top of page
  • Youtube
Search
  • Adi Zulmaeta
  • Aug 12, 2023
  • 7 min read

Updated: Aug 13, 2023

NARASI PERJUANGAN

Menurut KBBI, “perjuangan” adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya. Perjuangan adalah bentuk usaha yang diharuskan demi mencapai suatu hasil. Hasil hanya akan didapatkan apabila usaha dilakukan dengan sepenuh hati yang diimbuhkan dengan doa yang tulus dan ikhlas. Kesungguhan demi hasil yang kita cita-citakan harus disertai dengan niat yang kuat dan latar belakang yang tangguh. Semakin kecil kesungguhan niat, maka semakin kecil pula kemungkinan cita-cita dapat tercapai. Pada akhirnya, semua hasil yang kita dapatkan adalah balasan dari Yang Maha Kuasa terhadap semua usaha yang kita lakukan. Apapun bentuk usaha dan sekeras apapun perjuangan yang kita lakukan, hasil yang kita dapatkan sudah sewajibnya kita syukuri apa adanya. Evaluasi dan perbaikan adalah langkah tepat untuk masa depan.

Perkenalkan, nama saya Adi Zulmaeta(Adi). Saya adalah mahasiswa baru dari fakultas kedokteran KKI Universitas Indonesia tahun 2023. Saya masuk fakultas kedokteran UI melalui jalur talent scouting. Saya berasal dari SMAN 8 Pekanbaru.

Lolos menuju fakultas kedokteran terbaik di Indonesia adalah suatu pencapaian yang patut kubanggakan. Tak pernah terbayangkan bagiku bahwa menjadi mahasiswa kedokteran menjadi kenyataan. Bahkan, sekalipun tak pernah terbayangkan. Menjadi seorang mahasiswa kedokteran UI dianggap sebagai hal yang mustahil di sekolah saya. Syukurnya, saya berhasil memecah kutukan itu tanpa disangka-sangka. Semulanya, keinginanku adalah menjadi seorang anak padjajaran. Kuliah di daerah Bandung menjadi impian sejak kecil. Minat saya terletak jauh dari kedokteran. Sejak kecil, saya selalu tergila-gila pada “pesawat”. Pembahasan apapun terkait pesawat selalu menarik perhatian saya. Tak pernah sekalipun cita-cita saya terlepas dari pesawat hingga kini. Berada di kursi penumpang dekat jendela menginspirasi saya menjadi pilot. Impian itu memuncak ketika orang tua saya membelikan miniatur pesawat. Beranjak dewasa, impian itu pupus ketika banyak kecelakaan terjadi dan terpapar di media massa. Kasus seperti Malaysia Airlines dan AirAsia mematahkan semangatku. Memutar kembali otak, saya mengganti tujuan saya menjadi pembuat dari pesawat. Orang tua saya bercerita tentang almarhum pak Habibie. Inspirasi terkumpul dan membulatkan tekad saya untuk menjadi teknik dirgantara. Sekali lagi, saya tertampar kenyataan dan mengakui bahwa saya tak cukup kuat mewujudkan impian saya. Tumbuh dalam keluarga dengan latar belakang kedokteran sebenarnya memberikan saya jalan yang sesungguhnya sudah ditentukan. Setiap kali kami berkumpul di meja makan, perbincangan dan perdebatan tentang pembangunan rumah sakit adalah hal biasa. Menyerah untuk impian saya yang kedua membuat saya sadar berkata dalam hati, “yaudah ikutin apa kata mama papa aja deh”.

Itu hanyalah proses perpindahan impianku dari teknik ke kedokteran. Proses yang terjadi didalamnya jauh berbeda dari yang seharusnya terjadi. Tragedi dan pencapaian saya dapatkan dalam perjuangan tersebut. Saya merasa bahwa masa produktif bisa saya dapatkan melalui pembelajaran efektif secara luring. Saya masuk sekolah dasar umur 5 tahun dan terpilih program akselerasi dengan IQ 136. Saya mulai mencoba perlombaan sekolah seperti menyampaikan pidato, mendaftar di rumah tahfidz quran. Masuk SMP, saya kembali mengikuti program akselerasi, mengikuti lomba pidato islam dalam sekolah, menjadi divisi sosial religi di OSIS, antusias dengan pelajaran hafalan seperti IPS, aktif dan menjadi juara di kelas. Masuk SMA, saya aktif rohis dan menjadi ketua perkumpulan rohis se-pekanbaru, berpartisipasi dalam perlombaan debat konstitusi nasional yang diselenggarakan Unisnu dan Untag, berhasil menjadi runner-up dalam debat konstitusi Untag tersebut, mengikuti ekstrakulikuler non-akademik seperti olahraga basket dan badminton.

Perubahan kemudian terjadi ketika kenyamanan menjadi suatu kebiasaan. Comfort zone membunuh kebiasaan-kebiasaan baik dan menjadikan diri saya terbiasa dengan budaya menunda-nunda. Situasi tersebut menjadi titik curam saya menuju kehancuran. Cerita yang seharusnya berlanjut indah menunjukkan hasil yang buruk. Saya menjadi orang yang mudah meremehkan apapun. “Yah, paling juga bisa diselesaikan sehari. Gaperlu cepet-cepet”. Bukannya belajar mempersiapkan masa depan malah membuang waktu menghabiskan pikiran untuk main bersama teman. Saya pernah berada di situasi tidak mengerjakan tugas-tugas sepanjang semester. Saya pernah berada di situasi tidak pernah fokus pada apapun. Saya pernah berada di situasi dianggap tidak akan punya kemajuan dalam progress masa depan. Memang betul, kondisi tersebut dipengaruhi besar ketika pandemi melanda. Tetapi saya menyalahgunakan alasan tersebut demi mendapatkan kenyamanan sementara. Kenyamanan sementara tersebut berupa keinginan hanya untuk bersenang-senang, menyelesaikan segalanya secara instan, mengganggap enteng apapun yang menyusahkan. Situasi ini berlangsung cukup lama hingga dapat membuat saya memiliki kebiasaan menunda-nunda. Situasi ini tidak bisa diabaikan. Bukannya terselesaikan, malah justru menumpuk dan tampak kongkret apa-apa yang ku abaikan. Dipanggil ke ruang guru bukan lagi suatu kemustahilan. Nyaris tidak berubah dan mendapatkan surat peringatan, sungguh terjadi pada saya. Berada di keluarga berpendidikan tentu mengundang amarah apabila saya meremehkan hal sedemikian. Pada akhirnya, penyesalan saya dapatkan karena saya sadar kalau saya tidak berisi. Saya sadar kalau saya butuh titik balik dari titik terendah ini. Saya butuh usaha dan perjuangan untuk memutarbalikkan arah tujuan saya. Perseteruan dalam diri terus terjadi di masa itu. Keinginan untuk merelakan dilawan dengan keinginan untuk jadi orang. Perasaan saya berat melihat hasil yang saya torehkan tak cukup menjadi bekal di masa depan. “Saya harus berubah!”.

Apa yang pertama? Sadar dan memulai. Memulai sudah menjadi suatu kesuksesan. Memulai adalah step wajib yang tidak boleh terlewatkan. Niat terkumpul mendorong usaha terjadi. Saya mencoba hal-hal baru dan mengembalikan kebiasaan baik yang dulu saya timbun. Saya mencoba perlombaan berskala nasional berupa debat dimana dalam prosesnya saja mengajak saya untuk menggunakan otak untuk berpikir kritis dan keras untuk mencari solusi dari suatu masalah. Debat juga mengajarkan saya untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Debatpun juga mengajarkan saya untuk dapat bertindak baik dan memiliki decision-making yang bagus dalam waktu yang singkat. Menjadikan debat sebagai langkah pertama mendukung saya menjadi lebih antusias dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Ekstrakulikuler yang menyediakan lomba debatpun menjadi tempat perkumpulan murid-murid yang berambisi mencapai prestasi. Hal ini mendukung perkataan yang mengatakan, “Bertemanlah dengan orang pintar jika ingin menjadi pintar juga, Jadilah pintar sehingga dapat bermanfaat bagi orang banyak”. Saya merasa bahwa saya adalah tipe orang yang mampu mencapai level produktivitas tertinggi ketika dikelilingi orang yang produktif. Keturunan mempengaruhi fisik, tapi lingkungan mempengaruhi sifat.

Menentukan pilihan dalam hidup bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan diskusi lebih lanjut dengan yang berpengalaman pasti diperlukan. Tapi apa gunanya kalau kita sendiri tak bisa bermimpi?

Dalam mewujudkan asa dan cita, saya berpikir bahwa saya harus berusaha semaksimal mungkin. Seburuk apapun hasil yang kita toreh, bila diikuti dengan suatu kesungguhan, maka penyesalan tak akan saya dapatkan. Berikut adalah bagaimana pandangan saya terhadap profesi kedokteran :

Dokter adalah profesi yang menyediakan jasa berupa pelayanan dan pengabdian mulia untuk masyarakat. Tujuan dasar dari ilmu kedokteran adalah meringankan penderitaan dari sakit fisik, psikis, dan mental tanpa memperpanjang proses kematian. Sedangkan prinsip dasar kedokteran adalah primum non necere (yang terpenting adalah tidak merugikan sosial dan ekonomi). Dokter yang diinginkan semua orang adalah dokter yang baik, tapi apakah dokter baik itu? Dari sudut pandang profesionalitas, dokter yang baik adalah dokter yang tidak melanggar kode etik kedokteran. Sebelum menjalankan kehidupan berprofesi sebagai seorang dokter, mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas di Indonesia diharuskan untuk bersumpah dokter. Sumpah ini didasari oleh Deklarasi Jenewa tahun 1948 yang menyempurnakan Sumpah Hipokkrates. Di Indonesia sendiri, sumpah dokter Indonesia diatur oleh pemerintah dalam PP 26/1960 yang didasari hukumnya dengan UUD 1945 pasal 5 ayat 2. Terdapat 12 poin sumpah dokter yang harus ditaati dan diingat dalam menjalankan profesi seorang dokter. 12 poin inilah yang dapat menjadi acuan untuk menilai baiknya seorang dokter dari sudut pandang profesionalitas. Namun, apakah pasien memiliki pandangan yang sama dalam melihat baik buruknya seorang dokter? Dikutip dari artikel berjudul “What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient”, penulis melakukan survei terhadap 107 pasien yang menghadiri komunitas pengajaran rumah sakit. Hasil survei menyebutkan bahwa dari sudut pandang pasien, dokter yang baik adalah dokter yang memiliki kemampuan untuk membangun koneksi batin dengan pasiennya, kemampuan medis dan teknis yang hebat, dan tujuan yang mulia. Seperti halnya bila kita ingin pelanggan senang dengan apa yang kita sediakan, kita harus mensimulasikan diri sebagai pelanggan itu sendiri. Pada akhirnya, itu semua adalah opini yang bersifat subjektif yang disuarakan orang lain. Menurut saya sendiri, dokter yang hebat adalah dokter yang dapat melayani pasien dengan baik dan dapat bekerjasama dengan rekan sejawat tanpa membuat suatu permusuhan juga dokter yang patuh terhadap sumpah dokter yang ia “janjikan”, tapi juga menjalankan profesi dokter tersebut dengan sepenuh hati dan menyesuaikan minat dan bakat masing-masing individu dalam menjalankan profesi dokter tersebut. Berbicara tentang minat dan bakat menjadi dokter, inspirasi terbesar saya adalah pahlawan keluarga saya. Ayah saya sendiri adalah dokter lulusan akhir tahun 80-an dimana lulusan dokter itu masih sangat jarang dan sulit ditemukan. Di masa itu, proses menjadi seorang dokter tidaklah gampang. Sehabis kelulusan, dokter diwajibkan melakukan pengabdian ke daerah sulit dijangkau dalam beberapa tahun. Banyak cerita nostalgia yang diceritakan diatas meja makan. Kisah kisah seru dan tegang mengundang adrenalin, lucu mengundang gelak tawa, serta sedih dan bangga mengundang haru. Di masa pengabdian itu, ayah saya berhasil mencatatkan diri sebagai dokter teladan dan diundang ke istana presiden. Usaha dan pencapaian ayah saya tak berhenti hanya sampai disitu. Menjadi ayah saya seperti saat ini tidaklah seperti yang dibayangkan orang-orang. Meraih keberhasilan tidak dapat diraih hanya dengan rajin dan tekun. Ayah saya bukanlah orang yang memiliki latar belakang orang yang berada. Bagi saya, Ayah saya adalah sosok inspiratif yang benar melakukan “perjuangan”. Ayah saya adalah bukti nyata bahwa kesuksesan tidak datang hanya kepada urang kayo nan bapitih. Ayah saya adalah contoh orang yang mendapatkan buah hasil perjuangan itu. Seperti yang saya katakan di pendahuluan, rezeki memang diatur oleh Tuhan, tapi kita tidak bisa mendapatkan rezeki yang kita damba-dambakan tanpa perjuangan.

Mimpi itu temporar dan dimakan waktu. Mimpi yang ada sejak kecil akan selalu saya simpan. Mimpi baru yang muncul adalah mimpi yang harus saya fokuskan. Saya bermimpi menjadi dokter yang professional yang menikmati pekerjaannya. Saya bermimpi ingin menjadi dokter yang penuh adrenalin dan tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhan (Hablum minannas). Saya ingin menjadi dokter yang dapat mengamalkan menegakkan yang benar dan melarang yang salah (amar ma’ruf nahi munkar). Saya ingin menjadi dokter yang penuh dengan aksi dan terampil. Saya ingin menjadi dokter bedah yang tidak dipenuhi dengan penyesalan jika terjadi kekacauan. Saya ingin menjadi seorang dokter bedah toraks dan kardiovaskular yang bermanfaat dan bermartabat.

Sekali lagi, mewujudkan keinginan butuh perjuangan. Perjuangan tidak harus berupa usaha yang memberatkan. Segala hal dimulai dengan langkah kecil yang berdampak besar. Saya berharap saya bisa menjadi mahasiswa yang tidak memberatkan orang lain. Saya berharap saya bisa menjadi mahasiswa yang belajar dari kesalahan dan melakukan aksi nyata sebagai praktek dari pembelajaran yang saya lakukan. Saya berharap saya bisa menjadi mahasiswa yang dapat merangkul seluruh individu dan bisa membantu menjadi penengah dalam konflik antar sesama. Saya harap saya bisa menjadi mahasiswa yang berkomitmen dan tidak lupa dengan janji manis yang saya ucapkan. Semuanya tidak terlepas dari rezeki Allah, kasih sayang orang tua, dan bantuan dari teman-teman yang kusayangi. Untuk mengawali itu semua, saya mulai dengan mengucapkan bismillahirrahmannirahim.

Daftar Referensi :

  1. Republik Indonesia. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. 1945

  2. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Tentang Lafal Sumpah Dokter. Jakarta: Sekretariat Presiden Republik Indonesia; 1960. 2 halaman. 26/1960

  3. Presiden Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1951 Tentang Mengatur Tenaga Dokter Partikulir Dalam Keadaan Genting. Jakarta: Menteri Kehakiman;1951. 3 halaman. 10/1951

  4. Nuralim N. Tugas Dan Tanggung Jawab Dokter Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dalam Pemberian pelayanan kesehatan Di Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone. Institut Agama Islam Negeri Bone [Internet]. 2018 Des [cited 2023 Aug 12];22. Available from: https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldustur/article/download/347/261


  1. Borraci RA, Gallesio JM, Ciambrone G, Matayoshi C, Rossi F, Cabrera S. What patients consider to be a ‘good’ doctor, and what doctors consider to be a ‘good’ patient. Rev Med Chil [Internet]. 2020 Jul;148(7):930-938 [cited 2023 Aug 12]. Available from : https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33399677/




 
 
 

Recent Posts

See All
Satria Dwi Nurcahya

NARASI PERJUANGAN Halo salam kenal semua! Perkenalkan nama saya Satria Dwi Nurcahya, biasa dipanggil Satria. Arti dari nama saya...

 
 
 
Algio Azriel Anwar

Narasi Perjuangan Halo perkenalkan, namaku Algio Azriel Anwar. saya adalah fakultas kedokteran program studi pendidikan kedokteran dari...

 
 
 
Tresna Winesa Eriska

Narasi Perjuangan “Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah...

 
 
 

Comments


© 2023 FKUI Gelora

bottom of page