- Nadya Kamilah Attarian
- Aug 13, 2023
- 8 min read
NARASI PERJUANGAN
Halo semuanya! Perkenalkan nama aku Nadya Kamilah Attarian tetapi biasa dipanggil Kamila atau Mila dan ini adalah narasi perjuanganku. Aku adalah alumni SMA Al-Izhar Pondok Labu angkatan 26 dan sekarang merupakan mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023, bagian dari kelas khusus internasional. Alhamdulillah, aku berhasil diterima di Universitas Indonesia melalui jalur talent scouting yaitu merupakan “jalur seleksi berdasarkan nilai rapor ataupun prestasi akademik lainnya” [6].
Sejak kecil, aku ingin sekali menjadi dokter. Sejujurnya, hal tersebut sangat terinspirasikan oleh kedua orang tuaku yang mempunyai profesi sebagai dokter. Saat aku kecil, aku sering menemani mereka bekerja dan melihat secara langsung bagaimana seorang dokter membantu pasiennya dan menjalin hubungan dengan berbagai macam orang. Kedua orang tuaku berasal dari Palembang, mereka juga berkuliah disana. Akan tetapi saat aku lahir, aku dan keluargaku terpaksa pindah ke Jakarta. Sebagai dua orang yang merantau, Jakarta bagi orang tuaku adalah dunia yang baru dan mereka terpaksa untuk beradaptasi. Maka dari itu, mereka ingin sekali aku diterima di Universitas Indonesia. Perjuangan mereka bukan untuk sia-sia karena mereka berhasil membimbingku untuk mendapatkan edukasi yang terbaik untuk kedokteran yaitu terdapat di Universitas indonesia.
Sudah menjadi fakta umum bahwa Universitas Indonesia menyediakan pendidikan terbaik untuk kedokteran di Indonesia. Bukan hanya faktor tertua, tetapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga telah meluluskan banyak alumni yang berprestasi dalam bidang kedokteran di Indonesia maupun di luar negeri yang telah mengharumkan nama negara. Berdasarkan cerita - cerita dari kakak sepupuku yang telah berjuang terlebih dahulu, aku mempunyai kesadaran bahwa perjalanan untuk masuk perguruan tinggi negeri, apalagi Universitas Indonesia, bukanlah hal yang mudah. FKUI bagiku adalah sesuatu yang sulit digapai dan hanya merupakan impian, tetapi aku tetap mempunyai harapan dan giat untuk bekerja keras agar bisa meraih impianku.
“Kenapa harus UI, kan ada universitas lain yang mempunyai fakultas kedokteran yang berkualitas juga?”, hal itu tidak salah, namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Universitas Indonesia adalah universitas terbaik di Indonesia untuk kedokteran. Program internasional yang terdapat di Universitas Indonesia tidak hanya memberikan pendidikan yang berkualitas tinggi tetapi juga kesempatan bagiku untuk meningkatkan wawasan internasional dan memperluas koneksi di luar Indonesia.
Menjadi seorang dokter bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi membutuhkan seluruh upaya, waktu dan dedikasiku. Maka, diperlukan motivasi yang kuat untuk meneruskan perjalanan tersebut. Meskipun aku terlahir dari keluarga yang memiliki latar belakang kedokteran, bukan hal itu yang menjadi motivasiku untuk meneruskan profesi ini. Sebagian besar dari motivasiku bukanlah hasil dari tekanan kedua orang tuaku melainkan sesuatu yang datang kepadaku secara alami. Aku selalu terpesona dengan betapa rumitnya tubuh manusia. Ilmu kedokteran dan segala sesuatu yang mengelilingi hal tersebut adalah bidang pengetahuan luas yang akan terus berkembang. Sebagai dokter dan perjalanan menuju menjadi dokter, kita tidak akan berhenti mencari ilmu.
Keputusanku untuk lebih mengejar impianku dibuat pasti dua tahun yang lalu ketika aku mengetahui bahwa perempuan di keluargaku membawa gen kanker. Di saat itu, aku merasa tidak berdaya, karena aku tidak memiliki pengetahuan atau mengetahui apa yang bisa dilakukan agar aku bisa membantu bibiku yang saat itu didiagnosis penderita kanker kolorektal. Sejak itu, aku berjanji kepada diri sendiri untuk terus mengejar impianku menjadi dokter agar aku bisa membantu keluargaku maupun orang lain yang juga pernah mengalami hal yang sama.
Aku akan mengatakan bahwa perjalananku dimulai sedikit telat jika dibandingkan dengan orang lain. Aku memang ingin menjadi dokter sejak dini, akan tetapi dari SD sampai SMP aku tidak mempunyai semangat yang lebih untuk menjadi siswa yang aktif di luar akademik seperti mengikuti organisasi atau sering mengikuti lomba. Hal tersebut terangsang oleh sifatku yang bisa dibilang sedikit pemalu dan tidak ingin melangkah keluar dari zona nyamanku. Seiring berjalannya waktu, aku mendapatkan kesadaran bahwa jika aku ingin menjadi mahasiswa kedokteran maka aku harus berusaha lebih keras dan merubah beberapa kebiasaan buruk itu.
Sedikit kilas balik di masa SMP, saat kelas 1 SMP aku sering mendapatkan nilai yang tinggi dalam pelajaran sains dan juga sering dipanggil untuk merepresentasikan kelasku dalam lomba akademik seputar lingkungan sekolah seperti cerdas cermat. Akan tetapi hal tersebut bukanlah hal yang aku peliharakan setelah menduduki bangku kelas 2. Nilaiku memiliki keturunan drastis dan hal itu bukanlah hal yang aku banggakan. Maka, saat kelas 3 SMP aku mencoba untuk merubah hal itu dan berhasil mendapatkan “Academic Distinction” yaitu semacam penghargaan untuk siswa yang mempunyai nilai diatas rata - rata. Untuk menyimpulkan masa SMP-ku, bisa dibilang bahwa aku belum mempunyai kesadaran untuk menjadi seorang yang berkonsisten.
Kemudian datanglah masa SMA. Ayahku sering mengingatkan bahwa masa SMA adalah penentuan untuk masuk kuliah. Mengingat kembali performa saat masa SMP, aku berjanji kepada diri sendiri untuk menjadi lebih konsisten saat memulai kelas 10 SMA. Maka, di dalam diriku ditanamlah kata - kata ayahku. Sejujurnya, aku mengalami awal yang sulit. Pindah sekolah dan berada di lingkungan baru bukanlah hal yang mudah. Aku mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan mencari teman baru. Ditambah, saat itu kasus COVID-19 masih sangat tinggi dan sekolah diselenggarakan secara daring.
Saat memulai kelas 10, aku juga harus beradaptasi dengan kurikulum yang berbeda dengan yang aku telah terbiasa selama SD sampai SMP. Sebelumnya, aku bersekolah di Mentari Intercultural School Jakarta yang memiliki kurikulum IB yaitu merupakan sistem pendidikan internasional dimana aku belajar dengan bahasa Inggris. Saat pindah ke SMA Al-Izhar Pondok Labu, aku terpaksa berganti bahasa dan berada di lingkungan pertemanan yang berbeda. Bukan hanya berganti bahasa, tetapi budaya dan tugas - tugasnya pun juga memiliki perbedaan. Oleh karena itu, nilai yang aku dapatkan saat kelas 10 bukan seperti yang aku harapkan. Maka, aku sempat memikir ulang karena timbul keraguan dalam diriku jika aku benar - benar ingin menjadi dokter atau tidak.
Tetapi kesulitan - kesulitan itu akhirnya juga terlewati. Setelah beberapa waktu, aku berhasil beradaptasi secara akademik dan juga dalam segi non akademik. Aku menemukan lingkungan pertemanan yang saling membantu dan memotivasiku untuk kembali mengejar mimpi menjadi dokter. Lingkungan pertemanan yang bagus memotivasikan untuk mengikuti berbagai olimpiade, lomba, membuatku lebih aktif di kelas dan juga menjaga nilai yang tinggi dan stabil selama masa SMA. Walaupun diawali dengan kesulitan, transisi menuju kelas 11 dari kelas 10 adalah transisi yang cukup baik dan performa ku sangat bertingkat.
Kemudian datanglah kelas 12 atau 3 SMA, yaitu tahun terakhir aku menduduki bangku sekolah. Euforia datang ke sekolah secara langsung dan melihat muka teman - teman seangkatanku setelah sekian lama menatap layar komputer tiba. Hal itu membuatku hilang fokus kepada pelajaran. Di pikiranku saat itu adalah untuk memaksimalkan masa SMA yang telah diambil oleh COVID-19. Kebiasaan buruk aku saat masa SMP mulai timbul lagi, aku sempat tidak mengetahui prioritas dan mementingkan hal lain seperti bersenang - senang sebelum melakukan kewajiban. Tetapi untungnya, aku dikelilingi oleh orang - orang yang sangat mendukungku untuk berada dijalan yang benar. Maka itu, walaupun aku sempat hilang fokus, aku tetap berusaha menetapkan nilai yang stabil dan melanjutkan kerja keras yang telah aku bangun dari kelas 10 SMA.
Selama bulan - bulan itu, aku telah berusaha dengan caraku sendiri seperti mengikuti les setiap hari dan mengorbankan waktuku. Pada saat itu mungkin hal tersebut adalah hal yang membebankan bagiku. Saat orang lain bersenang - senang, aku terpaksa mendengarkan penjelasan - penjelasan yang melelahkan kepalaku. Aku seringkali berpikir, “apakah usahaku akan sia-sia atau tidak?”. Pertanyaan itu terjawab saat aku berhasil mendapatkan kuota eligible yang kemudian memberikanku kesempatan untuk daftar SNBP dan juga talent scouting. Saat itu, harapanku mulai tinggi, apalagi saat aku berhasil lolos ke tahap interview setelah mendaftar dengan jalur talent scouting. Aku ingat sekali malam sebelum hari interview dimana aku sangat khawatir dengan hasil yang akan datang. Akan tetapi, sekarang, berada di depan komputer dan merasakan langsung rasanya menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, aku sangat berterimakasih karena aku telah melewati perjalanan ini.
Namun, perjuanganku tidak berakhir hanya karena aku telah berhasil masuk. Masih ada jalan panjang di depan, yaitu menjalani berkuliah di FKUI. Maka dari itu, aku ingin menetapkan komitmen kepada diri sendiri untuk konsisten dalam berprioritas dan tidak melupakan motivasi awal ingin menjadi mahasiswa kedokteran. Aku tidak ingin mengulangi kebiasaan buruk saat masa SMP dan SMA dimana aku sangat mudah teralih dan kehilangan fokus. Aku harap selama berkuliah di FKUI, aku bisa menjadi seorang diri yang tidak lupa akan tujuan utamanya menjadi dokter. Komitmen ini bisa dimulai dengan cara kecil seperti merubah pola tidurku yang selama ini tidak teratur. Tentunya menjadi mahasiswa kedokteran akan sangat melelahkan. Aku harus belajar untuk bisa mengatur waktuku, termasuk waktu tidur dan juga mengatur waktu dalam mengerjakan tugas - tugas. Selain harapan untuk diriku sendiri, aku juga memiliki harapan kepada teman - teman seangkatanku agar kami saling membantu satu sama lain dalam kesulitan. Aku tau perjuangan ini tidak mudah, maka aku harap aku akan bertemu dengan orang - orang yang bisa mendukung dan menjalankan perjuangan ini bersamaku.
Aku berharap bahwa menjadi mahasiswa FKUI 2023 bisa membentuk aku untuk menjadi seorang dokter yang ideal. Apa itu dokter ideal? berdasarkan KBBI, ideal berarti “sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki” [1]. Menurutku dokter yang ideal adalah dokter yang mempunyai social skills secara umum. Seorang dokter yang ideal memegang beberapa karakteristik penting seperti mempunyai empati yang berarti selalu mengutamakan kepentingan pasien, selalu ingin menggali informasi, bisa berkolaborasi dengan cara berkomunikasi yang baik dengan sesama dokter maupun pasien, dan juga menjaga kepercayaan pasien [2,3,5]. Karakteristik - karakteristik tersebut termasuk dalam suatu norma yang disebut norma sosial. Etika adalah suatu norma sosial yang penting dimiliki oleh seorang dokter ideal. Berikut adalah beberapa contoh etika/nilai luhur yang wajib dimiliki seorang dokter [4]:
Saat melakukan pekerjaannya, seorang dokter yang beretika tidak boleh terpengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.
Seorang dokter yang ideal akan memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin diperlakukan.
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Dengan tetap profesional dalam bekerja, dokter yang ideal tidak akan merugikan pasiennya dan akan menciptakan lingkungan rumah sakit yang efektif bagi masyarakat. Oleh karena itu, aku ingin menjadi dokter yang memiliki karakteristik yang telah disebut diatas. Akan tetapi, menjadi dokter adalah proses yang panjang. Sebelum menjadi dokter, aku akan melewati masa preklinik yang berlangsung selama 3 sampai 4 tahun.
Selama masa preklinik, aku mempunyai rencana untuk mempunyai IPK yang stabil dan baik. Aku juga ingin menjadi seorang diri yang lebih aktif. Untuk mencapai hal tersebut aku ingin mengikuti berbagai organisasi yang berkaitan dengan kedokteran seperti AMSA atau CIMSA dimana aku bisa mendapat pengalaman baru dan bertemu oleh mahasiswa - mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas. Selain itu, aku akan mengikuti komitmenku yaitu mengatur waktu dengan baik agar bisa memperoleh IPK yang stabil. Untuk kedepannya, secara jangka panjang aku harap aku bisa menyelesaikan S1 dan melanjutkan pendidikanku untuk menjadi dokter spesialis. Untuk mencapai hal ini aku harus tetap bersemangat dan ingat bahwa jalan menjadi dokter adalah hal yang panjang dan bahwa kerja keras akan membuahkan hasil. Dengan itu, aku harap aku bisa menjadi dokter yang bisa berkontribusi kepada kualitas tenaga kesehatan di Indonesia. Semoga mahasiswa - mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2023 nantinya bisa menjadi dokter - dokter yang membanggakan almamater dan juga negaranya.
Kepada siapapun yang telah membaca narasi perjuanganku, terutama adik - adik yang sedang dalam masa perjuangan, aku harap apa yang telah aku bagikan pada narasi perjuangan ini bisa menjadi suatu sumber inspirasi untuk kalian yang ingin menempuh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Aku harap perjuanganku bisa menjadi contoh dan pengalaman - pengalaman yang buruk bisa menjadi pelajaran. Terima kasih.
DAFTAR REFERENSI
Arti kata ideal - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [Internet]. kbbi.web.id. [cited 2023 Aug 12]. Available from: https://kbbi.web.id/ideal
General Medical Council. The duties of a doctor registered with the General Medical Council [Internet]. General Medical Council. 2019. Available from: https://www.gmc-uk.org/ethical-guidance/ethical-guidance-for-doctors/good-medical-practice/duties-of-a-doctor
Grundnig JS, Steiner-Hofbauer V, Katz H, Holzinger A. “Good” and “bad” doctors - a qualitative study of the Austrian public on the elements of professional medical identity. Medical Education Online [Internet]. 2022 Dec 1;27(1):2114133. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36004404/
Irawan, Candra. DOKTER IDEAL, BERETIKA, KOMPETEN DAN PROFESIONAL. [PowerPoint presentation]. [cited 2023 Aug 12] Available from: http://idikabbekasi.org/wp-content/uploads/2014/12/1.-Power-Point-Dr-Candra.pdf
St. George's University. What Makes a Good Doctor? 7 Useful Physician Skills [Internet]. Sgu.edu. Medical Blog | St. George’s University | The SGU Pulse; 2018. Available from: https://www.sgu.edu/blog/medical/what-makes-a-good-doctor/
UI Terima 2.049 Mahasiswa Jalur SNBP dan 410 Jalur Talent Scouting, Ini Prodi Paling Diminati | kampus [Internet]. kampus.republika.co.id. [cited 2023 Aug 12]. Available from: https://kampus.republika.co.id/posts/209189/ui-terima-2-049-mahasiswa-jalur-snbp-dan-410-jalur-talent-scouting-ini-prodi-paling-diminati#:~:text=Seleksi%20nasional%20yang%20digelar%20UI
Comments