangan pendaftaran PTN yang harus saya lalui, saya kembali berbenah dan meningkatkan kualitas diri.
Sepulangnya saya dari Jogja, saya diberitahukan bahwa saya masuk dalam peringkat eligible dan kuota talent scouting. Tanpa banyak pertimbangan, saya langsung dengan tegas memilih FK UI. Meskipun peluangnya sangat kecil, saya percaya Tuhan pasti akan beri jalan. Namun apa daya, saya lagi-lagi melihat warna merah pada layar laptop saya.
Tertolaknya saya di babak interview talent scouting membuat saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri, “Apakah saya memang belum layak untuk menjadi seorang dokter?” Di hari ulang tahun saya tersebut, saya sangat sedih dan bingung untuk memilih program studi yang akan saya tuju pada formulir SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes). Perlu beberapa hari bagi saya untuk memikirkan rencana saya kedepannya. Terlebih, saya juga harus mempersiapkan ujian sekolah yang diselenggarakan seminggu setelahnya.
Sempat ragu, saya hampir saja mengganti pilihan pertama saya menjadi Sistem Informasi UI. Namun, kedua orang tua, abang, dan guru bimbel saya menyarankan saya untuk tetap memilih FK UI di pilihan pertamanya. Mereka menasehati saya untuk tetap tegar dan menuntaskan impian yang sejak awal sudah saya tanam. Akhirnya, saya pun tetap memilih FK UI sebagai pilihan pertama saya di SNBT dan Sistem Informasi UI di pilihan keduanya.
Selang sebulan menunggu hasil SNBT, saya mendaftarkan diri ke berbagai jalur masuk mandiri universitas yang berbeda dengan program studi yang sama, yaitu kedokteran. Dalam waktu-waktu tersebut, saya juga mengisi hari-hari saya dengan belajar, tryout dan melakukan hobi-hobi seperti menggambar dan mewarnai. Saya juga melatih kecakapan saya dalam berbicara untuk persiapan interview dan perangkaian kata dalam esai PPKB secara terus-menerus.
Banyaknya hal yang perlu saya persiapkan untuk ujian mandiri membuat saya tidak sadar sudah tanggal 20 Juni. Pada hari itu, saya sangat lemas dan tidak percaya diri. Selama di tempat les, saya hanya diam dan beberapa kali menangis. Saya pribadi merasa tidak siap untuk menerima penolakan yang ke-5 kalinya. Namun saya berusaha untuk menenangkan diri dan berbincang dengan teman-teman saya. Dalam diam, saya juga terus-menerus berdoa agar dapat diterima kali ini.
Sepulangnya di rumah, kedua orang tua dan adik saya sangat tidak sabar untuk membuka pengumuman. Meskipun hati saya berkecamuk, saya tetap berusaha tenang. Di percobaan yang pertama, laptop saya error. Begitu pula dengan percobaan yang kedua dan ketiga di perangkat yang berbeda-beda. Hingga akhirnya, ayah saya lah yang membukakan pengumumannya. Ia tiba-tiba berteriak, “sudah dapat, sudah dapat!” Kala itu saya langsung menangis melihat pertama kalinya layar laptop saya berwarna biru. Padahal, saya belum melihat apa pilihan yang saya dapatkan. Saat saya mendekatkan diri saya ke layar, terlihat dengan jelas “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SNBT SNPMB 2023 di Universitas Indonesia - Pendidikan Dokter”. Kala itu saya dan keluarga saya serentak menangis dan langsung berterima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa.
Tentunya perjuangan yang panjang ini bukanlah akhir dan kesuksesan terbesar dalam hidup saya. Menjadi seorang mahasiswi kedokteran yang jujur, setia, adaptif, tulus, menyeluruh dan berintegritas menjadi komitmen saya sebelum diterima FK UI dan setelah terdaftar menjadi mahasiswinya. Sebagai manusia, tentunya saya juga tidak luput dari kesalahan. Namun dari kesalahan tersebut, saya akan terus bangkit dan berbenah diri.
Dalam mencapai cita-cita saya sebagai seorang dokter yang meningkatkan kualitas hidup orang lain, tentunya saya harus memulainya dari diri saya terlebih dahulu. Saya berharap kedepannya dapat menjadi orang yang cekatan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di Fakultas Kedokteran UI. Saya juga bertekad untuk memaksimalkan potensi dan kesempatan saya untuk menjadi mahasiswi yang berprestasi sehingga dapat membanggakan nama almamater FK UI. Hal ini dimulai dari mendisiplinkan pola hidup dan belajar saya. Tidak hanya itu, saya juga berharap dapat menemukan rekan-rekan yang dapat saya andalkan di kala saya merasa kesulitan. Harapannya, saya juga dapat membangun relasi dengan teman sejawat dari berbagai macam wilayah dan semakin memperdalam pengetahuan saya dalam dunia medis.
Dengan penuh harap, saya juga selalu berdoa agar FK UI Angkatan 2023 : Gelora dapat terus mempertahankan solidaritas dan kecekatannya hingga sudah menjadi dokter nanti. Dalam masa preklinik ini, saya berharap agar seluruh proses pembelajaran tiap individu dapat dimudahkan dan kelak dapat lulus 100% mendapatkan gelar dokter dalam waktu yang singkat dan bersamaan. Begitu pula saat sudah menjadi seorang dokter, saya harap semua anggota FK UI 2023 : Gelora dapat menjadi dokter yang ideal dan melayani pasien dengan dibalut seni dan ketulusan.
Untuk mencapai kata dokter yang ideal, ada beberapa hal yang saya pahami dari makna tersebut. Menjadi dokter yang ideal berarti memenuhi Kode Etik Kedokteran Indonesia yang telah disusun sedemikian rupa dalam Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No. 111/PB/A.4/02/2013[5]. Kode etik yang ada menjadi pedoman perilaku seorang dokter. Selain itu, terdapat pula enam sifat luhur yang dimiliki seorang dokter, antara lain : sifat ketuhanan, kemurnian sifat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan kerja, dan integritas ilmiah dan sosial[6]. Dalam mencapai hal tersebut, tentunya diperlukan ketekunan dan dedikasi yang tidak pernah habis[4]. Selalu belajar dan melakukan refleksi terhadap pekerjaan dan pasien yang dilayani merupakan sebagian cara yang dapat dilakukan untuk dapat menjadi dokter yang ideal[7].
Rencana saya selama masa preklinik kedepannya adalah menjadi seorang mahasiswi yang jujur, tekun, disiplin dan penolong bagi orang-orang di sekitar saya. Selain itu, saya juga memiliki rencana untuk bergabung dalam organisasi mahasiswi kedokteran, seperti AMSA/CIMSA, tim bantuan medis, bagian penjurnalan ataupun lainnya. Oleh karena itu, untuk mencapai prestasi mahasiswi FKUI yang optimal, saya juga akan berusaha untuk tetap pantang menyerah dan belajar dengan sepenuh hati sebagai bekal masa depan kesehatan bangsa.
Setelah lulus, koas dan mendapatkan gelar dokter, saya juga akan tetap berpegang teguh pada komitmen saya saat awal menjalani dunia kedokteran. Dengan demikian, saya akan melakukan berbagai macam misi dalam rangka untuk terus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Hal itu dimulai dari berkecimpung dalam kegiatan internship, volunteer, wokshop, hingga mendaftarkan diri dalam program PPDS. Besar impian saya untuk melanjutkan pendidikan Masters di John Hopkins[3] dan mengambil masters of public health. Apabila diizinkan Tuhan, saya juga bermimpi untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan anak dan terjun dalam permasalahan gizi, stunting dan perkembangan soft skills anak-anak Indonesia. Impian-impian ini tentunya sebagai upaya realisasi dari visi awal saya, yaitu mahasiswi kedokteran yang jujur, setia, adaptif, tulus, menyeluruh dan berintegritas.
Kemudian, saya juga tidak lupa untuk mengingatkan teman-teman yang membaca esai ini bahwasanya, “Sehat itu MAHAL. Lebih baik mencegah daripada mengobati.” Ini adalah sepenggal kalimat yang terdengar biasa, tetapi memiliki efek yang besar apabila benar-benar dilakukan. Untuk teman-teman dan masyarakat yang membaca esai ini, saya harap kalian dapat lebih peduli dengan pola makan, olahraga, tidur dan hidup kalian. Memang sangat sulit untuk memulai dan keluar dari zona nyaman, tetapi bukan berarti hal tersebut mustahil dilakukan. Berhentilah merokok ataupun mengonsumsi hal-hal yang dapat menyakiti dirimu sendiri. Ibaratnya sebuah bunga, sebelum bermekaran mungkin akan dipandang biasa saja, tetapi lambat laun bunga tersebut akan bermekaran apabila benar-benar dirawat.
Selain itu, saya juga memiliki pesan terhadap teman-teman ataupun adik-adik yang ingin masuk ke FK UI. Pesan saya adalah fokus pada dirimu, tekun berusaha, dan gigih dalam berdoa. Refleksikan dan cari tau kembali akar motivasi kamu untuk menjadi seorang dokter yang sesungguhnya. Dengan restu Tuhan, semua niat baik dan usaha kerasmu pasti akan diantarkan-Nya ke jalan yang paling indah, bahkan lebih indah dari yang kalian bayangkan. Di kala merasa tidak percaya diri dan kesepian, percayalah Tuhan memperhitungkan seluruh jerih payah dan tangisan kalian.
“All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them,” adalah sebuah kutipan dari Walt Disney yang saya inginkan teman-teman pahat dalam hati. Saya harap teman-teman yang membaca esai saya sampai bawah ini juga dapat melanjutkan kehidupannya dengan penuh keberanian dan semangat. Segala hal yang kamu percaya lakukan pasti dapat berhasil apabila kamu mau mulai melakukannya.
Referensi
Bradshaw AS. From one to five stars: An exploratory study of how consumer reviews and digital brand identity shape maternal pediatrician selection [Internet]. USA : Health Mark Q ; 2022 Jun 25 [cited 2023 Aug 8]. Available from : https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/07359683
FK UI. Sejarah [Internet]. FK UI [cited 2023 Aug 8]. Available from : https://fk.ui.ac.id/sejarah.html.
Johns Hopkins. About the master of public health program [Internet]. Public Health JHU [cited 2023 Aug 8]. Available from : https://publichealth.jhu.edu/academics/mph.
Naik BS, Basu A. The doctrine of "Reasonable Doctor" in medical negligence: need to be more reasonable [Internet]. J Forensic Leg Med ; 2022 Nov 12 [cited 2023 Aug 8] ;92:102451. Available from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36399918/
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode etik kedokteran indonesia. Jakarta : Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia; 2012. 80 halaman.
Suyono H. Sahabat sehat : pola komunikasi ideal dan dokter dambaan pasien [Internet]. Surabaya : Airlangga University Press ; 2021 [cited 2023 Aug 9]. Available from : https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=ORI3EAAAQB.
Tribble Md C. On becoming a doctor of humane letters [Internet]. Heart Surg Forum ; 2016 Aug 19 [cited 2023 Aug 9]. Available from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27585190/.
Universitas Indonesia. UI stabil sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia berdasarkan webometrics [Internet]. UI ; 2023 Jan 12 [cited 2023 Aug 8]. Available from : https://www.ui.ac.id/ui-stabil-sebagai-perguruan-tinggi-terbaik-di-indonesia-berdasarkan-webometrics/
Comments